MERAUKE- Sebanyak 16 Anggota MRP dari Pokja Adat, dipimpin Wakil Ketua MRP Ir Frans Wospakrik, melakukan panen padi milik masyarakat lokal di Merauke, Rabu (21/5) kemarin.
Panen padi itu dilakukan di dua titik yakni Kampung Kuprik Distrik Semangga dan Kampung Kaburse, Merauke. Bupati Merauke Drs Johanes Gluba gebze dan sejumlah pejabat instansi teknis di lingkup Pemkab Merauke turut mendampingi anggota MRP tersebut.Panen padi milik masyarakat lokal itu diawali dari Kampung Kuprik pada lahan seluas 8,5 ha milik kelompok Clemens Balagaize sekeluarga. Kemudian dilanjutkan ke Kampung Kaburse.
Kepada Anggota MRP, Clemens Balagaize mengungkapkan, keberhasilan menjadi petani itu tak lain atas perhatian dan dukungan dari Pemerintah Daerah. Awalnya, lanjut dia, pada tahun 2005 lalu, pihaknya baru bisa menanam seluas 1 ha. Tahun berikutnya, bertambah menjadi 4 ha. “ Musim tanam tahun 2007/2008 ini luasnya menjadi 85 ha,” kata Clamens.
Kepala Kampung Kuper, Soter Basik-Basik, mengatakan pihaknya tidak lagi menjadi masyarakat peramu seperti yang melekat selama ini tapi sudah menjadi masyarakat petani. Itu tidak lain karena adanya interaksi dengan masyarakat pendatang dan perhatian pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat lokal untuk bercocok tanam.
Karena itu, ia menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Daerah yang selama ini memberikan dukungan dan perhatian sehingga dapat menanam padi seperti saudara-saudara yang lain. “ Kami juga menyampaikan terima kasih atas respon Anggota MRP dari Pokja adat yang sudi memenuhi undangan kami untuk datang melihat langsung hasil pertanian kami,” sambung Yosep Gebze, Ketua Adat Kampung Kuprik.
Sementara itu, Wakil Ketua MRP Frans Wosprakrik melihat masyarakat lokal yang dapat menanam padi dengan hasil menggembirakan itu sebagai suatu perubahan masyarakat adat di Merauke. “ Ini suatu model dan contoh yang baik. Suatu proses transformasi yang dialami masyarakat adat dimana mereka beralih dari pola hidup peramu (berpindah-pindah) ke model permanen dengan menanam padi,” jelasnya. Wosprakrik mengaku, dari pihak MRP sangat mendukung hal ini karena merupakan bagian yang tengah diperjuangkan. “ Sekarang kami sudah melihat hasil,”terangnya.
MRP akan terus mendorong agar pola-pola tersebut dapat dilakukan di daerah lain, bisa dengan padi tapi juga dapat dengan model tanaman lain. “ Supaya masyaakat bisa beralih dari pola konsutif kepada pola masyarakat produktif. Dan harus terjadi di masyarakat adat,” katanya. (ulo)