(www.radartimika.com, 14-05-2008)
PRODUKSI beras di Asia, Afrika, dan Amerika Latin diprediksi mencapai rekor baru tahun ini. Tapi, meski produksi berlimpah, harga beras dunia justru berpotensi naik dalam waktu dekat ini. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB atau Food and Agriculture Organization (FAO), terganggunya pertanian di Myanmar akibat siklon (badai topan) ganas menyebabkan produksi beras negara itu merosot dan mengganggu akses ke sumber pangan.
"Berdasarkan perkiraan awal, produksi padi dunia tahun ini bisa meningkat 2,3 persen menuju rekor baru sebesar 666 juta ton," kata Concepcion Caple, ahli beras FAO.
Berdasar Rice Market Monitor, pertumbuhan produksi padi bisa lebih tinggi jika ada upaya dan insentif untuk meningkatkan areal tanam. Tetapi, prediksi itu bisa meleset akibat siklon di Myanmar pada 3 Mei lalu. "Kerusakan akibat siklon bisa membuat perkiraan produksi beras global meleset," ujar FAO dalam pernyataannya.
Menurut Calpe, untuk kali pertama produksi padi di Asia tahun ini bisa menembus 600 juta ton. "Sebagian besar keuntungan diharapkan bisa dinikmati sejumlah negara. Bangladesh, Tiongkok, Filipina, Thailand, dan Vietnam akan menikmati untung terbesar. Negara lain yang juga berpotensi sama adalah Indonesia dan Sri Lanka meskipun beberapa kali banjir menyebabkan kerugian," lanjutnya.
Jika diasumsikan musim hujan secara normal datang beberapa bulan ke depan, produksi beras di Afrika tahun ini diperkirakan meningkat 3,6 persen menjadi 23,2 juta ton. Menurut FAO Rice Price Index, harga beras meroket hingga 76 persen sejak Desember 2007 hingga April lalu. Harga beras internasional diperkirakan akan mencapai level relatif tinggi karena eksporter menahan persediaan akibat produksi beras yang diprediksi akan merosot tajam.
Untuk mencegah kekurangan pangan, mayoritas negara memberlakukan larangan ekspor beras, pajak, atau bea minimum. Akibatnya, suplai beras internasional terbatas. Selain itu, harga beras bisa terdongkrak karena suplai yang semakin ketat. Harga beras bisa turun, lanjut laporan itu, jika kondisi musim dalam beberapa bulan ke depan membaik. Selain itu, pemerintah perlu melonggarkan batasan atas ekspor beras. Meski begitu , harga beras tampaknya akan kembali seperti tahun lalu akibat harga pupuk dan pestisida naik. (AFP/ina/dwi/jpnn)