(www.kompas.com, 15-08-2008)
TASMANIA, SELASA - Selama beberapa tahun kelangsungan hidup setan Tasmania (tasmanian devil) terancam serangan penyakit kanker yang mematikan. Penyebabnya tidak diketahui dan para peneliti terus berupaya mencegah dari kepunahan.
Seperti satwa khas Australia lainnya, hewan yang memiliki nama spesies Sarcophilus harrisii juga jenis marsupial. Hewan betina memiliki kantung di perutnya untuk menjaga dan menyusui anaknya yag baru lahir. Saat ini setan Tasmania hanya hidup di Tasmania, namun bukti fosil menunjukkan bahwa hewan tersebut pernah hidup di daratan Australia.
Selain kantung, setan Tasmania juga memiliki ciri khas rambut hitam yang lebat sekujur tubuhnya. Perilakunya juga khas dengan mengeluarkan gas berbau tajam untuk melawan musuhnya, suara yang melengking, dan geretan gigi yang menakutkan saat melumat mangsanya.
Sejak 1800-an, para pendatang memburu hewan tersebut karena menyerang ternak. Saat ini bukan manusia yang menjadi ancaman utama, melainkan tumor muka yang ganas. Penyakit tersebut menular melalui gigitan. Biasanya menyerang hewan berusia 2 tahun dan dapat menyebabkan kematian dalam hitungan bulan.
Sebelum penyakit tersebut mewabah, usia rata-rata dalam populasi di atas 3 tahun. Namun, saat ini hewan yang matang secara seksual di bawah setahun naik menjadi 13-83 persen. Hal tersebut merupakan hasil pengukuran yang dilakukan Menna Jones dan para peneliti lainnya dari Universitas Tasmania di empat titik populasi.
Para peneliti menduga perubahan penyebaran populasi dan penurunan kompetisi untuk mendapat makanan mendorong hewan-hewan yang masih muda untuk bereproduksi sebelum waktunya. Perkembangbiakan yang lebih awal mungkin solusi yang dikembangkan populasi setan Tasmania untuk beradaptasi terhadap serangan kanker. Mamalia khas Pulau Tasmania itu melawannya dengan mengubah strategi seksualnya untuk menghadapi situasi tersebut.
Kanker yang menyerang mulut, muka, dan leher pertama kali dilaporkan pada tahun 1996 di salah satu pusat populasi setan Tasmania. Pada 2007, penyakit tersebut menyebar ke lebih dari setengah sebaran populasinya. Akibat penyakit tersebut, populasinya menurun hampir 89 persen.WAH Sumber : LIVESCIENCE