(www.infopapua.com, 21-07-2008) Bintuni, Sejuta Potensi Mengendap Di Perut Teluk Bintuni. Kekayaan Yang Kelak Akan Jadi Modal Kabupaten Ini Untuk Mengejar Ketertinggalan Dengan Daerah Lain Di Negeri Ini. Teluk Bintuni, banyak yang mungkin tidak akrab dengan nama itu. Ya, Teluk Bintuni adalah nama kabupaten baru hasil pemekaran dari kabupaten manokwari, papua, empat tahun lalu. Meski belum dikenal luas, namun kabupaten yang terletak di Teluk Cendrawasih ini, ternyata menyimpan sejuta potensi. Wilayah dengan luas sekitar 18.658 km persegi tersebut memiliki tanah yang subur, sehingga cocok bagi beragam komoditi pertanian dan perkebunan. ”Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Teluk bintuni, Ir Widianingsih Sri Utami, dari seluruh luas kabupaten tersebut, 620.760 hektar diantaranya adalah lahan potensial pertanian. Hingga saat ini baru 11.133 hektar lahan potensial pertanian yang dimanfaatkan,” ujarnya. Widianingsih menjelaskan, komoditi pertanian seperti padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, pisang hingga jeruk manis, rambutan, dan durian dapat tumbuh dan berkembang dengan sangat baik di Kabupaten tersebut. ”Telah cukup banyak petani disini yang berhasil memanen komoditi–komoditi tersebut,” ujarnya. Fakta ini mendorong Pemerintah Kabupaten menetapkan sektor Pertanian sebagai salah satu Prioritas Pembangunan. Salah satu target Pemerintah kabupaten Teluk bintuni adalah swasembadah beras pada 2010. Langkah menuju target itu dilakukan dengan perluasan lahan sawah dan ladang untuk padi. Saat ini, luas lahan untuk padi 545 hektar terdiri dari 460 hektar sawah dan 85 hektar ladang. ” Untuk mencapai swasembadah pada tahun 2010, kami membutuhkan sekitar seribu hingga dua ribu hektar lahan ” Kata Widianingsih, menjelaskan. Tanah teluk bintuni yang subur pun cocok dengan komoditi perkebunan seprti kelapa sawit dan kakao. ” Saat ini kami tengah mengembangkan perkebunan kelapa sawit seluas 7.500 hektar, ” Kata Badan perencanaan pembangunan Daerah ( Bappeda ) Teluk bintuni, Drs Ajum’at Fimbay, MBA. Kabupaten yang dipimpin Drg Alfons manibui, DESS dan Wakil Bupati Drs h. Akuba Kaitam tersebut juga kaya akan hasil hutan. Kayu dari Teluk Bintuni telah menarik perhatian para pemegang HPH. Saat ini telah sembilan pemegang HPH yang beroperasi di Teluk bintuni. Meski demikian, Alfons tidak berharap banyak dari hasil pengolahan hutan. Menurutnya setelah sekian lama kayu dari hutan Bintuni diambil, manfaat yang dirasakan masyarakt tidak tidak signifikan. ” Untuk setiap meter kubik kayu yang diambil, masyarakat hanya mendapatkan sekitar Rp.80 ribu hingga Rp.100 ribu sebagai kompensasi hak ulayat, ” ujar Alfons, prihatin. Kekayaan teluk Bintuni tidak hanya dipermukaan tanah. Perut bumi Kabupaten berpenduduk 50 ribu jiwa inipun kaya dengan berbagai potensi pertambangan. Cerita kekayaan alam Teluk Bintuni ini telah dimulai sejak zaman Belanda. Beberapa ladang minyak pernah dioperasikan oleh Pemerintah kolonial. ” Kami berencana menghidupkan kembali ladang-ladang minyak yang ditinggalkan Belanda, ” ujar Bupati Alfons. Selain minyak bumi teluk Bintuni pun memiliki kandungan batubara dan emas. Meskipun kaya akan potensi pertambangan, Pemkab Teluk bintuni tidak ingin silau dengan semua itu dan terburu-buru mengeksploitasinya. ” Kami tetap menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas, karena inilah yang dimiliki oleh rakyat, ” kata Alfons. Kesuburan lahan untuk pengembangan inilah yang akan membawa seluruh rakyat Teluk bintuni menatap masa depan baru yang lebih baik. (sumber: bintuni online) |
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP
22 July 2008
Bintuni : Surga Di Teluk Cenderawasih
Label:
Sumber Daya Alam