(www.cenderawasihpos.com, 20-02-2008)
Pengelolaan lingkungan adalah salah satu program kerja yang dilakukan PT Freeport Indonesia ( PTFI). Pengelolaan tailing atau pasir sisa tambang dan reklamasi telah dilakukan dengan baik di wilayah kerja perusahaan. Namun ternyata, PTFI juga peduli dengan apa yang terjadi di luar wilayah kerjanya.
Pelestarian satwa asli Papua misalnya. PTFI telah berhasil mengembalikan Labi-labi Moncong Babi ( Carretochelys insculpta) dan Kangguru Tanah ( Thylogale brunii) ke habitatnya di Tanah Papua.
Satwa-satwa endemik Papua itu semula diselundupkan ke luar Papua. Bahkan Labi-labi Moncong Babi yang hidungnya mirip hidung Babi, akan diselundupkan ke Taiwan dan China sebagai bahan makanan di negara-negara tersebut.
Setelah bekerjasama denngan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSD) Papua dan Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Sukabumi, Jawa Barat, PT Freeport Indonesia pada Agustus 2006 telah memulangkan 2.930 ekor Labi-labi Moncong Babi yang telah dilepasliarkan di perairan Mimika. Sementara untuk Kangguru Tanah, telah dipulangkan ke Papua dan dilepasliarkan di taman nasional Wasur, Merauke sebanyak 21 ekor.
Selain labi-labi moncong babi, PT Freeport Indonesia juga memfasilitasi pengembalian 21 ekor kanguru tanah ke habitat aslinya di Taman Nasional Wasur, Merauke, Papua.
Hewan- hewan asal Merauke itu, semula ditemukan di Bogor, Bandung dan Jakarta dalam razia yang dilakukan Departemen Kehutanan dengan bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Lima ekor kangguru yang saat itu tertangkap, dipelihara sementara di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC), Sukabumi, Jawa Barat dan berkembang biak menjadi 22 Ekor. Dengan bantuan Departemen Lingkungan PTFI, ke 22 ekor Kanguru tersebut berhasil dikembalikan ke Papua.
Setelah mengalami masa rehabilitasi beberapa bulan di Kampung Nayaro, Timika, kangguru-kangguru tersebut diberangkatkan dengan pesawat Garuda dari Timika ke Jayapura. Kemudian dengan pesawat Merpati diterbangkan dari Jayapura ke Merauke pada 11 Desember 2007 lalu. Kedatangan kawanan hewan marsupial itu disambut secara resmi oleh Pemda Merauke yang dipimpin langsung Bupati Drs. John Guba Gebze, termasuk puluhan warga suku Marid, pemilik ulayat daerah tersebut dengan tari-tarian adat.
Di samping itu, PTFI juga telah melakukan sejumlah besar kajian ekologi dan keaneragaman hayati di dalam wilayah proyek PTFI dalam rangka kemudahan pengelolaan keanekaragaman hayati secara efektif.
Kajian itu dilakukan bersama para pakar dari Indonesia maupun luar negeri, yang mencakup juga survei terhadap tumbuh-tumbuhan, etno-botani, tanaman obat-obatan, mamalia, burung, hewan amfibi, reptilia, ikan, fauna tanah, dan serangga air maupun darat. Sebagian besar karya tersebut dapat langsung diterapkan dan tersedia bagi peneliti yang ditugaskan untuk mengembangkan rencana pengelolaan Taman Nasional Lorenz.
Program keanekaragaman hayati PTFI telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi ilmu pengetahuan alam Papua di Papua melalui penemuan spesies baru, koleksi bahan acuan, serta penerbitan karya tulis, buku dan poster ilmiah.
PTFI melalui program tersebut juga telah mendukung sejumlah besar penelitian tentang keanekaragaman hayati di Papua, dengan koordinasi bersama beberapa LSM dan Pemerintah Indonesia. Hal ini termasuk ekspedisi yang terkenal, yaitu ekspedisi Conservation Internasional ke wilayah Pegunungan Foja, Papua pada tahun 2006 lalu. Ekspedisi ini menghasilkan penemuan sejumlah besar spesies baru tanaman, burung, katak, serangga dan mamalia. (Lucky Ireeuw)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP