(www.kompas.com, 07-02-2008)
WASHINGTON, KAMIS - Saat manusia modern mulai bermigrasi keluar Afrika, tanpa sadar juga ditumpangi kutu rambut. Hal ini dapat dilacak dari kemiripan sifat genetika kutu-kutu rambut yang ditemukan di berbagai belahan dunia saat ini dengan kutu rambut manusia kuno.
Misalnya, jasad kutu rambut yang ditemukan di rambut mumi berusia 1000 tahun dari Peru. Kode genetika organisme yang berukuran kecil itu bisa dikatakan sama dengan kutu sejenis yang saat ini hidup di Afrika, Eropa, dan Asia.
"Hal ini mengatakan kepada kita bahwa tipe genetika ini menyebar ke seluruh dunia bersamaan saat manusia juga menyebar dan bermigrasi ke seluruh dunia," kata David Reed dari Universitas Florida. Seperti ditulis dalam Journal of Infectious Diseases, Reed dan koleganya mencatat tiga kelompok kutu rambut, A, B, dan C.
Kelompok A ditemukan di semua belahan dunia, kelompok B hanya di Amerika Utara dan Eropa. Sementara, kelompok C termasuk paling jarang. Kelompok B sebelumnya berkembang terpisah di Amerika, namun penjelajah benua membawanya ke Eropa, begitu pula kelompok A dari Eropa ke Amerika.
Para peneliti tanpa sengaja menemukan kutu rambut tipe A pada kepala mumi yang ditemukan di wilayah bergurun di pantai selatan Peru. Para peneliti menemukan lebih dari 900 ekor kutu rambut dari dua kepala mumi yang berasal dari kebudayaan Tiwanaku Chiribaya itu.
"Jumlahnya sangat banyak. Ini mengejutkan. Ini benar-benar bernilai karena betapa banyaknya kutu di rambut," ujar Reed. Ia menduga, rambut yang dikepang jarang disisir sehingga menjadi surga kutu-kutu rambut itu.
Setelah dipelajari kode DNA-nya, kutu tersebut masuk kelompok A. Hal ini menunjukkan kutu rambut keluar Afrika dan menyebar lebih dulu di Benua Amerika sebelum ke Eropa.
Kutu rambut dari kelompok A berkerabat dekat dengan kutu badan penghisap darah yang sering disebut bangsat. Kutu yang hanya hidup di tubuh manusia diketahui bisa menyebarkan bakteri penyebab penyakit, mialnya thypus.
Reed yakin sebagian kutu dari mumi juga membawa bakteri tersebut. Dengan memeplajari bakteri tersebut, sejarah migrasi manusia mungkin juga dapat dirunut. Bahakn, termasuk sejarah penyebaran penyakit seperti thypus.(REUTERS)