(www.cenderawasihpos.com, 14-02-08)
Ada Lubang Resapan Air, Tapi Sudah Tertutup Bangunan Rumah Warga
Banjir yang melanda sejumlah rumah warga Bambu Kuning Polimak 15 Januari lalu, nampaknya mulai membuat cemas warga di daerah itu. Meski air sudah surut, namun sewaktu-waktu banjir bisa datang lagi. Apa harapan warga agar daerah tersebut bebas banjir?
Laporan: AGUNG TRI HANDONO
Jika dilihat dari letaknya pada permukaan air laut, sebenarnya kawasan Bambu Kuning Polimak, cukup tinggi, namun daerah ini ternyata menjadi langgan banjir. Seiring dengan meningkatnya pemukiman dan aktivitas warga, nampaknya memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan di daerah ini.
Jika selama ini, air yang mengalir di daerah tersebut bisa terserap dan tidak sampai meluap, maka saat ini jika hujan deras maka pasti terjadi luapan dan banjir di daerah ini. Beberapa sumber menyebutkan bahwa daerah ini sebenarnya ada lubang atau saluran peresapan air secara alami, namun karena saluran tersebut tertutup, membuat daerah Bambu Kuning tidak bisa lagi kering.
Adanya saluran lubang peresapan air ini juga dibenarkan Hendrik Wameya, yang mengaku sejak 1976 sudah menempati daerah di sekitar Bambu Kuning ini. Pada saat dirinya mulai tinggal di daerah ini, tak ada bayangan bahwa suatu saat daerah tersebut menjadi daerah langganan banjir. “Pemukiman warga dulu tidak seperti saat ini, hanya ada sekitar 3 sampai 5 rumah saja,”ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.
Meski hujan deras, namun air yang mengalir ke Bambu Kuning bisa langsung kering dan tidak tergenang seperti saat ini. Dikatakan, ada beberapa saluran pembuangan alami yang ada di daerah ini, salah satunya muncul di Mesran dekat pelabuhan, dan satunya lewat saluran di dekat Kalam Kudus. “Saluran peresapan air ini, sudah ditutup oleh beberapa bangunan yang ada,”tutur Hendrik
Hal senada juga diungkapkan Mince Mansai, salah seorang penjual pinang di daerah itu, yang juga sudah lama tinggal di daerah ini. Menurutnya, daerah ini dulunya kering, bahkan sering dijadikan tempat bermain sepak bola dan bola voli oleh masyaraklat. Meski hujan dan tergenang air, namun tak lama genangan air ini bisa surut dan kering. “Sejak 1976 kami tinggal di sini, baru hujan kemarin yang menyebabkan banjir dan merendam kawasan ini,”ungkapnya.
Tanda-tanda terjadinya perubahan lingkungan, terutama saluran peresapan air ini, menurut Mince Mansai disebabkan pemukiman warga semakin padat. Tidak hanya itu, saja, pengaruh sedimentasi pengendapan lumpur atau sampah-sampah juga mempengaruhi resapan di daerah ini. Oleh karena itu, bila daerah ini tidak lagi rawan banjir, seharusnya perlu mengembalikan fungsi saluran pembuangan air di kawasan ini. “Bangunan maupun sampah dan lumpur yang menutup saluran ini perlu dibersihkan, saluran pembuangan berfungsi lagi, “tandas Mince.
Perubahan lingkungan di daerah ini memang terjadi cukup signifikan, hal ini bisa terlihat dari pantauan Cenderawasih Pos, dimana sejumlah bangunan rumah yang lama ini, kini lantai dasarnya justru lebih rendah dari badan jalan. Padahal menurut salah seorang warga, bangunan beberapa rumah di pinggir kiri dan kanan jalan ini dibangun 1 meter lebih tinggi dari badan jalan. Praktis saat banjir kemarin, meski jalan sudah kering beberapa rumah warga masih terendam air. Dengan kondisi tersebut, sejumlah warga memang mengantisipasi dengan membangun rumah bertingkat.
Bangunan rumah di kawasan ini tampaknya tidak hanya yang telihat di pinggir sepanjang jalan. Bila melonggok ke belakang, ternyata juga padat dengan pemukiman warga. Bahkan di atas genangan air tersebut juga berdiri sejumlah rumah panggung, yang dikontrakkan. “Dulu kering, kelihatan tanah dasar dan rumput-rumput yang tumbuh, tapi sejak 2006 dan 2007 ini sering tergenang air, “ujar Dalih yang mengaku meski saat ini terjadi genangan seperti kolam air yang besar dan dipenuhi sampah, dirinya tidak terganggu oleh nyamuk. “Tidak ada nyamuk, saya juga heran,”ujarnya.
Sampah sampah yang kini terlihat menumpuk di atas permukaan kolam besar ini, menurut Dalih bukan dari warga yang tinggal di daerah tersebut, tapi sampah-sampah ini muncul dan terbawa banjir dari daerah lain yang lebih tinggi. “Kami sering membersihkan dan membuangnya ke tempat sampah, tapi jika habis hujan maka sampah muncul lagi,”terang Dalih yang mengaku banyak orang yang menjadikan tempat ini untuk memancing.
Dengan kondisi yang ada ini, warga yang ditemui Cenderawasih Pos berharap agar pemerintah mengambil tindakan untuk pembersihan dan penanganan saluran pembuangan air di daerah ini, supaya daerah ini tak lagi terkena banjir.(*)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP