NEW YORK, SELASA - Kesepakatan untuk melawan pemanasan global yang dihasilkan dalam Bali Roadmap di Nusa Dua, Bali akhir tahun lalu mulai ditindaklanjuti. Debat dua hari diselenggarakan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, AS untuk mendukung pakta baru yang akan diselesaikan pada 2009.
"Jika 2007 merupakan tahun yang menjadi puncak agenda perubahan iklim, 2008 merupakan saatnya kita melakukan aksi bersama," ujar Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, Senin (11/2) waktu New York. Debat dua hari dihadiri sejumlah delegasi negara-negara anggota PBB, pengusaha, dan tokoh terkemuka.
Pertemuan ini merupakan tindak lanjut konferensi kerangka perubahan iklim (UNFCC) di bali yang dihadiri delegasi 190 negara. Konferensi tersebut telah menyepakati pembentukan cetak biru untuk mengendalikan perubahan iklim paling lambat akhir tahun 2009 untuki menggantikan Protokol Kyoto yang berakhir tahun 2012.
"Konferensi menetapkan apa yang harus dilakukan, sekarang pekerjaan sebenarnya dimulai. Tantangannya besar. Kita memiliki waktu kurang dari dua tahun untuk menyusun kesepakatan tersebut berdasarkan data-data ilmiah yang ada," kata Ban.
Ban menyerukan kepada pemerintah, organisasi, dan individu di seluruh dunia untuk bahu-membahu membantu melanjutkan momentum yang tidak akan datang dua kali. Konferensi di Bali merupakan lompatan besar dalam usaha melawan perubahan iklim akibat pemanasan global yang mehairkan Bali Roadmap.
AS yang sebelumnya tidak meratifikasi Protokol Kyoto telah menyepakati Bali Roadmap. Komitmen AS sangat ditunggu-tunggu karena sebagai salah satu negara industri yang menyumbang emisi besar di dunia.
Sebelum debat, Sekjen PBB sebelumnya telah merilis laporan baru yang menyatakan bahwa kerugian akibat pemanasan global akan mencapai 20 triliun dollar AS selama dua puluh tahun ke depan. Laporan ini akan menjadi salah satu topik perdebatan yang dihadiri sejumlah tokoh, seperti milyarder Inggris Richard Branson dan artis Daryl Hannah.(AP/WAH)