![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUxhoo-dftA3cenzDZVgrIdsX7lTqvYfnTV2Xf6VfW8NnR51qsz9ASUA7QOevdjhLsg_zfJdMcHWFTKIyB9tPOWWWfD9zNCic6oj9Uh_bs65K655gNVUKL46Y6lhiAmAYxnpYKRtTk_4ww/s400/2008-11-14+greepeace.jpg)
PEKANBARU, JUMAT - Kapal MV Esperanza milik organisasi lingkungan Greenpeace terpaksa keluar dari pelabuhan angkut minyak sawit (crude palm oil/CPO) Dumai, Riau. Dua tug boat Administrasi Pelabuhan (Adpel) Dumai, Jumat (14/11) siang mendorong kapal tersebut yang sejak awal minggu ini menghalangi kapal pengangkut minyak kelapa sawit yang kleuar masuk ke pelabuhan tersebut.
Esperanza menghalangi pengapalan CPO dari Dumai sebagai aksi protes terhadap kerusakan hutan yang dilakukan perusahaan sawit di Riau. Juru Kampanye Media Greenpeace Asia Tenggara Nabiha Shahab mengatakan, aksi tersebut sengaja dilakukan untuk menghalangi kapal tanker Isola Corallo memuat CPO di Dumai.
Kapal Isola Corallo rencananya akan memuat CPO milik Sinar Mas tujuan Rotterdam, Belanda. Namun, sejak tanker tiba di Dumai pada Rabu silam (12/11), Greenpeace telah menghadangnya dengan aksi seorang aktivis mengikatkan diri di rantai jangkar kapal.
"Awalnya kami berencana menempati pelabuhan selama sepekan tapi dua tug boat mengusir dengan cara mendorong kami," kata Nabiha. Aksi tersebut merupakan protes terhadap perusahaan Sinar Mas yang terus menebangi hutan gambut di Papua, Kalimantan, dan Sumatera.
Esperanza akhirnya mengalah dan kapal tanker yang dihalangi kini sudah memasuki pelabuhan. Belum ada kabar adanya penahanan dari pihak kepolisian akibat aksi tersebut. Sebelumnya, aktivis lingkungan Greenpeace juga melakukan aksi yang sama dengan mengikat diri di rantai jangkar kapal tanker CPO Gran Couva empat hari lalu. Aksi tersebut akhirnya juga dihentikan paksa oleh polisi setempat.
WAH, Sumber : Antara