(www.cenderawasihpos.com, 15-11-2008)
Pendangkalan dan adanya zat kimia yang cukup berbahaya di Danau Sentani, mendorong Pemkab Jayapura melakukan pemantauan di sepanjang aliran sungai yang bermuara di Danau Sentani. Apa saja yang ditemukan Bapedalda saat menelusuri sungai jembatan II ?
Laporan: Rizkyanto Sukoco, Sentani
Pendangkalan yang terjadi di Danau Sentani serta adanya temuan zat kimia oleh Bapedalda Kabupaten Jayapura, disinyalir akibat adanya aktifitas masyarakat di sepanjang aliran sungai yang bermuara ke Danau Sentani. Salah satu sungai yang diduga menjadi penyebab pendangkalan yaitu aliran sungai jembatan II.
Terkait dengan hal itu Pemkab Jayapura menginstruksikan Asisten II Setda Kabupaten Jayapura, Drs. Alfonsesa, MM, bersama Tim dari Bapedalda Kabupaten Jayapura mengecek penyebab polusi tersebut hingga ke daerah Bumi Perkemahan (Buper) Waena juga diikuti tim dari Pemkota Jayapura.
Setelah berjalan kaki kurang lebih 30 menit dari Buper Waena, rombongan Asisten II Alfonsesa menemukan adanya aktifitas penduluangan emas tradisional. Terlihat beberapa orang warga sedang mengais rejeki dengan menggunakan alat tradisional berupa wajan.
Usai melakukan peninjauan, tim kemudian melakukan pertemuan dengan Ondoafi Frans Ohee di rumahnya tidak jauh dari lokasi pendulangan emas. Asisten II Alfonsesa kepada Cenderawasih Pos usai pertemuan mengatakan banyaknya aktifitas warga di sepanjang kali yang bermuara ke Danau Sentani mengakibatkan terjadinya pendangkalan. Bahkan saat ini diperkirakan telah terjadi endapat tanah dengan jarak 300 meter dari muara kali jembatan II.
"Banyaknya endapan tanah ini mengakibatkan pendangkalan di sungai jembatan II dan dimuaranya terdapat endapan tanah dengan jarak 300 meter dari muara kali jembatan II,"ungkap Alfonsesa.
Selain endapan tanah, menurutnya aktifitas pencucian mobil/motor serta pendulangan emas oleh masyarakat di aliran kali jembatan II dapat mencemari Danau sentani dengan zat-zat kimia. Hal ini tentunya akan mengancam kehidupan biota/ekosistem lingkungan di danau."Kami menghimbau dan meminta aktifitas pendulangan bisa dihentikan,"lanjutnya.
Disamping mengharapkan dihentikannya aktifitas pendulangan, Alfonsesa juga mengatakan kemungkinan ke depan akan dilakukan studi kelayakan dengan melihat semua aspek yang ikut terpengaruh dengan adanya penambangan di Buper Waena serta aktifitas lainnya."Kajian ekonomi dan lingkungan sangat diperlukan, sehingga tindakan-tindakan jangka pendek ini dapat ditentukan," tegasnya.
Sementara itu, menurut salah satu staff tim dari Pertambangan dan Energi Kabupaten Jayapura, Gunawan Iskandar, ST mengatakan bahwa dilihat dari geologi daerah pendulangan emas adalah litologi batuan Ultrabasa dan morfologi daerah ini berupa perbukitan bergelombang dengan sudut kemiringan 20-30 derajat.
Namun menurutnya aktifitas yang dilakukan masyarakat bukan lagi masuk kategori tradisional"Aktifitas mereka termasuk sedikit diatas pendulanmg tradisional. Karena mempunyai tehnik yang cukup mutakhir dengan menggunakan sistem penyemprotan air," ungkapnya.(*)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP