(www.cenderawasihpos.com, 10-11-2008)
MERAUKE- Tingginya harga pupuk kimia non subsidi Pemerintah, membuat Dinas Tanaman Pangan (Pertanian,red) Kabupaten Merauke mulai coba gunakan 6 pupuk cair organic kepada petani pada musim tanam tahun 2008/2009 ini. Keenam pupuk cair yang akan dicoba tersebut adalah pupuk Organik Cair Kana, Soso, Pomix, Biotama dan Embio.
‘’Tidak mungkin kita akan terus tergantung sama pupuk kimia. Apalagi sekarang harga impor bahan pupuk kimia semakin tinggi. Untuk pupuk non subsidi saja sekarang telah mencapai Rp 7.000 perkilogramnya. Sedangkan pupuk bersubsidi yang kita terima setiap tahunnya terus menurun,’’ kata Kepala Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Merauke Ir Omah Laduani Ladamay, M.Si, kepada Cenderawasih Pos, ditemui di ruangannya, pekan lalu.
Karena itu, pihaknya saat ini terus mencari solusi dengan menggerakkan masyarakat tani untuk bertani dengan cara menggunakan pupuk organik. ‘’Tahun ini juga kita mulai mencoba 6 pupuk cair organik tersebut. kalau yang kita coba ini berhasil selain tetap menggunakan pupuk kimia tapi dosisnya semakin terus kita kurangi, maka nantinya pupuk-pupuk organik itu akan kita gunakan,’’ jelasnya.
Selain masalah pupuk tersebut, juga menyangkut pengembangan teknologi pertanian melalui pola tanam yang menurutnya pola tanam yang dilakukan petani selama ini masih salah.
Agar petani bisa memperoleh pendapatan yang ekonomis, maka setiap petani minimal mempunyai luasan lahan 6 ha dengan pola tanam 2 kali setahun. ‘Jika setiap petani telah memiliki lahan minimal 6 ha, maka tidak perlu seluruhnya harus monokultur tapi harus bergiliran. Misalnya 2 kali tanam, pertama padi-padian lalu selanjutnya palawija. Tidak harus 100 persen padi-padian atau palawiya tapi harus juga masuk ke perikanan darat atau peternakan,’’ jelas.
Dengan luasan minimal 6 ha dengan pola tersebut, terang Laduani, maka sudah dapat diperkirakan pendapatan petani minimal Rp 5 juta setiap bulannya. ‘’Nah, ini sekarang kita tangani. Sebenarnya program ini sudah ada tapi belum ditangani secara termanej,’’ jelasnya .
Disamping itu, tambahnya, cara pikir petani yang selama ini konvensional harus dirubah menjadi petani bisnis. ‘’Tidak lagi seperti tanam dan panen, tapi petani sudah harus hitung-hitungan bisnis. Karena petanian ini merupakan sektor riil dan bisnis,’’ tambahnya. (ulo)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP