( Kompas, Kamis 01 Juni 2006 )
Katak tropis túngara jantan (Physalaemus pustulosus) memiliki jaringan serat lebih tebal di pita suaranya sehingga dapat merayu katak betina dengan suara yang kompleks. Demikian kesimpulan para peneliti dari Institut Penelitian Tropis Smithsonian di Panama yang dimuat dalam jurnal Nature edisi 4 Mei.
Katak túngara jantan menarik perhatian katak betina dengan mengeluarkan suara panjang dan pendek di daerah yang basah dan kubangan air selama musim hujan. Katak jantan pada awalnya mungkin hanya menghasilkan suara panjang, namun katak betina lebih tertarik pada katak yang mengeluarkan suara pendek.
Untuk mencari hubungan tersebut, para ilmuwan mengambil jaringan berserat di batang tenggorokan katak jantan melalui pembedahan ringan. Katak yang tidak memiliki bagian ini ternyata tidak dapat menghasilkan suara pendek lagi.
Katak tetap dapat menghasilkan suara panjang dan mencoba mengeluarkan suara-suara pendek. Namun, suara yang dihasilkan tidak sebaik suara pendek yang sebelumnya dapat dikeluarkannya.
"Dengan mengambil struktur di batang tenggorokan, kami mengurangi kemampuan seekor katak menghasilkan suara yang kompleks," kata peneliti utamanya, Dr Mike Ryan dari Universitas Texas, Austin. Mulai sekarang, lanjut Ryan, "Kami tahu bahwa terdapat struktur yang menjadi penentu suara tertentu."
"Percobaan ini menunjukkan bahwa jaringan berserat menghasilkan suara kompleks katak túngara jantan," kata peneliti lainnya Dr Marcos Gridi-Papp dari Universidade Estadual Paulista, Brazil. Namun, ini juga menunjukkan bahwa suara kompleks merupakan respon atas sikap tertariknya katak betina mengingat katak betina telah memperlihatkan rasa tertarik sebelumnya.
"Di samping membentuk perilaku katak jantan, ketertarikan katak betina juga mempengaruhi anatomi alat penghasil suara katak jantan. Hal tersebut mendorong pertumbuhan jaringan berserat yang lebih tebal untuk menghasilkan suara kompleks," kata Gridi-Papp.
"Hubungan yang sederhana antara jaringan berserat dan panggilan yang kompleks ini merupakan gejala evolusi kemampuan akustik yang dapat kami pelajari," kata Gridi-Papp. Perlu dilakukan penelitian pada spesies lain dalam satu genus untuk memahami mengapa hal tersebut muncul pada katak túngara namun tidak pada spesies lainnya.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP