( Kompas, Rabu 31 Mei 2006 )
Meskipun basah, kaki katak dapat menempel di permukaan daun atau dahan tanpa terpeleset. Bagaimana mekanisme tersebut bekerja berhasil dipecahkan para peneliti, kuncinya pada struktur permukaan jari kakinya.
Sekilas, katak yang memiliki tubuh berlendir seharusnya kesulitan ketika kakinya menempel di permukaan karena licin. Namun, kenyataannya amfibi darat tersebut sangat lincah melompat dari dahan ke dahan tanpa terjatuh atau mengalami selip.
Gabungan peneliti dari Inggris dan Jerman berusaha mengungkapnya dengan mengamati katak pohon. Penelitian sebelumnya memperkirakan hal tersebut dipengaruhi kerapatan lendir yang menyebabkan gaya adhesi (tarik-menarik) antara kaki lendir di kaki katak dengan permukaan benda.
Namun, penelitian terakhir menunjukkan bahwa terdapat gaya lain yang mempengaruhinya. Katak pohon diketahui memiliki bintil-bintil kecil di permukaan jari-jarinya. Saat kaki katak menapak, bagian tersebut akan bersentuhan langsung dengan permukaan benda sehingga menghasilkan gaya gesekan.
Pola heksagonal
"Jari-jari kakinya tersusun dari struktur rapi dari sel-sel berbentuk heksagonal yang dipisahkan ruang di antaranya," kata Dr. Jon Barnes, penulis laporan penelitian yang juga ahli hewan dari Universitas Glasgow. Bayangkan saat kakinya menekan permukaan daun, lanjut Barnes, maka setiap selnya akan menekuk ke arah terdekat.
Jika diamati lebih teliti, setiap sel dilapisi bintil-bintil berskala nanometer. Saat itulah terbentuk gaya gesekan yang akan menahan permukaan kakinya selip. Bahkan, kontak langsung seperti ini tetap terjadi meskipun permukaan kaki katak dilapisi lendir.
Untuk melihat bagaimana mekanisme ini bekerja, tim peneliti mengukur tebal lendir. Mereka menemukan, lendir yang melapisi permukaan jari-jari kaki katak hanya setebal 100 nanometer.
Lendir setipis ini tidak menghambat permukaan jari-jari kaki melakukan kontak secara langsung ke permukaan benda. Lendir tersebut juga tidak terlalu pekat sebagaimana perkiraan sebelumnya.
"Kami menemukan bahwa cairan tersebut hanya 1,6 kali lebih pekat daripada air," kata Barnes. Jadi, lendir di tubuh katak relatif sangat cair dibandingkan dengan sirup yang ribuan kali kerapatan air.
Menurutnya, gaya gesek yang dihasilkan dari kontak inilah yang lebih mempengaruhi mekanisme menempelnya kaki katak dibandingkan kerapatan lendirnya. Lendir yang sangat pekat justru akan menghambat gerakan katak saat melompat.
Temuan yang dilaporkan dalam jurnal Interface ini mungkin dapat ditiru untuk merekayasa bahan antiselip, misalnya untuk permukaan ban basah. Namun, menurut Barnes masih sulit untuk diwujudkan terutama terhambat masalah ukuran.
Mobil jelas lebih besar daripada katak pohon dan apa yang bekerja pada skala mikro belum tentu bekerja pada skala makro. Kecuali, para peneliti berhasil melipatgandakan ukuran permukaan buatan yang bersifat seperti kaki katak 100 kali lipat lebih besar.
"Anda mungkin dapat melakukannya, namun tidak ada jaminan untuk itu. Meskipun demikian, saya rasa mungkin dapat dimanfaatkan terutama pada alat-alat berukuran kecil," ujar Barnes.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP