(www.cenderawasihpos.com)
MERAUKE- Jadi pengumpul anakan Arwana (Arwana Irian = Sclerophanges Jardinii) dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Kalau tidak, bisa-bisa berujung pada kerugian akibat anakan Arwana yang sudah ditampung dengan harga yang cukup mahal perekornya mati semua. ‘’Kita menjaganya seperti bayi,’’ kata Haji Nuryadi, salah satu pengusaha anak Arwana di Merauke, saat ditemui kemarin. Menjaga seperti bayi, lanjut Nuryadi, karena masalah air, listrik dan makanannya harus diperhatikan. ‘’Airnya paling kurang diganti 2 kali dalam sehari. Terus, listriknya harus dijaga. Jangan sampai pada malam hari, listrik tiba-tiba padam kita tidak nyalakan genset ikan bisa mati semua karena kekurangan oksigen. Jadi genset harus siap,’’ terangnya.
Menurutnya, untuk jadi pengusaha pengumpul anakan Arwana memiliki resiko yang sangat tinggi. ‘’Stress sedikit ikannya bisa mati. Makanya dalam sehari, walau kita sudah jaga dengan baik tapi tetap saja ada yang mati 2 atau tiga ekor,’’ terangnya.Karena memiliki resiko yang cukup tinggi tersebut, dari 40 pengusaha yang ikut menampung Anakan Arwana tahun lalu, sekarang ini tinggal 8 orang. ‘’Tahun kemarin semua mengalami kerugian Rp 100-200 juta karena banyak yang mati setelah sampai di Jakarta. Makanya, banyak yang mundur dan memilih usaha lain,’’ terangnya.Jika tahun ini tetap memilih sebagai penampung, kata dia, itu karena tidak ada pekerjaan lain. ‘’Kita juga kasihan kepada pelanggan dan masyarakat yang sudah datang kemudian tidak ada yang beli dan harus dibuang begitu saja, makanya kita coba lagi sekaligus membantu masyarakat,’’ jelasnya.Nurhayadi tidak perlu jauh-jauh lagi sampai ke kampung untuk mencari. Karena masyarakat atau pihak kedua yang datang langsung menawarkan anakan Arwana tersebut.
‘’Harganya bervariasi tergantung penawaran kita mulai Rp 8.000-10.000,’’ jelasnya. Soal penjualan anakan Arwana tersebut, Nurhayadi mengungkapkan, sudah ada langganan yang ditujukan ke Jakarta. ‘’Sebelum kita tampung, kita kontak ke sana (Jakarta dulu). Kalau bersedia membeli, ya kita mulai tampung. Tapi ya itu tadi, persoalan yang bisa kita alami soal tranportasi bila pesawat terlambat sampai di tujuan, ikan banyak yang mati karena sudah kekurangan oksingen,’’ tambahnya. (ulo)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP