( Cenderawasih Pos, Kamis 07 Desember 2006 )
Salah seorang Warga masyarakat Pedalaman Nabire, Timo Kotouki dari Moanemani mengatakan, selama ini warga bercocok tanam dan memiliki kelompok tani, namun untuk memasarkan hasil pertanian, mereka mengalami kendala sarana dan prasarana transportasi untuk memasarkan hasil pertanian mereka dari Moanemani ke Nabire atau dari Moanemani ke Enarotali, ibu kota Kabupaten Paniai.
Disinggung adanya soal kendaraan Dinas Ektrada atau jenis L.200 milik kepala distrik, kata Timo, kendaraan itu tidak pernah melayani masyarakat untuk mengangkut hasil pertanian mereka. “ Apa lagi kalau ikut kendaraan dinas itu ke Nabire atau kembali ke Moanemani dan Ikrar selalu ditagih uang, padahal itu plat merah (Dinas).Jumlah yang ditagih sebesar Rp 150.000/ perorang,” ungkapnya. Sedang untuk carter kendaraan umum perunit mencapai Rp 4.500.000.
“Ini suatu kendala besar bagi kami petani. Sehingga hasil pertanian kami dijual saja di pasar lokal, bahkan ada yang busuk karena terlalu banyak. Penyuluh pertanian di Distrik Kamu dan Ikrar, Yakobus Dogomo yang dikonfirmasi Rabu (6/12) kemarin membenarkan peryataan masyarakat tersebut. Kata Yakobus, Distrik Kamu,Ikrar dan Mapia masing – masing memiliki dua kelompok Tani, seperti di Ikrar Kelompok Tani Gopuye,di Moanemani Kelompok tani Keringat dan Pakoya dan di Mapia ada dua kelompok juga.” Untuk tahun 2006 ini kami mendapatkan iformasi, masing – masing kelompok tani yang ada mendapatkan bantuan dan yang bersumber dari dana DIPA namun hingga kini belum ada realisasi dari Pemerintah. Sementara di lapangan masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani selalu mendatangi saya dan tanyakan kapan dananya akan direalisasikan,” ungkapnya. (jon)
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP