( Kompas, Kamis 14 Desember 2006 )
Nasib lumba-lumba putih yang hidup di Sungai Yangtze mungkin telah berakhir. Suatu tim ekspedisi internasional yang mencoba mencarinya di sepanjang sungai paling timur daratan China selama enam minggu tidak menemukan satu pun.
Bahkan tim tersebut di akhir ekspedisi, Rabu (13/12), menyatakan bahwa spesies yang dikenal dengan nama lokal Baiji itu dinyatakan punah secara fungsional. Polusi, perburuan liar, dan trafik lalu lintas air yang semakin padat di sepanjang sungai mungkin menjadi penyebab utama kepunahannya.
"Mungkin masih ada satu atau dua ekor namun mereka tidak akan tahan hidup lama," ujar August Pfluger, seorang ekonom Swiss yang beralih menjadi naturalis. Pria yang tergabung dengan 29 ilmuwan dan kru dari China, AS, dan empat negara lainnya telah menjelajah sejauh 1.600 kilometer untuk mencari bukti-bukti keberadaan Baiji.
Ekpedisi serupa yang dilakukan pada tahun 1997 berhasil menemukan 13 penampakan Baiji di sepanjang Sungai Yangtze. Seorang nelayan juga mengaku melhat seekor Baiji pada tahun 2004. Populasi Baiji turun drastis sejak tahun 1980-an saat China memulai reformasi pasar bebas yang telah memajukan perekonomiannya sampai sekarang. Saat itu jumlah Baiji di alam diperkirakan tinggal 400 ekor. Pertumbuhan industri yang begitu tinggi harus dibayar dengan kepunahannya.
Meski demikian, tim ekpedisi tetap berharap dapat melihatnya di hari terakhir dengan mengamati aliran dekat kawasan industri Wuhan, di mana baiji terakhir dilihat atau pada kesempatan berikutnya. Kementrian Agrikultur China yang mendanai ekspedisi ini berharap konservasi baiji dapat mengangkat citranya sebagai simbol China, seperti panda, yang populasinya tumbuh kembali.
Populasi baiji diperkirakan telah muncul di Yangtze sejak 20 juta tahun lalu. Penduduk lokal di China memuliakannya sebagai simbol Dewa Sungai Yangtze.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP