( Papua Pos, Jumat 15 September 2006 )
Seruan menangkap lebih banyak lagi cukong kayu ilegal diserukan oleh Wakil Presiden. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan agar pihak kepolisian segera menangkap lebih banyak lagi pelaku pembalakan liar (illegal logging) yang kini buron di dalam negeri maupun luar negeri. Penangkapan terhadap pelaku pembalakan liar paling tidak, akan menghindarkan negara ini seperti Afrika, karena banyak areal kosongnya dibandingkan dengan jumlah pohonnya.
Memang seruan tersebut adalah seruan hati nurani kita juga. Bagaimana tidak? Hampir setiap tahun kita menyaksikan akibat dari kelakuan yang amat jahat tersebut. Mereka mencuri kayu dari hutan kita, lalu kemudian memperkaya diri sendiri. Akibatnya, masyarakat kemudian menderita akibat banjir, kerusakan ekologis, serta rusaknya gen tumbuhan di masa depan. Kelakuan para cukong kayu memang bagaikan lumpur hisap. Mereka tidak membiarkan satu pun kayu tegap berdiri. Mereka langsung berselera tinggi ketika menyaksikan pepohonan hijau dan lebat Mereka, ketika melihat lahan subur langsung mengasah alat pemotong.
Mereka tidak mau menunggu waktu. Hutan yang indah dan subur dibabat tuntas habis. Maka kelak, negeri kita benar-benar seperti di Afrika sana. Yang ada hanyalah lahan yang kering kerontang tak berguna lagi. Tak ada kehidupan yang bisa diharapkan di sana.
Mereka menggunakan jaringannya untuk merambah hutan di seantero negeri. Terbanglah melalui pesawat udara di atas Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua. Yang terlihat hanyalah lahan kosong kering kerontang pada sebagian besar wilayah yang sebelumnya amat subur. Semuanya karena kejahatan para pencuri kayu yang berlindung di balik cukong kayu.
Kejahatan ini sudah lama terjadi. Mereka pernah dilindungi oleh tangan kekuasaan. Kekuatan mereka dari uang dan pelicin yang mereka berikan. Maka dengan lihai keluarlah legalitas atas keberadaan mereka Dengan uang yang membanjir itu, para penguasa mengeluarkan secarik kertas untuk mengubah peruntukkan hutan. Mereka bersedia memanipulasi sebuah kebijakan karena mata mereka menghijau karena uang.
Demikian juga mereka bisa dengan mudah menipu sistem. Karena kemampuan melakukan kejahatan ini sudah amat luar biasa mahir, maka kebijakan bisa diselewengkan atas nama kebenaran padahal sesungguhnya tipu muslihat palsu. Di Kalimantan, seorang petinggi daerah terjerat kasus ini.
Ia mengubah hutan menjadi lahan sawit. Di atas kertas cukup bagus. Tetapi nyatanya, kayu bekas hutan dijual dan dijadikan barang dagangan. Seruan Wakil Presiden adalah tantangan kepada aparat kepolisian. Penangkapan seorang cukong kayu yang baru-baru ini ditangkap di luar negeri masih belum bisa membersihkan negeri ini dari kejahatan hitam. Dibutuhkan lebih banyak lagi tenaga dan kekuatan untuk menjadikan Indonesia bersih dari tantangan dan jemari para cukong.
Sungguh para cukong kayu ini benar-benar tidak malu. Mereka bagaikan manusia yang tak lagi punya martabat. Mereka tidak malu-malu melarikan diri. Mereka tidak lagi malu melihat dirinya tak lebih dari objek perburuan aparat.
Ini benar-benar menunjukkan betapa rendahnya martabat mereka. Bahkan keluarga mereka pun bernasib sama. Mereka secara bersama-sama banyak yang terlibat dalam kejahatan yang patut digolongkan sebagai kejahatan kepada seluruh masyarakat.
Aparat Kepolisian harus bekerja keras menangkap mereka. Mereka harus benar-benar dijebloskan ke dalam penjara yang ada di negeri ini. Kalau perlu, tanpa pandang bulu, mereka harus dihukum seberat-beratnya karena mereka tidak pernah memikirkan akibat dari perbuatannya. Mereka dengan sendirinya sudah menjerumuskan diri ke dalam kejahatan yang dengan sengaja mereka lakukan sendiri. Karena itu, kita semuanya harus menggalang seruan itu untuk menangkap cukong kayu. **
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP