(www.bintangpapua.com, 19-01-2012)
MANOKWARI - Beberapa tahun belakangan ini kota Manokwari selalu menjadi langganan banjir setiap musim penghujan. Yang terbaru, banjir yang terjadi di Kali Wosi, Selasa (17/1) malam lalu berakibat 5 unit rumah di kampung Tanimbar, Transito-Wosi hanyut. Di beberapa wilayah lain, puluhan rumah warga terendam.
Apa penyebab ibukota Provinsi Papua Barat berjuluk kota Injil ini kini menjadi rawan banjir ? Selain faktor cuaca ekstrim berupa curah hujan yang cukup tinggi, menurut wakil bupati Manokwari Roberth KR. Hamar, permasalahan pokoknya adalah kesalahan peruntukan lahan.
Karena itu menurutnya, perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap tata ruang kota Manokwari. Kawasan penyangga terutama yang berada di dataran tinggi serta daerah resapan air yang kini telah beralih fungsi menjadi perumahan, sebaiknya dikembalikan sesuai peruntukkannya.
Demikian pula kawasan konservasi seperti hutan lindung telah banyak diserobot untuk kepentingan yang bisnis dan lainnya.
“Harus dibatasi wilayah mana yang dibuka dan wilayah mana yang tidak, akibat pembukaan (kawasan) inilah yang berakibat banjir, “ kata Hammar kepada wartawan, usai menyerahkan bantuan bahan bangunan dan peralatan masak bagi warga korban banjir di kampung Tanimbar, Wosi, Kamis (19/1).
Selain tata ruang, lanjut Hammar, Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) terutama di sepanjang bantaran kali juga perlu ditinjau kembali. Pasalnya, seiring meningkatnya populasi penduduk kota Manokwari, bangunan rumah warga kini sudah memenuhi daerah sepanjang aliran kali.
MANOKWARI - Beberapa tahun belakangan ini kota Manokwari selalu menjadi langganan banjir setiap musim penghujan. Yang terbaru, banjir yang terjadi di Kali Wosi, Selasa (17/1) malam lalu berakibat 5 unit rumah di kampung Tanimbar, Transito-Wosi hanyut. Di beberapa wilayah lain, puluhan rumah warga terendam.
Apa penyebab ibukota Provinsi Papua Barat berjuluk kota Injil ini kini menjadi rawan banjir ? Selain faktor cuaca ekstrim berupa curah hujan yang cukup tinggi, menurut wakil bupati Manokwari Roberth KR. Hamar, permasalahan pokoknya adalah kesalahan peruntukan lahan.
Karena itu menurutnya, perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap tata ruang kota Manokwari. Kawasan penyangga terutama yang berada di dataran tinggi serta daerah resapan air yang kini telah beralih fungsi menjadi perumahan, sebaiknya dikembalikan sesuai peruntukkannya.
Demikian pula kawasan konservasi seperti hutan lindung telah banyak diserobot untuk kepentingan yang bisnis dan lainnya.
“Harus dibatasi wilayah mana yang dibuka dan wilayah mana yang tidak, akibat pembukaan (kawasan) inilah yang berakibat banjir, “ kata Hammar kepada wartawan, usai menyerahkan bantuan bahan bangunan dan peralatan masak bagi warga korban banjir di kampung Tanimbar, Wosi, Kamis (19/1).
Selain tata ruang, lanjut Hammar, Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) terutama di sepanjang bantaran kali juga perlu ditinjau kembali. Pasalnya, seiring meningkatnya populasi penduduk kota Manokwari, bangunan rumah warga kini sudah memenuhi daerah sepanjang aliran kali.