(www.kompas.com, 12-01-2012)
PAPUA NIUGINI, KOMPAS.com — Christopher Austin dari Museum of Natural Science di Lousiana State University dan mahasiswanya, Eric Rittmeyer, menemukan katak kecil yang sekaligus dinobatkan sebagai vertebrata (hewan bertulang belakang) paling mungil. Katak itu kemudian disebut Paedophryne dekot—dekot berarti "amat kecil" dalam bahasa setempat, Daga.
Katak itu sebenarnya sudah ditemukan sejak tahun 2009 di hutan Papua Niugini, tetapi peneliti baru memublikasikannya tahun ini. Ukuran katak itu hanya 7,7 mm, mengalahkan vertebrata terkecil sebelumnya, ikan Paedocypris progenetica dari Indonesia.
Austin mendeteksi adanya satwa ini saat mendengarkan nyanyian unik di malam hari berbunyi "ting-ting". Saat dicari, ternyata nyanyian unik itu berasal dari katak yang ditemukan. Pengambilan katak cukup sulit. Austin harus mencoba lima kali sampai akhirnya berhasil.
Austin, dikutip Livescience, Rabu (11/1/2012), menuturkan, "Kami belum mengetahui apa yang mereka makan, kami juga hanya tahu sedikit tentang ekologinya. Mereka mungkin memakan invertebrata sangat kecil di daun kering, seperti tungau."
Genus Paedophryne memang dikenal sebagai genus katak dengan anggota katak-katak mungil. Katak lain dalam genus ini adalah Paedophryne swiftorum yang ditemukan tahun lalu. Penemuannya juga dipublikasikan di jurnal PLoS ONE, Rabu kemarin.
Menurut Austin, katak mungil sebenarnya hal yang umum, menunjukkan bagaimana evolusi bekerja. "Ini bukan keanehan. Ini sebenarnya fenomena yang cukup umum yang kita jumpai pada golongan katak."
Katak-katak mini biasanya berukuran tak lebih dari 13 mm. Mereka mendiami habitat lembab dan tersembunyi di dasar hutan. Habitat itu memberi kelembaban yang dibutuhkan oleh umumnya jenis katak.
PAPUA NIUGINI, KOMPAS.com — Christopher Austin dari Museum of Natural Science di Lousiana State University dan mahasiswanya, Eric Rittmeyer, menemukan katak kecil yang sekaligus dinobatkan sebagai vertebrata (hewan bertulang belakang) paling mungil. Katak itu kemudian disebut Paedophryne dekot—dekot berarti "amat kecil" dalam bahasa setempat, Daga.
Katak itu sebenarnya sudah ditemukan sejak tahun 2009 di hutan Papua Niugini, tetapi peneliti baru memublikasikannya tahun ini. Ukuran katak itu hanya 7,7 mm, mengalahkan vertebrata terkecil sebelumnya, ikan Paedocypris progenetica dari Indonesia.
Austin mendeteksi adanya satwa ini saat mendengarkan nyanyian unik di malam hari berbunyi "ting-ting". Saat dicari, ternyata nyanyian unik itu berasal dari katak yang ditemukan. Pengambilan katak cukup sulit. Austin harus mencoba lima kali sampai akhirnya berhasil.
Austin, dikutip Livescience, Rabu (11/1/2012), menuturkan, "Kami belum mengetahui apa yang mereka makan, kami juga hanya tahu sedikit tentang ekologinya. Mereka mungkin memakan invertebrata sangat kecil di daun kering, seperti tungau."
Genus Paedophryne memang dikenal sebagai genus katak dengan anggota katak-katak mungil. Katak lain dalam genus ini adalah Paedophryne swiftorum yang ditemukan tahun lalu. Penemuannya juga dipublikasikan di jurnal PLoS ONE, Rabu kemarin.
Menurut Austin, katak mungil sebenarnya hal yang umum, menunjukkan bagaimana evolusi bekerja. "Ini bukan keanehan. Ini sebenarnya fenomena yang cukup umum yang kita jumpai pada golongan katak."
Katak-katak mini biasanya berukuran tak lebih dari 13 mm. Mereka mendiami habitat lembab dan tersembunyi di dasar hutan. Habitat itu memberi kelembaban yang dibutuhkan oleh umumnya jenis katak.
Sumber :LiveScience