(www.bintangpapua.com, 12-01-2012)
ARSO—Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Keerom pada Desember 2011 lalu, nampaknya menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Keerom. Bahkan, demi menindaklanjuti instruksi Bupati Keerom, Yusuf Wally,SE,MM, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Keerom, Farel Simamora menindaklanjuti instruksi Bupati dengan mengambil berbagai langkah.
Salah satunya mengusulkan program ke Pemerintah Pusat, agar dapat membantu Pemerintah Kabupaten Keerom di dalam penanggulangan bencana banjir di Keerom, dengan program pembuatan waduk pada tiga sumber sungai utama yang selalu terjadi luapan banjir, seperti Sungai Ubiyau, Sungai Jaifuri dan Sungai Tami.
Dengan dibuatkan waduk buatan, setidaknya disaat terjadi hujan deras, waduk-waduk itu dapat menampung luapan air hujan pada ketiga sungai itu. Yang diharapkan, tidak lagi terjadi banjir di rumah warga dan merusak lahan pertanian warga. “Ya kami tetap melakukan upaya-upaya untuk mengatasi persoalan banjir di Keerom, supaya lahan pertanian dan rumah warga tidak tergenang banjir lagi,” ungkapnya saat ditemui di Kantor Bupati Keerom,senin Kemarin (9/1).
Ia mengharapkan, adanya perhatian Pemerintah Pusat dalam membantu Pemkab Keerom, demi menyelamtkan kehidupan masyarakat Keerom. Sebab jika banjir terjadi, jelas membuat aktivitas masyarakat terganggu, dan juga menghambat kegiatan pembangunan yang dilaksanakan demi memberdayakan dan memandirikan kehidupan masyarakat di segala aspek kehidupan,”ungkapnya.
Terkait dengan itu, dirinya juga mengharapkan grand desain penanggulangan bencana alam secepatnya diselesaikan, guna dapat diketahui wilayah mana saja yang perlu dilakukan penanganan serius, karena menjadi areal yang rawan terhadap banjir, namun untuk sementara diketahui, wilayah yang rawan banjir adalah Distrik Arso, Distrik Arso Timur dan Distrik Skanto. Tapi disini, di Arso 7, Distrik Arso Timur yang paling parah banjirnya, karena setiap kali hujan deras, pasti terjadi banjir.
“Penyebab banjir adalah selain disebabkan wilayah Keerom curah hujan yang cukup tinggi, tapi juga persoalan lainnya, seperti wilayah Keerom umumnya merupakan daerah rawah, tapi juga daratan wilayah Keerom sangat rendah dari permukaan air laut,” jelas Farel.
Ia mengatakan, Kondisi ini menyebabkan ketika turun hujan, air hujan tidak optimal terbuang ke air laut melalui sungai-sungai yang ada,melainkan air (baik air laut dan air tawar) terbawa kembali ke daratan, dan ditambah dengan keadaan Keerom yang tanah berawah, akhirnya menyebabkan luapan air hujan selain dari sungai, tapi juga dari dalam tanah yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya banjir tersebut, termasuk luapan air dari dalam saluran-saluran air yang ada.
“Saya mengharapkan peran aktif masyarakat untuk turut menanggulangi bahaya banjir itu, minimal tidak membuka lahan pertanian atau perkebunan dan penebangan pohon di sembarangan tempat, terutama di daerah-daerah yang di larang dan di lindungi,” tegasnya. (rhy/roy/lo2)
ARSO—Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Keerom pada Desember 2011 lalu, nampaknya menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Keerom. Bahkan, demi menindaklanjuti instruksi Bupati Keerom, Yusuf Wally,SE,MM, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Keerom, Farel Simamora menindaklanjuti instruksi Bupati dengan mengambil berbagai langkah.
Salah satunya mengusulkan program ke Pemerintah Pusat, agar dapat membantu Pemerintah Kabupaten Keerom di dalam penanggulangan bencana banjir di Keerom, dengan program pembuatan waduk pada tiga sumber sungai utama yang selalu terjadi luapan banjir, seperti Sungai Ubiyau, Sungai Jaifuri dan Sungai Tami.
Dengan dibuatkan waduk buatan, setidaknya disaat terjadi hujan deras, waduk-waduk itu dapat menampung luapan air hujan pada ketiga sungai itu. Yang diharapkan, tidak lagi terjadi banjir di rumah warga dan merusak lahan pertanian warga. “Ya kami tetap melakukan upaya-upaya untuk mengatasi persoalan banjir di Keerom, supaya lahan pertanian dan rumah warga tidak tergenang banjir lagi,” ungkapnya saat ditemui di Kantor Bupati Keerom,senin Kemarin (9/1).
Ia mengharapkan, adanya perhatian Pemerintah Pusat dalam membantu Pemkab Keerom, demi menyelamtkan kehidupan masyarakat Keerom. Sebab jika banjir terjadi, jelas membuat aktivitas masyarakat terganggu, dan juga menghambat kegiatan pembangunan yang dilaksanakan demi memberdayakan dan memandirikan kehidupan masyarakat di segala aspek kehidupan,”ungkapnya.
Terkait dengan itu, dirinya juga mengharapkan grand desain penanggulangan bencana alam secepatnya diselesaikan, guna dapat diketahui wilayah mana saja yang perlu dilakukan penanganan serius, karena menjadi areal yang rawan terhadap banjir, namun untuk sementara diketahui, wilayah yang rawan banjir adalah Distrik Arso, Distrik Arso Timur dan Distrik Skanto. Tapi disini, di Arso 7, Distrik Arso Timur yang paling parah banjirnya, karena setiap kali hujan deras, pasti terjadi banjir.
“Penyebab banjir adalah selain disebabkan wilayah Keerom curah hujan yang cukup tinggi, tapi juga persoalan lainnya, seperti wilayah Keerom umumnya merupakan daerah rawah, tapi juga daratan wilayah Keerom sangat rendah dari permukaan air laut,” jelas Farel.
Ia mengatakan, Kondisi ini menyebabkan ketika turun hujan, air hujan tidak optimal terbuang ke air laut melalui sungai-sungai yang ada,melainkan air (baik air laut dan air tawar) terbawa kembali ke daratan, dan ditambah dengan keadaan Keerom yang tanah berawah, akhirnya menyebabkan luapan air hujan selain dari sungai, tapi juga dari dalam tanah yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya banjir tersebut, termasuk luapan air dari dalam saluran-saluran air yang ada.
“Saya mengharapkan peran aktif masyarakat untuk turut menanggulangi bahaya banjir itu, minimal tidak membuka lahan pertanian atau perkebunan dan penebangan pohon di sembarangan tempat, terutama di daerah-daerah yang di larang dan di lindungi,” tegasnya. (rhy/roy/lo2)