Indonesia
Ringkasan Penelitian
1) Tanggal Ekspedisi: 31 Maret – 2 Mei 1998
2) Pentingnya RAP di Irian Jaya:
Irian Jaya yang terletak di ujung timur Indonesia dengan total wilayah daratan seluas 416.000 km2, ternyata menyumbang 30% hingga 50 % dari total keanekaragaman hayati Indonesia. Namun penelitian multi-disiplin yang komprehensifuntuk mengungkap kekayaan hayatinya belum banyak dilakukan. Salah satu usaha yang telah dilakukan oleh CI untuk mengisi kekurangan informasi tersebut adalah dengan melakukan serangkaian survei RAP (Rapid Assessment Program) di Irian Jaya.
3) Deskripsi Lokasi:
Ekspedisi RAP dilakukan di Seiwa dan Wapoga (Kawasan Sungai Wapoga, barat laut Irian Jaya), Kabupaten Paniai, yang terletak antara 3° 02.202’ LS, 136° 22. 515’ BT dan 3° 08.687’ LS, 136° 33.412’ BT. Survei dilakukan pada berbagai tipe habitat, mulai dari hutan dataran rendah sampai hutan kabut pegunungan dengan ketinggian mulai dari pantai hingga 1890 m di atas permukaan laut.
4) Alasan Pelaksanaan Ekspedisi RAP:
Kawasan Sungai Wapoga dipilih sebagai tempat ekspedisi karena dari Lokakarya Penentuan Prioritas Kawasan Konservasi Irian Jaya (1997) yang disponsori Conservation International diketahui bahwa data ekologi dan biogeografi daerah itu sangat tidak memadai. Salah satu tujuan survei adalah menghimpun data keanekaragaman hayati serta potensinya yang selama ini belum pernah diteliti para ahli biologi. Hasil ekspedisi RAP akan memberikan informasi ilmiah tentang kekayaan biota daratan dan perairan Kawasan Sungai Wapoga. Data tersebut diperlukan oleh para pengambil kebijakan, praktisi konservasi, ilmuwan, LSM, dan masyarakat setempat sehingga pembangunan dan konservasi dapat dikerjakan secara terpadu.
5) Hasil-hasil Utama:
Kawasan Sungai Wapoga merupakan daerah hutan perawan yang luas dan hampir tidak tersentuh gangguan manusia. Hanya sedikit daerah seperti itu yang masih tersisa di Irian atau bahkan di seluruh kawasan tropik dunia. Para ilmuwan yang ikut dalam ekspedisi RAP menemukan banyak spesies baru dari kelompok katak, serangga air, semut, ikan, kadal, dan tumbuhan. Penemuan tersebut menunjukkan pentingnya kawasan ini bagi konservasi keanekaragaman hayati, sekaligus menggambarkan keterbatasan pengetahuan kita tentang flora dan fauna Irian Jaya. Banyak serangga air, semut, katak, dan burung ternyata mempunyai sebaran geografis lebih luas dari yang diperkirakan. Selama survei RAP ditemukan populasi yang cukup besar dari beberapa spesies katak yang telah mengalami penyusutan di bagian lain dunia. Keunikan komposisi spesies dalam Kawasan
Sungai Wapoga mengindikasikan bahwa daerah tersebut membentang sepanjang perbatasan dua sub propinsi biogeografi dan mungkin merupakan sebuah zona zoogeografi tersendiri.
Tumbuhan > 430 spesies
Serangga air:
Heteroptera (kepik sejati) 80 spesies (34 genera)
Zygoptera 25 spesies (12 genera)
(capung dan lalat sehari)
Semut 196 spesies (52 genera)
Ikan 46 spesies
Katak 47 spesies
Reptilia 25 spesies (kadal, kura-kura, tokek, ular)
Burung 213 spesies
Mamalia 11 spesies
6) Spesies Baru yang Ditemukan:
Tumbuhan 5 spesies
Serangga air
Heteroptera (kepik sejati) 36 spesies, 2 genera
Zygoptera 2 spesies
(capung dan damselflies)
Semut 17 spesies
Ikan 3 spesies, termasuk 2
ikan penlangi dan 1
ikan gobi
Katak 29 spesies (> 50%)
Reptilia (kadal dan tokek) 2 spesies
7) Rekomendasi dan Upaya Konservasi:
Kami yakin bahwa ekspedisi RAP ini akan berfungsi sebagai sebuah model kerjasama antara industri dan lembaga konservasi akademik di masa yang akan datang. Kondisi alamiah Kawasan Sungai Wapoga yang masih murni menjadikannya sebagai lokasi ideal untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Banyak penelitian pada semua kelompok taksonomi yang masih perlu dilakukan untuk melengkapi pengetahuan kita tentang keanekaragaman Kawasan Sungai Wapoga yang sangat tinggi dan untuk menentukan jenis aktivitas konservasi yang diperlukan bagi pelestarian biotanya yang unik. Upaya-upaya yang harus dilakukan mencakup pembatasan dampak kegiatan manusia dan pencegahan introduksi spesies-spesies eksotik ke dalam kawasan. Para ahli herpetologi yang tergabung ke dalam ekspedisi RAP merekomendasikan perlunya kegiatan monitoring bagi beberapa populasi katak untuk mengetahui faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan penurunan populasi katak itu di bagian lain dunia dan pada saat yang sama juga memberikan pemecahan terhadap masalah tersebut.
Untuk mendapatkan File Laporannya dalam format PDF silahkan menghubungi Kantor Conservation International Indonesia – Papua Program (Mamberamo Program) di email : ci-papua@conservation.or.id