(Sumber : Media Indonesia, 27-10-04)
Jayapura, Kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops yang terbentang dari Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura, Papua, kini kondisinya rusak berat sehingga fauna dan flora terlangka di dunia itu terancam punah serta sumber air juga terancam kering.Wartawan Antara yang menelurusi Kawasan Cagar Cycloops pekan ini melaporkan, di tepian lereng Pegunungan Cycloops dari Pasir II, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, sampai di Distrik Abepura nampak gersang.Masyarakat merambah kayu untuk pembuatan arang yang kemudian mereka pasarkan kepada para pengelola rumah makan dan warung ikan bakar.
Selain itu masyarakat menebang kayu untuk membuat perahu dan pendirian rumah di tepian Laut di bibir Teluk Yos Sudarso. Dua sumber air utama di Polimak dan Kamp Wolker debitnya semakin kecil karena selain pembukaan kebun di kawasan mata air juga terdapat kegiatan penggalian pasir dan pemecahan batu.Kondisi serupa terjadi di bawah air terjun Kali Kemiri, Dosay hingga Distrik Sentani Tengah, Sentani Barat, dan Sentani Timur sampai Distrik Sentani.
Tampak masyarakat urbanis asal Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Paniai membuka kebun tradisional.Ribuan jenis burung dan serangga serta anggrek dan nutfah lainnya terancam punah, padahal cagar alam tersebut telah diteliti memiliki jenis fauna dan flora terlangka di dunia.Departemen Kehutanan menetapkan Cycloops sebagai kawasan cagar alam pada tahun 1980 dengan luas areal 2,5 juta hektar terbentang dari Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, dan Distrik Abepura Kota Jayapura sampai Distrik Sentani, Sentani Tengah, Sentani Barat dan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura.
Penjabat Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (KSDA) Dinas Kehutanan Provinsi Papua Drs. Phileps Johnson yang ditanya membenarka kondisi KCA Pegunungan Cycloops kini semakin memprihatinkan. Pihaknya belum lama ini bersama Kepala Bapedalda Kota Jayapura, Drs. Korinus Watory menelurusi lereng Pegunungan Cycloops dan mereka menyatakan prihatin karena perambahan hutan semakin merajalela." Kondisi itu akibat penduduk pemilik hak adat dan hak ulayat mengizinkan para kelompok masyarakat urbanis membuka kebun dan menebang pohon untuk memenuhi kebutuhan mereka," kata Phileps.Dia mengemukakan, bila terjadi bencana banjir dan longsor melanda Kota Jayapura, berbagai pihak saling menyalahkan satu sama lain. "Kalau Cycloops tidak dijaga, maka ribuan penduduk di Kota dan Kabupaten Jayapura tidak hanya akan mengalami krisis air bersih, tetapi juga akan menuai bencana," ujarnya dengan nada prihatin.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP