( Kompas, Jumat 13 Oktober 2006 )
Seperti tak kenal lelah, burung kolibi mampu terbang terus-menerus di udara. Pasalnya, ia memang memiliki kemampuan mengolah makanan menjadi energi dalam waktu singkat, layaknya pesawat yang selalu bisa terbang asal tersedia avtur.
Dalam beberapa menit setelah menyedot sari madu (nektar) yang manis, tubuh kolibri akan mengubah gulanya menjadi energi untuk terus mengepakkan sayapnya melayang di dekat bunga. Dengan demikian, ia punya kesempatan untuk menyedot nektar lebih banyak lagi.
Di antara hewan yang berdarah panas, burung kolibri merupakan hewan yang paling banyak menghabiskan energi dalam aktivitasnya. Detak jantungnya 500 detak permenit, kepakan sayapnya sangat cepat nyaris tidak terlihat, dan kemampuan melayang dalam waktu lama. Maka burung ini akan selalu kelaparan dan harus menghisap nektar yang lebih berat dari tubuhnya sendiri setiap hari.
Karbon-13
Dalam sebuah percobaan, Kenneth Welch dan Raul Suarez dari Universitas California Santa Barbara memaksa kolibri untuk berpuasa sebelum dihadapkan pada nektar tebu. nektar ini mengandung isotop karbon-13. Begitu burung menghisap larutan bergula tersebut, para peneliti menggunakan alat khusus untuk mengukur pasokan oksigen yang masuk tubuh dan karbon yang keluar.
Pengukuran dilakukan untuk menghitung konsumsi energi. Dari perbandingan jumlah energi yang dibutuhkan dan kandungan karbon-13, Welch dan Suarez dapat mengetahui bahwa sekitar 90 persen pasokan energi yang dibutuhkan kolibri untuk terbang berasal dari gula yang dikonsumsi 20 menit sebelumnya.
Sebagai perbandingan, seorang atlet balap sepeda yang menjalani 60 persen dari tingkat metabolisme tertingginya hanya didukung 15 hingga 30 persen energi dari gula yang baru dikonsumsinya. Ia harus menyimpan sumber energi di ototnya dari makanan yang mungkin dikonsumsinya pada malam hari sebelum bertanding di pagi harinya.
"Ini untuk pertama kalinya ada seekor hewan bertulang belakang yang mampu melakukan tingkat metabolisme tinggi dengan dukungan gula yang baru dikonsumsinya," kata Welch. Temuannya dilaporkan pada pertemuan tahunan Masyarakat Kesehatan Amerika (APS) yang digelar Senin (9/10).
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP