(Cenderawasih Pos, 26-11-2004)
Tumbuhan berbunga yang cantik ini berasal dari Brazilia. Konon tumbuhan ini masuk ke Indonesia karena dibawa oleh seorang kolektor tumbuhan yang tertarik dengan keindahan bunganya yang berwarna ungu.
Tumbuhan ini dilaporkan telah tersebar merata diberbagai kawasan lahan basah dan perairan air tawar di Papua terutama didaerah kawasan dataran rendah baik dipantai utara maupun pantai selatan Papua.
Di daerah Merauke tumbuhan ini pertama kali muncul tahun 1990 dan berkembang pesat di Sungai Maro, Soa, Mimi, Poo, dan Wanggo pada tahun 1991-1992. Munculnya spesies ini tak pelak menimbulkan permasalahan lingkungan yang luar biasa dikawasan tersebut. Berbagai aktivitas pemanfaatan sungai seperti transportasi kapal / perahu, kegiatan penjaringan ikan pengambilan air irigasi ataupun terganggu akibat kehadiran tumbuhan ini.
Ulah dari tumbuhan ini bermula dari kemampuan akarnya dalam mengikat lumpur dan perkembang-biakannya yang amat cepat. Kawasan perairan tawar yang ditumbuhi Eceng Gondok dengan cepat menjadi dangkal dan akhirnya berubah menjadi daratan akibat endapan lumpur dan serasah tumbuhan tersebut.
Kondisi seperti ini tak pelak akibatnya juga membuat satwa liar yang hidup pada kawasan lahan basah seperti Bangau, Bebek, Kuntul, Ibis, dan Burung air lainnya menjadi terusik akibat menurunnya kwalitas lingkungan tempat mereka mencari makan. Hal ini di karenakan sumber makanan mereka yaitu ikan, udang, dll mengalami kesulitan untuk hidup pada kawasan yang dipenuhi oleh Enceng Gondok. (red)
Di daerah Merauke tumbuhan ini pertama kali muncul tahun 1990 dan berkembang pesat di Sungai Maro, Soa, Mimi, Poo, dan Wanggo pada tahun 1991-1992. Munculnya spesies ini tak pelak menimbulkan permasalahan lingkungan yang luar biasa dikawasan tersebut. Berbagai aktivitas pemanfaatan sungai seperti transportasi kapal / perahu, kegiatan penjaringan ikan pengambilan air irigasi ataupun terganggu akibat kehadiran tumbuhan ini.
Ulah dari tumbuhan ini bermula dari kemampuan akarnya dalam mengikat lumpur dan perkembang-biakannya yang amat cepat. Kawasan perairan tawar yang ditumbuhi Eceng Gondok dengan cepat menjadi dangkal dan akhirnya berubah menjadi daratan akibat endapan lumpur dan serasah tumbuhan tersebut.
Kondisi seperti ini tak pelak akibatnya juga membuat satwa liar yang hidup pada kawasan lahan basah seperti Bangau, Bebek, Kuntul, Ibis, dan Burung air lainnya menjadi terusik akibat menurunnya kwalitas lingkungan tempat mereka mencari makan. Hal ini di karenakan sumber makanan mereka yaitu ikan, udang, dll mengalami kesulitan untuk hidup pada kawasan yang dipenuhi oleh Enceng Gondok. (red)