(www.bintangpapua.com, 13-10-2012)
MERAUKE – Warga petani padi di Kampung Sumber Harapan SP IV, Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke, kini mulai meninggalkan bibit padi (varitas) jenis Ampari yang diberikan pemerintah daerah selama ini. Alasannya, warga petani setempat merasa terbantu dengan kehadiran varitas baru jenis Cilo Sari dan Dea Suci, karena dapat meningkatkan produksi dan kualitas padi.
Adalah Romoldus Teluma (40), salah satu petani setempat yang merasakan hasil memuaskan setelah ia menggunakan varitas Cilo Sari dan Dea Suci ini, dimana selain ekonomis rupanya bibit tersebut dapat meningkatkan kualitas produksi sehingga setiap panen dirinya tidak perlu gali lobang tutup lobang untuk membiayai produksi yang terkadang mencekik petani.
“Dulu menggunakan varitas yang lama, produksi kami selama ini tidak menguntungkan, malah merugi, sehingga istilah gali lobang tutup lobang itu pasti ada. Tetapi sekarang sudah tidak lagi sejak kami gunakan dua varitas ini, dan kami puas karena ada untung dan bisa kembali modal” ungkapnya kepada Bintang Papua, Senin (10/9) kemarin.
Dijelaskan pria asal NTT yang sudah 10 tahun berprofesi sebagai petani padi ini, selain menggunakan dua varitas ini, yang terpenting adalah petani harus betul-betul bekerja sesuai petunjuk.
“Artinya buat apa kalau kita punya bibit bagus tapi pola kerjanya sembrono atau asal-asalan, justru hasilnya tidak efektif. Makanya saya dalam bekerja saya terapkan pola lain dengan petani lain, sehingga ada yang menganggap saya gila. Tetapi ketika mereka meliat hasil padi saya, langsung mereka semua salut,” ucapnya.
Selanjutnya dibandingkan varitas Ampari, Cilo Sari dan Dea Suci dapat meningkatkan produksi dua kali lipat, dimana dengan menaburkan Cilo Sari dan Dea Suci untuk ukuran lahan 20x50 meter, produksi padi bisa mencapai 2 ton gabah kering.
“Sementara kalau Ampari hanya mencapai 1 ton gabah kering. Dengan peningaktan produksi ini petani lebih sedikit mengalami keuntungan,” tandasnya. (lea/achi/LO1)
MERAUKE – Warga petani padi di Kampung Sumber Harapan SP IV, Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke, kini mulai meninggalkan bibit padi (varitas) jenis Ampari yang diberikan pemerintah daerah selama ini. Alasannya, warga petani setempat merasa terbantu dengan kehadiran varitas baru jenis Cilo Sari dan Dea Suci, karena dapat meningkatkan produksi dan kualitas padi.
Adalah Romoldus Teluma (40), salah satu petani setempat yang merasakan hasil memuaskan setelah ia menggunakan varitas Cilo Sari dan Dea Suci ini, dimana selain ekonomis rupanya bibit tersebut dapat meningkatkan kualitas produksi sehingga setiap panen dirinya tidak perlu gali lobang tutup lobang untuk membiayai produksi yang terkadang mencekik petani.
“Dulu menggunakan varitas yang lama, produksi kami selama ini tidak menguntungkan, malah merugi, sehingga istilah gali lobang tutup lobang itu pasti ada. Tetapi sekarang sudah tidak lagi sejak kami gunakan dua varitas ini, dan kami puas karena ada untung dan bisa kembali modal” ungkapnya kepada Bintang Papua, Senin (10/9) kemarin.
Dijelaskan pria asal NTT yang sudah 10 tahun berprofesi sebagai petani padi ini, selain menggunakan dua varitas ini, yang terpenting adalah petani harus betul-betul bekerja sesuai petunjuk.
“Artinya buat apa kalau kita punya bibit bagus tapi pola kerjanya sembrono atau asal-asalan, justru hasilnya tidak efektif. Makanya saya dalam bekerja saya terapkan pola lain dengan petani lain, sehingga ada yang menganggap saya gila. Tetapi ketika mereka meliat hasil padi saya, langsung mereka semua salut,” ucapnya.
Selanjutnya dibandingkan varitas Ampari, Cilo Sari dan Dea Suci dapat meningkatkan produksi dua kali lipat, dimana dengan menaburkan Cilo Sari dan Dea Suci untuk ukuran lahan 20x50 meter, produksi padi bisa mencapai 2 ton gabah kering.
“Sementara kalau Ampari hanya mencapai 1 ton gabah kering. Dengan peningaktan produksi ini petani lebih sedikit mengalami keuntungan,” tandasnya. (lea/achi/LO1)