MERAUKE Kepala Balai Taman Nasional Wasur, Ir Dadang Sugandi mengatakan, selama ini orang yang berada di luar Papua maupun secara khusus di lingkup Kabupaten Merauke sendiri, mengenali Taman Nasional Wasur (TNW) karena identik dengan satwa lindung  di dalamnya, yakni seperti kanguru dan burung cenderawasih. Padahal, kekayaan Taman Nasional Wasur tersebut begitu melimpah, bukan saja terbatas pada satwa lindung yang ada di dalamnya.
Dimana, taman nasional yang berada di beranda ujung Timur NKRI ini, merupakan salah satu situs lahan basah dari 700 lahan basah yang ada di dunia.
Di Indonesia hanya ada enam lahan basah yang masuk dalam situs lahan basah di dunia. Dan Taman Nasional Wasur ini merupakan salah satu lahan basah dari enam lahan basah di Indonesia, dan dari 700 lahan basah di dunia,ungkap Dadang kepada wartawan, kemarin.
Lahan basah sendiri bukan lahan biasa karena memiliki keistimewaan, dimana lahan tersebut menyerupai bubur dan begitu penting seperti tubuh manusia. Sehingga prinsip dari lahan basah itu sendiri, yakni jika di tempat lain mengalami luka, maka luka tersebut akan juga dirasakan oleh bagian yang lain.
Ya, susah lah untuk mengobatinya. Jadi seperti contoh, kita melakukan penggalian di daerah Muting atau di daerah yang agak tinggi untuk kita bikin kolam, pengaruhnya hanya di seputar situ saja. Tetapi lain hal kalau kita menggali di sekitar Sungai Dalir untuk membuang bendungan, itu pengaruhnya bisa sampai ke wilayah perbatasan. Ini terjadi karena semuanya terhubung . Dan ini adalah keunikan dari Taman Nasional Wasur sebagai satu ekosistem yang sangat esensial,jelas Dadang.
Yang lebih unik lagi dari lahan basah ini, tambahnya, dalam waktu satu tahun lahan basah akan mengalami kering selama setengah tahun dan juga mengalami basah dalam waktu setengah tahun.
Ini unik karena saat itu rusa dan ikan akan menapak di tempat yang sama. Pada musim kering rusa menapak di situ, musim basah hidup di situ. Dan ini tentunya memiliki nilai strategis yang luar biasa dari,tutupnya. (lea/tis/LO1)