( Kompas, Rabu 03 Mei 2006 )
Semua orang pasti tahu bahwa Pluto adalah tempat yang dingin dan gelap. Namun planet itu ternyata juga lebih dingin dari bulannya yang bernama Charon, demikian menurut hasil pengukuran suhu planet tersebut baru-baru ini.
Tidak seperti Pluto, Charon tidak memiliki atmosfer, sehingga temperatur permukaannya diperkirakan tergantung pada susunan geologi dan reflektifitasnya. Perbedaan ini menimbulkan dugaan bahwa Pluto dan Charon memiliki komposisi berbeda.
Padahal dahulu keduanya sering disebut "planet ganda" karena mereka berukuran hampir sama - diameter Charon kira-kira separuh dari Pluto - dan mengorbit satu sama lain pada jarak hanya 18.000 kilometer. Namun para astronom tidak mengetahui temperatur masing-masing karena kebanyakan teleskop tidak memiliki resolusi panjang gelombang thermal untuk membedakan suhu keduanya.
Kini para peneliti berhasil mengukurnya menggunakan konfigurasi resolusi tertinggi dari delapan teleskop gelombang mikro di Hawaii yang disebut Submillimeter Array. Mereka memasang teleskop-teleskop itu sejauh mungkin satu sama lain sehingga jarak terlebar antara dua teleskop mencapai 500 meter lebih.
Menggunakan konfigurasi yang menghasilkan resolusi tinggi itu mereka mendapatkan bahwa Charon memiliki suhu 53° di atas absolute zero (-273°C), sedangkan Pluto 10° lebih dingin dari bulan itu. Menurut anggota tim peneliti Mark Gurwell dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts, AS, perbedaan tersebut mungkin dikarenakan permukaan keduanya yang tidak sama. Permukaan Pluto sebagian besar berupa nitrogen beku, sementara Charon ditutupi air beku, yang mencair pada temperatur lebih tinggi dibanding nitrogen.
Keduanya berada jauh dari Matahari sehingga terlalu dingin bagi air beku untuk bisa mencair atau menguap. Pluto berada 30 kali lebih jauh dari Matahari dibanding Bumi, yakni sekitar 4,8 milyar kilometer, dan hanya menerima 1/1000 cahaya Matahari yang diterima Bumi. Namun sedikit pancaran sinar Matahari itu bisa menguapkan nitrogen beku, menciptakan atmosfer tipis di Pluto.
"Sebagian panas yang seharusnya menghangatkan permukaan Pluto, terpakai untuk menguapkan nitrogen," kata Gurwell. "Ini seperti keringat pada manusia: penguapan keringat dari kulit akan menimbulkan efek mendinginkan karena uap membawa serta panas dari tubuh."
Tidak diketahui secara pasti mengapa Charon tidak memiliki nitrogen di permukaannya. Bulan itu mungkin pernah memilikinya, seperti Pluto, namun hilang setelah nitrogen itu menguap. Daya tarik gravitasi Charon yang lebih kecil sepertinya tidak cukup kuat mempertahankan atmosfer nitrogen di sana.
Kemungkinan lain, Charon mungkin memang tidak pernah memiliki nitrogen sebanyak Pluto, dan mungkin merupakan objek yang terbentuk di wilayah lain tata surya sebelum tertangkap gaya tarik planet itu. Artinya, Charon bukan bagian dari Pluto yang terpecah ketika sebuah objek angkasa menabraknya.
Sejauh ini sangat sulit menjawab pertanyaan mengapa keduanya berbeda. Harapan para astronom untuk memecahkan teka-teki itu ada pada wahana New Horizons milik NASA yang akan diluncurkan tanggal 17 Januari mendatang. Wahana ini bakal meneliti Pluto dari jarak dekat, meski untuk mencapai planet tersebut perlu satu dekade.
Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua
Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP