Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

30 January 2013

Fak-Fak : Pedagang Datangkan Sayur Bayam Merah dari Ambon

 (www.bintangpapua.com, 30-01-2013)
FAK-FAK – Jika daerah lain di luar Kabupaten Fakfak biasanya menanam sayur bayam merah oleh penduduk lokal atau transmigrasinya, maka lain halnya dengan pedagang sayur mayur di Fakfak. Justru sayur bayam merah maupun sayur bayam hijau, sayur kangkung, terong, sawi, ketimun, rica,  jahe maupun lainnya didatangkan dari Ambon atau Sorong. Untuk sayur kol, rica, bunga kol pun harus didatangkan dari Manado. Sungguh memprihatikan.

   Dari pantauan Bintang Papua diatas KM Nggapulu saat sandar di Pelabuhan Fakfak, para pedagang sayur lokal Fakfak sudah stand by di dalam pelabuhan menunggu sayur pesanan yang didrop dari Ambon turun ke pelabuhan.

   Sejumlah pedagang yang ditemui di pelabuhan mengatakan bahwa di Fakfak tidak ada petani yang mendrop sayur mayur ke pasar, sementara pesanan dari Ambon ke Fakfak hanya membutuhkan 16 jam perjalanan laut sehingga tiba di Fakfak pagi hari sayur itu masih segar.

   “Biar kitorang pesan dari Ambon atau Sorong semua sayur masih segar. Karena diatas kapal kan dingin sayur tahan lama, walaupun itu sayur bayam, kangkung. Disini (Fakfak) kitorang tidak bisa harapkan,” kata sejumlah pedagang kepada Bintang Papua.

 Saat Bintang Papua naik ke atas kapal dan melihat banyaknya sayur mayur yang berderet di depan pantri dapur dek 4 KM Nggapulu. Menurut ABK KM Nggapulu bahwa sayur biasanya dipesan dari Fakfak. “Coba lihat saja pak, inikan semua sayur pesanan dari pedagang Fakfak, jadi kita taruh disamping dapur ini saja supaya mudah diturunkan kalau sampai di Fakfak,” kata ABK tersebut. (mul/don/l03)

28 January 2013

Kelelawar Memilih Tidur dengan Sejenis

 (www.kompas.com, 28-01-2013) 

 
LEEDS, KOMPAS.com - Beberapa kelelawar memilih tidur dengan sejenis. Makna tidur di sini harfiah. Artinya, beberapa dari mereka mengawini betina tetapi tak mau tinggal dengannya.

Fakta tersebut terungkap dalam hasil penelitian John Altringham dari School of Biology, University of Leeds, dan timnya yang dupublikasikan di jurnal PLoS ONE baru-baru ini. Kelelawar yang diteliti adalah kelelawar Daubenton (Myotis daubentonii).

Altringham menemukan, banyak pejantan ditemukan di tempat tinggal yang bersih. Sebaliknya, betina ditemukan di tempat yang kotor bersama anak-anaknya. Tak ditemukan pejantan di tempat betina.

"Salah satu alasan tak menemukan pejantan di tempat tinggal betina adalah karena induk mencegah kompetisi memperebutkan makanan. Butuh banyak serangga untuk menghasilkan susu bagi para bayi kelelawar," kata Altringham seperti dikutip Discovery, Jumat (25/1/2013).

Namun, Altringham mengatakan, "Mungkin juga, pejantan memang tak ingin tinggal bersama dengan betina."

Menurut Altringham, betina dan bayi kelelawar memiliki banyak parasit, seperti tungau dan kutu. Dalam lingkungan yang padat dimana banyak bayi, parasit menjadi ancaman. Parasit tak cuma membuat hidup kelelawar tidak nyaman, tetapi juga mengancam kesehatan.

"Pejantan biasa tinggal sendiri di tempat yang bersih, jadi Anda paham mengapa mereka tak mau tinggal bersama betina," kata Altringham.

Memilih tinggal sendiri atau bersama lawan jenis bagi kelelawar tampaknya merupakan pilihan. di lokasi penelitian lain, tepatnya di Grassington, ada beberapa pejantan yang tinggal bersama betina dan anak-anaknya.

"Betina memiliki pejantan yang menghangatkan. Dengan demikian, betina menghabiskan sedikit energi untuk menghangatkan bayi, bayi tumbuh lebih cepat," jelas Altringham.

Di Grassington, pejantan pun tetap membatasi jumlah betina yang tinggal bersamanya. Jika berlebih, beberapa betina akan "ditendang". Tentu, risiko terkena parasit tetap ada dengan tinggal bersama betina. Mengapa pejantan masih mau? Alasannya adalah seks.

Kelelawar tampaknya menghadapi tantangan yang sama dengan manusia. Manusia sulit mencari pasangan dan rumah bagus. Demikian juga kelelawar.
Sumber :DISCOVERY
Editor :yunan

27 January 2013

Pemanasan Global, Rekor Suhu Panas Naik Lima Kali Lipat

 (www.kompas.com, 27-01-2013)
KOMPAS.com - Dalam studi yang dipublikasikan oleh peneliti asal Jerman dan Spanyol, disebutkan bahwa pemanasan global telah menyebabkan rekor suhu tinggi bulanan akan meningkat frekuensinya hingga lima kali lipat. Di sebagian kawasan Eropa, Afrika, dan selatan Asia, frekuensi bulan-bulan dengan suhu panas yang memecahkan rekor telah meningkat sepuluh kali lipat.

Bukti-bukti ini didapat setelah para peneliti menganalisa data temperatur bulanan selama 131 tahun terakhir yang dipantau dari 12 ribu titik di seluruh dunia yang disimpan di database NASA. Ironisnya, jika pemanasan global akibat ulah manusia tidak disertakan dalam penghitungan, rekor-rekor bulan terpanas akan berkurang hingga 80 persen.

“Gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya muncul pada dekade lalu. Sebagai contoh, seperti yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2012, di Russia pada tahun 2010, Australia pada 2009, dan Eropa pada tahun 2003,” kata Dim Coumou, peneliti dari Potsdam Institute for Climate Impact Research, Berlin, Jerman.

Dalam 30 tahun ke depan, dengan tren pemanasan global yang ada saat ini, jumlah rekor bulan-bulan terpanas akan 12 kali lipat lebih banyak dibanding saat ini. “Artinya, suhu tinggi di musim panas bukan saja akan muncul 12 kali lipat lebih sering, tapi jauh lebih buruk lagi,” kata Coumou.

Meski demikian, Coumou menyebutkan, untuk dihitung sebagai rekor baru, gelombang suhu panas itu memang harus mengalahkan rekor suhu panas yang akan terjadi di 2020 dan 2030-an. Padahal, temperatur di tahun-tahun tersebut sudah lebih panas dibandingkan dengan yang pernah kita alami sampai saat ini.

Studi yang dilakukan bersama-sama dengan peneliti dari Complutense University of Madrid ini dipublikasikan di jurnal Climatic Change. (Abiyu Pradipa/National Geographic Indonesia)
Sumber :National Geographic Indonesia
Editor :yunan

26 January 2013

Jerapah Ternyata Suka Pilih-pilih Teman

 (www.kompas.com, 26-01-2013)
KOMPAS.com - Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti asal University of Queensland, Austraila, terungkap bahwa mempelajari hubungan sosial di kalangan jerapah betina menghasilkan informasi penting terkait pengelolaan dan konservasi spesies tersebut.

Kerryn Carter, ketua tim peneliti dari School of Biological Sciences mengamati kelompok sosial yang terdiri dari 535 ekor jerapah liar yang ada di Taman Nasional Etosha, Namibia, selama 14 bulan. Pengamatan membuktikan bahwa jerapah memiliki hubungan dan jaringan sosial yang lebih kompleks dibanding perkiraan sebelumnya. Dan temuan ini sangat penting untuk memahami evolusi sosial hewan dan juga manusia.

“Jerapah menunjukkan sistem sosial seperti manusia, di mana masing-masing individu jerapah secara sementara menjalin hubungan dengan yang lain sehingga jumlah dan identitas dari setiap individu di dalam kelompok terus berubah,” ucap Carter. “Sebelum ini, jerapah diperkirakan tidak menunjukkan pola khusus dalam hubungan antar sesama,” ucapnya.

Dalam studi, Carter memperhatikan frekuensi setiap pasang jerapah saling berhubungan, berapa banyak mereka saling mengunjungi, serta kemampuan mereka untuk saling bertemu secara reguler. Hasilnya adalah seperti yang dipublikasikan di jurnal Animal Behaviour tersebut.

“Kami menemukan, para jerapah betina bukannya tidak pilih-pilih dalam berinteraksi seperti perkiraan sebelumnya, tetapi justru setiap individu jerapah betina lebih memilih untuk berkelompok dengan para betina tertentu dan menghindari kelompok betina yang lain,” kata Carter.

Ada kemungkinan, Carter menyebutkan, preferensi sosial jerapah betina dalam memilih teman ada hubungannya dengan usia dan status reproduksi mereka. Untuk itu, para peneliti kini melanjutkan studi agar dapat mengetahui lebih banyak faktor-faktor apa yang berkontribusi terhadap preferensi tersebut.

Carter menyebutkan, memahami pola jaringan sosial pada spesies seperti jerapah dapat membantu kita memahami bagaimana penyakit bisa menyebar di dalam populasi dan bagaimana setiap individu bisa belajar tentang lingkungan mereka dari sesama mereka. “Pemahaman seperti ini sangatlah penting untuk konservasi,” ucapnya.

Selain manusia dan jerapah, spesies lain yang memiliki preferensi khusus dalam hubungan di antara sesamanya adalah kanguru, lumba-lumba, kelelawar. “Kesamaan perilaku dalam sistem sosial dari spesies yang berbeda ini sangat mengejutkan, mengingat ekologi dari spesies-spesies ini sangat berbeda,” kata Carter. (Abiyu Pradipa/National Geographic Indonesia)
Sumber :National Geographic Indonesia
Editor :yunan

25 January 2013

Manokwari : Stasiun Karantina Kembali Musnahkan Ayam dan Bibit Jeruk Illegal

 (www.bintangpapua.com, 25-01-2013)
MANOKWARI– Stasiun Karantian Pertanian Manokwari kembali melakukan pemusnahan terhadap 4 ekor ayam (bangkok) dan 2 bibit jeruk yang berhasil disita dari sejumlah penumpang KM. Dorolonda, 8 Januri lalu dan penumpang KM Labobar, 17 Januari  lalu. Sejumlah ayam dan bibit jeruk itu masuk ke Manokwari berhasil diamankan oleh wilayah kerja pelabuhan.

Sejumlah ayam dan bibit jeruk ini masuk secara illegal tanpa disertai dokumen lengkapnya. Tindakan pemusnahan ini mengacu pada Undang-undang (UU) Nomor 16 Tahun 1992 tentang karantina hewan, ikan, dan tumbuhan. Serta SK Bupati Manokwari Nomor 3 Tahun 2005  tentang pemasukan unggas dan produknya.

“Upaya pemusnahan ini dalam rangka mempertahankan staus wilayah Provinsi Papua Barat khususnya kabupaten Manokwari, provinsi Papua Barat bebas dari penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) berdasarkan SK Mentan No. 610 tahun 1997 tentang Peredaran Bibit Jeruk. Termasuk penyakit flu burung (avian influenza),” kata salah satu petugas Stasiun Karantina Manokwari, drh. Thamrin melalui surat elektronik yang diterima koran ini, rabu (24/1).

Dikatakan, ayam dan bibit jeruk tersebut berasal dari yang pernah terjangkiti penyakit CVPD dan tidak disertai dengan label lulus sertifikasi dari Balai/Loka Pengawas dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Selain itu, penahan dilakukan juga oleh petugas karantina Wilayah kerja Bandara Rendani Manokwari terhadap 10 box (500 ekor) DOC, 16 Januari lalu, yang dimasukkan melalui Bandara udara Rendani.

“Penahan tersebut dilakukan dengan alasan berasal dari daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dimana daerah tersebut sedang merebak wabah Flu pada itik dan daerah tersebut juga endemik flu Burung,” jelasnya.

Ditambahkan, tindakan pemusnahan tersebut merupakan upaya pemerintah dalam melindungi Papua Barat dan peternak lokal dari Hama dan Penyakit Hewan dan Organisme Pengganggu Tumbuhan. ”Oleh karena itu dibutuhkan peran serta masyarakat untuk mencegah masuknya penyakit,” imbuh Thamrin. (Sera/don/l03)

24 January 2013

Unik, Salamander Ini Hidup dengan Tenaga Surya

 (www.kompas.com, 24-01-2013)

PHILADELPHIA, KOMPAS.com - Beberapa hewan hidup dengan cara aneh. Salah satunya adalah salamander berbintik. Spesies ini mampu hidup dengan tenaga surya, walau tak secara langsung.

Salamander berbintik (Ambystoma maculatum) menjalin simbiosis dengan alga hijau jenis Oophila amblystomatis. Hubungan simbiosis berlangsung sejak salamader masih dalam fase telur. Begitu telur diletakkan, alga hijau itu langsung mengolonisasinya.

Persahabatan dengan alga hijau menguntungkan bagi salamander. Alga hijau menjadi semacam panel surya alami karena kemampuan fotosintesisnya.

Riset yang dilakukann tahun 1940 pada embrio salamander ini mengungkap, alga memanfaatkan sampah embrio sebagai nutrisi membantu fotosintensis. Embrio sendiri mengambil keuntungan dari oksigen yang dilepaskan lewat proses itu. Lebih banyak alga, kesempatan survive embrio makin tinggi.

Riset pada tahun 2011 mengungkap, alga tidak hanya hidup di permukaan embrio, tetapi juga di dalamnya. Lebih ekstrem, bisa juga di dalam sel embrionik.

Berdasarkan hasil riset tersebut, ilmuwan menduga bahwa salamander tak cuma mengambil keuntungan berupa oksigen dari alga. Sangat mungkin embrio juga mengambil glukosa. Jadi, alga berfungsi bak pabrik energi bagi salamander.

Penelitian terbaru Erin Graham dari Temple University di Philadelphia membuktikan hal tersebut. Graham menginkubasi telur salamander dalam air mengandung karbon 14 yang bersifat radioaktif.

Terungkap bahwa embrio salamander terpapar zat radioaktif, kecuali bila diletakkan dalam lingkungan gelap. Hal ini menunjukkan bahwa embrio hanya bisa mengambil karbon 14 dalam bentuk glukosa dari hasil fotisintesis alga.

Lalu, apa yang didapatkan alga dari proses simbiosis itu. Satu hal yang pasti adalah substrat untuk hidup. Tanpa salamander, alga hanya didapati dalam bentuk kista yang mengalami dormansi.

Graham seperti diberitakan New Scientist, Jumat (18/1/2013) menuturkan, semua hewan bisa menjadi kandidat substrat bagi alga ini. Namun, burung dan mamalia tak bakal bersimbiosis dengan alga ini karena telurnya sudah diisolasi dengan dunia luar oleh cangkangnya.
Sumber :NewScientist
Editor :yunan

22 January 2013

Jayapura : 2013 Pemkot Tidak Cetak Sawah Baru

 (www.bintangpapua.com, 22-01-2013)
JAYAPURA – Di Tahun 2013, Pemerintah Kota Jayapura, tidak akan mencetak sawah baru sesuai dengan rencana kerja setiap tiga tahunan.
Kepala Dinas Pertanian Kota Jayapura Jean H Rollo di Jayapura, Senin, mengatakan tahun ini pihaknya tidak memprogramkan penambahaN areal sawah baru karena program tersebut dilakukan setiap tiga tahunan.

”Pada 2013 ini tidak ada program cetak sawah baru, tetapi kita lebih fokus kepada penyebaran bantuan bibit kepada petani dan peningkatan produksi pertanian,” katanya.
Ia mengatakan, luas lahan pertanian di Kota Jayapura yang terpusat di Distrik Muara Tami mencapai sekitar 600 hektare, 70 persen di antaranya merupakan lahan sawah dan 30 persen sisanya ladang.
”Dari total areal tersebut setiap tahun produksinya cenderung naik rata-rata 2 hingga 3 ton padi per hektare. Untuk 2013 Pemkot menargetkan 3,6 ton per hektare,” katanya.

Untuk mencapai target itu, kata dia, Dinas Pertanian melakukan pendampingan kepada petani dengan memberikan penyuluhan, sehingga petani dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada sekarang.
”Sebenarnya di Kota Jayapura, khususnya Distrik Muara Tami, masih banyak lahan tidur atau terbengkalai. Namun karena kekurangan alat pertanian, lahan tersebut tidak dapat digarap sebagai persawahan,” katanya.
Pihaknya berharap kepada pemerintah pusat untuk memberikan bantuan alat pertanian yang nantinya digunakan petani menggarap lahan, sehingga ke depan produksinya meningkat.

Ia mengatakan, untuk mengantisipasi alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, pihaknya saat ini berencana mengusulkan Peraturan Daerah (Perda) sebagai pengawal UU No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Tanaman Pangan Berkelanjutan.
”Kami berharap dengan adanya Perda itu nanti, tidak ada alih fungsi lahan, dan produksi padi di Kota Jayapura terus meningkat dari tahun ke tahun,” katanya.  (ant/aj/lo2)

Ini Dia Makhluk Laut Paling Beracun

 (www.kompas.com, 22-01-2013)
 
KOMPAS.com — Apa makhluk laut paling mematikan? Jawabannya adalah tawon laut atau ubur-ubur kotak. Racun hewan ini bisa menyebabkan kematian pada manusia.

Tawon laut memiliki bentuk tubuh kotak serta tentakel dengan nematosit, bagian yang kaya akan racun. Racun spesies ini jika diinjeksikan pada manusia bisa menyebabkan paralisis hingga kematian dalam waktu hanya beberapa menit setelah sengatan.

Ada 50 jenis tawon laut yang ada di dunia. Spesies tawon laut yang paling beracun adalah tawon laut Australia (Chironex fleckeri), ditemukan di perairan Indi-Pasifik. Tawon laut sekaligus yang terbesar di dunia. Diameter tubuhnya mencapai 31 cm dengan panjang tentakel mencapai 300 cm atau 3 meter.

Ubur-ubur kotak berbeda dengan ubur-ubur lainnya. Karakteristik uniknya adalah kemampuan untuk berenang.

Dituliskan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tawon laut mampu berenang dengan kecepatan 7,4 km/jam, sementara ubur-ubur lain hanya mengikuti arus. Tawon laut juga memiliki kluster mata sehingga mampu melihat.

Ilmuwan percaya, dengan kemampuan berenang dan melihat, tawon laut mampu berburu mangsa, utamanya udang dan ikan kecil.
Sumber :NOAA
Editor :yunan

19 January 2013

Sentani : Tercemar, Habitat Danau Sentani Terancam Hilang

 (www.bintangpapua.com, 19-01-2013)
SENTANI — Pencemaran air Danau Sentani yang terus tak terkendali dapat mengancam masa depan anak cucu, karena habitat danau mulai hilang.
Hal ini sebagaimana diungkapkan Anita Mehue selaku Ketua Bhuyakha Care yang merupakan komunitas pemuda pemudi Sentani.

Dikatakannya,  selain itu, kondisi air yang tidak bersih membuat air ini tidak dapat dikonsumsi masyarakat sekitar.
“Jika sudah begini, anak cucu kita mau makan apa,” tandasnya kepada wartawan di Sentani, Jumat (18/01).
Dijelaskannya, melihat fenomena ini, pihaknya bekerjasama dengan Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia (LMR-RI) dan PT Freeport Indonesia melakukan pembersihan sampah dengan tujuan menjaga kebersihan Danau Sentani.

“Namun, keadaan yang ada justru kesadaran masyarakat masih kurang, karena banyak sampah dari perkotaan dibuang ke Danau Sentani,” imbuhnya.
Padahal, lanjutnya, pihaknya sudah sering mengimbau kepada masyarakat agar jangan membuang sampah sembarangan.

“Di pantai lain juga seperti dermaga di Pantai Khalkote, Yoka dan wilayah lainnya, banyak ditemui tumpukan sampah, sungguh memprihatinkan,” ujarnya.
Oleh sebab itu, diungkapkannya, dalam waktu dekat pihaknya akan  melakukan audience dengan Walikota Jayapura dan Bupati Kabupaten Jayapura agar segera dibuatkan peraturan daerah (perda) tentang larangan pembuangan sampah dengan memberikan sanksi yang tegas.

“Kami tidak meminta apa-apa ke pemerintah, hanya dibuatkan perda. Sekarang kami bekerja, apa adanya, karena kami prihatin dengan kondisi danau Sentani,” tegasnya.
Selain itu, diharapkannya juga pemerintah segera membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Waibron, agar sampah di Kota Sentani dan sekitarnya bersih.

“Kegiatan yang dilakukan Bhuyakha Care akan secara kontinyu dilaksanakan dan mengajak pemuda lainnya,” tambahnya. (dee/aj/lo2)

17 January 2013

2013, Konflik Lingkungan Diprediksi Tetap Tinggi

 (www.kompas.com, 17-01-2013)
JAKARTA, KOMPAS.com - Melihat kasus lingkungan yang terjadi selama tahun 2012 dan penanganannya, konflik lingkungan di tahun 2013 diperkirakan masih akan tetap tinggi, bahkan mungkin meningkat dari sebelumnya.

Abetnego Tarigan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers "Environmental Outlook Walhi 2013" yang digelar di Jakarta, Rabu (16/1/2013).

"Konflik masih akan tetap tinggi karena model pembangunan yang masih berbasis pada sumber daya alam serta masih adanya praktek mengakali izin yang terkonsolidasi dalam skala besar," kata Abetnego.

Tahun 2012, kasus lingkungan didominasi oleh permasalahan hutan. Ada pelepasan hutan hingga 12 juta hektar di 22 provinsi yang menjadi target ekspansi sawit. Yang menarik, jumlah kawasan hutan yang dilepaskan 22 gubernur sama dengan jumlah hutan yang beralih fungsi, 12.357.071 hektar.

Walhi menyatakan, untuk tujuan pemberian izin pengelolaan hutan, pelepasan pinjam dan pakai, hingga Juni 2012 pemerintah telah mengalokasikan peruntukan hutan untuk pengusaha hungga 50,4 juta hektar atau 38,4 persen dari luas hutan di Indonesia.

Wilayah yang paling banyak mengalami kerusakan adalah Jawa, disusul Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Ada kecenderungan aktivitas perusakan lingkungan semakin bergerak ke wilayah terpencil yang belum teradvokasi.

Sementara, kalangan yang paling besar kontribusinya dalam perusakan lingkungan adalah korporasi. Tindakan kekerasan sebagai respon atas konflik masih ada, misalnya 188 warga ditahan, 102 mengalami kekerasan dan 12 orang meninggal akibat konflik.

Potensi konflik lingkungan tinggi sebab banyaknya bisnis baru terkait eksploitasi sumber daya alam. "Pantai barat Sumatera itu sekarang banyak bisnis baru pertambangan pasir besi. Ini hingga pantai selatan jawa," kata Abetnego.

Dukungan untuk penyelesaian kasus lingkungan masih lemah. Misalnya, hakim yang memiliki kapasitas di bidang pengadilan lingkungan masih minim. Sertifikasi hakim lingkungan belum cukup menyelesaikan masalah.

Walhi menyatakan, diperlukan pengadilan khusus tindak pidana lingkungan. "Adanya pengadilan tindak pidana lingkungan diharapkan bisa menjadi trigger untuk memperbarui kebijakan lingkungan kita," papar Abetnego.

Abetnego menambahkan, masyarakat memiliki hak dalam pengambilan keputusan terkait sumber daya alam dan konflik lingkungan. Namun, sejauh ini mekanisme masyarakat berperan maupun mengadukan kasus masih belum efektif.
Editor :yunan

12 January 2013

Biak : Disnaktan: Biak Bebas Penyakit Rabies

 (www.bintangpapua.com, 12-01-2013)
BIAK - Kepala Dinas Peternakan dan Pertanian Tanaman Pangan (Disnaktan) Kabupaten Biak Numfor, Papua Absalom Rumkorem mengakui, wilayah Biak sekitarnya hingga saat ini masih dinyatakan bebas penyakit gigitan anjing (Rabies).

“Meski Biak dinyatakan aman Rabies tetapi jajaran Disnaktan bersama instansi terkait tetap meningkatkan pengawasan masuknya segala jenis hewan dari luar di kawasan pelabuhan, bandara dan tempat strategis lainya,” kata Kadisnaktan Absalom Rumkorem menanggapi penyebaran penyakit Rabies, di Biak, Jumat.
Ia mengatakan, selama ini yang menjadi kendala dalam pengawasan petugas di lapangan jika hewan ternak hidup tertentu dikirim melalui bandar udara milik TNI sehingga pemeriksaan dokumen karantina seringkali menjadi hambatan karena tidak dapat menjalankan tugas di area bandara bersangkutan.

Pemeriksaan dokumen karantina kesehatan hewan, menurut Absalom Rumkorem, sangat vital sebab menjadi tempat utama untuk memeriksa serta mengawasi peredaran ternak hidup yang masuk ke wilayah Biak sekitarnya.

Kadisnaktan Absalom mengakui, sesuai prosedur aturan setiap hewan ternak yang hidup masuk ke suatu daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilengkapi surat keterangan bebas penyakit ternaik dari karantina daerah pengiriman.

Ketentuan lain yang harus dilengkapi ketika ternak hewan masuk ke wilayah tertentu, menurut Absalom, harus melalui pemeriksaan kesehatan laboratorium daerah ternak bersangkutan sehingga setiap hewan yang dikirim benar-benar sehat dan tidak tercemar penyakit hewan berbahaya.

“Untuk menjaga Biak tetap aman dari berbagai penyakit ternak perlu dilakukan pengawasan ketat terhadap masuknya hewan ternak ke wilayah ini, ya dengan cara inilah kedepan Biak tetap aman dari ancaman penyakit ternak berbahaya,” kata Kadisnaktan Absalom Rumkorem.

Hingga 2013 Pemkab Biak melalui Dinas Peternakan masih mempunyai satuan tugas pengendalian dan pengawasan hewan ternak berbahaya dan melibatkan Kepolisian, Karantina Pertanian serta Dinas Peternakan dan Pertanian Tanaman Pangan. (ant/achi/lo1)

Sentani : Dinas Peternakan Terus Awasi Binatang Masuk

 (www.bintangpapua.com, 12-01-2012)
SENTANI - Dinas Peternakan Kabupaten Jayapura terus melakukan pengawasan, khususnya bagi masyarakat yang mendatangkan atau memasok binatang berupa unggas dari luar daerahnya.
Hal ini ditegaskan Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Jayapura Ir. Sambodo Samiyana kepada wartawan di Sentani Jumat (11/01).

“Kami sudah turun lapangan dan mengecek ke Balai Karantina Hewan, hewan apa saja yang sudah masuk ke Kabupaten Jayapura,” tandasnya.
Disebutkannya, kebetulan ada satu orang yang menjual anjing, pihaknya terus mengawasi kemana saja binatang-binatang tersebut dijual. Jika terindikasi ada penyakit seperti rabies maka akan ditarik.
“Hal ini, guna mengantisipasi masuknya berbagai penyakit menular seperti rabies, flu burung dan lain sebagainya yang berasal dari hewan,” imbuhnya.

Dikatakannya, pihaknya terus melakukan melakukan sweeping terhadap semua hewan unggas yang berasal dari luar Papua dan Kabupaten Jayapura.
“Papua ini sudah ‘dikepung’ penyakit menular dari daerah lain, kita harus antisipasi dengan melakukan sweeping terhadap hewan yang berasal dari luar Papua seperti burung, anjing, kera, kucing dan hewan lain khususnya unggas,” paparnya.

Menurutnya, sudah ada peraturan daerah (Perda) Kabupaten Jayapura tentang larangan memasukan hewan dari luar.
“Namun, karena sudah banyak yang terlanjur masuk, pihaknya akan mencatat dan melakukan pemeriksaan, jika ada yang terinfeksi akan diisolasi,” ujarnya.

Diungkapkannya, pihaknya akan mencatat yang sudah masuk saja, jangan sampai penyakit menular ini masuk Papua khususnya Kabupaten Jayapura, karena bisa berbahaya jika sudah terkena penyakit ini.
“Belum ada laporan terkait penyakit-penyakit tersebut yang masuk ke wilayah ini,” tukasnya.
Ditambahkannya, pihaknya sangat mengharapkan peran serta masyarakat untuk melaporkan jika ada hewan yang terserang penyakit aneh, agar bisa diantisipasi sedini mungkin. (dee/aj/lo2)

11 January 2013

Sentani : Pemerhati : Masyarakat Diharapkan Ramah Lingkungan

 (www.bintangpapua.com, 11-01-2013)
SENTANI—Mengingat curah hujan yang tinggi sejak awal bulan Januari 2013 ini, masyarakat khususnya yang berada di Kabupaten Jayapura diharapkan untuk berperilaku ramah lingkungan dan tidak membuang sampah di selokan atau parit-parit.

Hal ini ditegaskan Marshall Suebu selaku salah seorang Pemerhati Lingkungan yang ada  di Kabupaten Jayapura Rabu (09/01) kepada Bintang Papua di Sentani.

“Meskipun baru menambah armada pengangkut sampah tetapi jika perilaku masyarakat tetap sama yaitu membuang sampah di sembarang tempat maka banjir dan peristiwa lainnya bisa saja terjadi,” jelasnya.
Dikatakannya, selain bencana, tata kota dan keindahan serta kenyamanan kota juga akan terganggu jika sampah berserakan dimana-mana. Apalagi seusai banjir dan air selokan meluap dimana-mana.
“Alangkah baiknya, selain armada pengangkut sampah yang ditambah, para petugas sampah pun harus ditambah,” tukasnya.

Tidak hanya itu, jika pemerintah belum bisa menambah petugas sampah, sebaiknya petugas sampah yang sudah ada juga ditingkatkan intensifnya sehingga ketika bekerja, para petugas sampah ini tetap dan bahkan lebih bersemangat membersihkan Kota Sentani dari sampah.

Untuk diketahui, diprediksikan dalam 60 hari kedepan, wilayah di Papua akan dilanda cuaca ekstrim. Oleh sebab itu, Badan Penanggulangan Bencana Nasional maupun Daerah (BPBN dan BPBD) berencana untuk membangun posko siaga bencana guna mengantisipasi jika terjadi bencana baik itu banjir maupun longsor.  (dee/aj/lo2)

Jayapura : ParCiMon Ajak Masyarakat Terlibat Pembangunan Rendah Emisi

(www.tabloidjubi.com, 11-01-2013)
Penulis : | Thursday, January 10th, 2013 | 19:26:47 , dominggus a mampioper

Jayapura (10/1) — World Agroforestry Centre (ICRAF) bekerjasama dengan Task Force for Low Carbon Development di Papua (PLCD-TF), Yayasan Konservasi dan Pemberdayaan Masyarakat Papua (YPKM Papua), Yayasan Lingkungan Hidup Irian Jaya (YALI Papua) dan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya memperkenalkan program Pemantauan partisipatif oleh masyarakat sipil pada proses perencanaan tata guna lahan untuk pembangunan rendah emisi atau Participatory monitoring by civil society of land-use planning for low-emissions development strategis (ParCiMon).

Tim leader project pemantau dari ICRAF Dr.Suyanto mengatakan, tujuan umum dari proyek ini adalah keberhasilan Papua dalam mencapai pembangunan rendah emisi dan kontribusi signifikan Papua terhadap pembangunan redah emisi secara nasional di Indonesia, sebagai bentuk perubahan iklim.

“Ada tiga tujuan khusus proyek ParCiMon. Pertama, tersedianya alat indikator dan sistem monitoring serta evaluasi untuk perencanaan tata guna lahan dalam pembangunan rendah karbon. Kedua, terbangunnya kapasitas kelompok masyarakat sipil untuk berpartisipasi dan memantau siklus perencanaan pembangunan rendah emisi di sektor berbasis lahan dan ketiga, terfasilitasinya penyusunan RAD-GRK untuk sektor berbasis lahan ditingkat kabupaten secara inklusif, proses kompilasi dan negosiasi ditingkat provinsi dan proses berjenjang sampai ke tingkat nasional,” kata Dr. Suyanto, Kamis (10/1).

Menurutnya ada tiga lokasi di Papua yang dijadikan lokasi dan jangkauan proyek yakni, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke. “Proyek ParCiMon Papua akan berlangsung selama empat tahun kedepan yakni Januari 2013- Desember 2016,” singkatnya.

Pada tahap inisiasi proyek ParCiMon, ICRAF dan mitra lanjut dia, akan melakukan project launching dengan pemangku kepentingan terkait dengan tujuan memperkenalkan proyek ParCiMon kepada pemangku kepentingan utama, pembangunan rendah emisi di Papua.

“Selain itu mengumpulkan masukan atau umpan balik tentang desain dan rencana kerja proyek dari para pemangku kepentingan utama. Juga mencari sinergi dengan proyek maupun program lain yang sedang atau akan berjalan dari pemerintah, donor, LSM dan akademisi. Ini juga bertujuan mengindentifikasi cakupan untuk kolaborasi yang efektif serta mempelajari tentang dan peluang di tingkat lokal,” jelas Suyanto. (Jubi/Arjuna)

09 January 2013

Manokwari : Kali Wosi Meluap Manokwari Kebajiran

 (www.bintangpapua.com, 09-01-2013)
MANOKWARI–Bupati Manokwari Bastian Salabay mengatakan meluapnya air di bantaran kali Wosi, Distrik Manokwari Barat, hingga membanjiri rumah warga karena hutan lindung Wosi Rendani kian gundul karena pohonnya ditebang.

Sabtu sore lalu, ratusan rumah di bantaran Kali Wosi terendam air. Air bahkan hampir menutupi seluruh bagian rumah pada beberapa titik di daerah ini. Sejumlah daerah lain seperti Madu Raja, Kampung Udopi  dan Kampung Bugis juga banjir.

Saat banjir warga tidak bisa berbuat banyak, dan hanya berupaya menyelematkan barang yang masih bisa diselamatkan, utamanya surat-surat berharga.

Korban banjir, Felix mengatakan ia hanya membawa surat-surat berharga dan sedikit barang yang masih bisa diselamatkan ketika banjir datang.
Ia mengaku barang lainnya berupa kasur, perabot dapur, lemari bahkan sebagian alat elektronik rusak dan hanyut di bawa banjir.

 “Kami takut melihat air semakin naik, jadi kami semua mengungsi di gereja, nanti pagi baru kami datang bersihkan rumah lagi, “ kata Felix, warga di bantaran kali Wosi.
Ayeri Bukway, warga kali Wosi menyesalkan tindakan pemerintah daerah yang merelokasi mereka ke tempat tersebut. Dan Ia minta bupati segera melakukan tindakan cepat agar tahun depan mereka tak lagi kebanjiran.
Di kampung Bugis, dilaporkan, hampir seluruh rumah terendam banjir. Warga menduga, luapan air disebabkan curah hujan tinggi di daerah gunung serta air pasang dari laut. Akibatnya, debit air di kali Wosi tidak mampu menampung, sehingga meluap dan menggenangi rumah mereka.

Sementara itu, bupati berjanji akan segera memberikan bantuan tanggap darurat. Sementara barang-barang warga yang rusak akan didata oleh intansi terkait.
Ia juga mengatakan pencegahan banjir hanya bisa dilakukan dengan pembuatan talud yang tinggi dan lebar di sepanjang kali. Namun APBD Manokwari tidak cukup mengakomodir pembangunan talud.
“Pemda akan mengusahakannnya lewat APBN dan berharap ada bantuan juga dari BPBD Papua Barat,” katanya.

Bupati juga mengimbau warga untuk tidak lagi membangun rumah di sepanjang bantaran kali Wosi yang sangat beresiko tinggi terkena banjir saat musim hujan tiba. Saat mengunjungi korban banjir Salabay membagikan 600 bungkus nasi dan air meniral.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Manokwari, Reymond RH  Yup mengatakan pihaknya akan melakukan pendataan bagi semua warga yang terkena korban banjir di beberapa titik pengungsian. Selanjutnya korban yang terdata akan diberikan bantuan berupa kebutuhan bahan makanan dan mengganti perabot vital yang rusak.

Setelah banjir sejumlah warga dilaporkan menempati posco penampungan pengungsi banjir di gereja Efrata Wosi. Warga juga memilih mengungsi ke rumah kerabat maupun saudara-saudara mereka. (Sera/achi/l03)

Merauke : Perlu Terapkan Manajemen Usaha Tani

 (www.bintangpapua.com, 09-01-2012)
MERAUKE – Menjadikan pertanian sebagai usaha yang patut dibanggakan memang bukan hal yang mudah, karena seorang petani harus menjadi petani yang berhasil dan mandiri dan itu butuh kemampuan sumber daya manusia.

Menurut Kepala Dinas Tanaman dan Holtikultura Kabupaten Merauke Bambang Dwiatmoko hal yang penting dilakukan adalah menerapkan sistem usaha dengan manajemen usaha tani. Usaha apapun itu, kata Bambang, jika tidak menjalankannya dengan manajemen maka akan sulit berkembang, termasuk usaha tani.
Dalam hal ini, salah satunya adalah petani bisa membaca komoditi yang sedang dibutuhkan pasar sebelum melakukan penanaman serta mengantisipasi kemungkinan oper produksi pada salah satu komoditi yang lagi marak karena harganya yang sedang melonjak. Termasuk juga tanaman penyela.

“Artinya, untuk menjadi seorang petani yang sukses, petani tidak cukup jika hanya menguasai teknologi pertanian, tapi juga harus menguasai menejamen usaha tani yang dijalankan,” katanya kepada Bintang Papua, kemarin.

Ia mengakui, sejauh ini memang masih belum ada atau mungkin sangat sedikit sekali  ada petani yang bangga sebagai petani. Tapi bagi seorang petani yang sukses menjalankan usaha taninya, kebanggaan akan muncul, karena dapat membuktikan bahwa usaha tani itu jika dikelola dengan baik akan menjadi petani sukses. Dengan demikian, petani tersebut akan bangga mengaku dirinya petani.

"Petani akan sukses jika menjalankan manajemen usaha tani dan petani sukses akan bangga mengaku petani,” ucapnya penuh motovasi. (lea/achi/lo1)

08 January 2013

Timika : Februari LPMAK Mulai Bangun Pabrik Pengolahan Tepung Sagu

 (www.bintangpapua.com, 08-01-2013)
TIMIKA - Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam tahun 2013 akan membangun pabrik pengolahan tepung sagu untuk membantu meningkatkan pendapatan warga di wilayah pesisir barat Kabupaten Mimika.

Sekretaris Eksekutif LPMAK, Emanuel Kemong di Timika, Senin mengatakan jika tidak ada kendala maka pembangunan pabrik pengolahan tepung sagu akan segera dimulai sekitar bulan Februari.
Emanuel mengatakan, LPMAK telah melakukan foto udara untuk melihat potensi hutan sagu di wilayah pesisir Mimika. Hasil pemetaan melalui foto udara tersebut ditindaklanjuti dengan survei lapangan oleh tim dari LPMAK bekerja sama dengan masyarakat pemilik hak ulayat.

"Potensi sagu yang nanti kita ambil untuk produksi tepung sagu yaitu di kawasan hutan yang selama ini belum digarap oleh masyarakat sehingga tidak sampai mengganggu sagu milik masyarakat untuk diolah guna memenuhi kebutuhan hidup mereka," jelas Emanuel.

Menurut dia, setiap penebangan pohon sagu untuk diambil sarinya menjadi tepung sagu akan ditanam kembali agar tidak merusak hutan dan ekosistem lainnya.

Emanuel mengatakan, agar rencana pembangunan pabrik pengolahan tepung sagu tersebut bisa terealisasi dan pada akhirnya memberikan manfaat bagi masyarakat Suku Kamoro di wilayah pesisir Mimika, maka sangat dibutuhkan sosialisasi dan partisipasi aktif masyarakat setempat.

Pasalnya, pabrik pengolahan sagu yang akan dibangun semata-mata untuk kepentingan masyarakat dan masyarakat sendirilah yang akan mengelolanya.
Beberapa waktu lalu LPMAK membawa sejumlah tokoh masyarakat dari beberapa kampung di wilayah Mimika Barat untuk mengikuti kegiatan studi banding di Selat Panjang, Provinsi Kepulauan Riau untuk melihat usaha pengolahan tepung sagu di daerah itu.

Lima kampung yang nantinya akan terlibat langsung dalam kegiatan pabrik pengolahan tepung sagu di Distrik Mimika Barat yaitu Kampung Timika Pantai, Kekwa, Migiwia, Mimika dan Kokonao.
Lokasi pembangunan pabrik pengolahan tepung sagu akan ditentukan kemudian berdasarkan hasil kesepakatan masyarakat lima kampung tersebut.

Pembangunan pabrik pengolahan tepung sagu akan dipusatkan di wilayah Distrik Mimika Barat mengingat di daerah itu terdapat lahan potensial tumbuhan sagu terbanyak di Mimika.
Tepung sagu selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat wilayah pesisir Mimika sebagai bahan kebutuhan pokok sehari-hari. Di tempat lain, tepung sagu bisa diolah menjadi tepung mie instan, makanan ternak dan lainnya.  (ant/achi/lo1)

Timika : Potensi Batu Bara Diharapkan Bisa Dieksploitasi dengan Baik

 (www.bintangpapua.com, 08-01-2013)
TIMIKA - Pemerintah Kabupaten Mimika, Papua mengharapkan PT Kalteng Bara Persada (KBP) serius menindaklanjuti rencana untuk mengeksploitasi potensi tambang batu bara di Potowayburu, Distrik Mimika Barat Jauh.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Mimika, Philipus Kehek di Timika, Senin mengatakan perusahaan itu telah mendapatkan rekomendasi dari Bupati Mimika, Klemen Tinal untuk melakukan usaha pertambangan batu bara di Potowayburu, tepatnya di Kilometer 18 pada lahan pencadangan seluas 25 ribu hektare.
Saat ini PT KBP sedang mengurus berbagai perizinan terkait pada Kementerian ESDM di Jakarta.
"Masyarakat Mimika sangat berharap pada tahun ini perusahaan itu sudah bisa beroperasi dimulai dari kegiatan eksplorasi selama setahun dan selanjutnya melakukan eksploitasi tambang batu bara di Potowayburu," kata Kehek.

Menurut dia, kawasan hutan yang diizinkan untuk melakukan penambangan batu bara di Potowayburu adalah kawasan hutan konservasi, bukan kawasan hutan lindung.

Lantaran itu, katanya, tidak ada kendala dalam kegiatan penambangan batu bara di Potowayburu tersebut karena bukan masuk dalam kawasan hutan lindung seperti di Kawasan Taman Nasional Lorentz (KTNL) di wilayah timur Kabupaten Mimika.

Potensi tambang batu bara di Potowayburu sebelumnya telah diteliti, bahkan telah dieksplorasi oleh PT Montero Jaya Coal. Meski telah mendapatkan Ijin Usaha Pertambangan (IUP) dari Bupati Mimika, namun perusahaan itu tidak menindaklanjuti kegiatannya.

Akibatnya, Pemkab Mimika mencabut IUP PT Montero Jaya Coal pada 2012. PT Montero Jaya Coal semula diberikan pencadangan wilayah untuk melakukan kegiatan eksplorasi batu bara di Potowayburu seluas 9.400 hektare.

Perusahaan ini sudah mengambil sampel batu bara pada tiga titik di sekitar Potowayburu yakni di Kilometer 18 dan 20 Potowayburu serta di sekitar Kampung Aindua. Dari pemeriksaan awal, kandungan batu bara pada tiga titik itu bernilai kalori dari 46 ribu hingga 51 ribu Kcal (kilo kalori) yang dianggap layak untuk dieksploitasi. (ant/achi/lo1)

Deiyai : Mahasiswa Berbagi Ilmu Beternak dan Bertani kepada Masyarakat

 (www.bintangpapua.com, 08-01-2013)
DEIYAI – Mahasiswa asal Kabupaten Deiyai yang menggeluti ilmu di Universitas Papua (Unipa), kota Manokwari menggelar  sosialisai dan berbagi ilmu cara beternak dan bertani kepada masyarakat Deiyai. Kegiatan yang dikemas melalui seminar ini disambut baik oleh masyarakat.

Mahaiswa merasa sangat perlu memberikan ilmu yang didapatkan kepada masrakat yang rata-rata hidup dari perikanan, perkebunan, kehutanan, dan menjadi mata pencaharian.

Yonatan salah satu mahasiswa mengatakan masyarakat Deiyai hidup dari berkebun, beternak, pembibitan ikan serta hasil hutan sehingga modal ilmu sudah ada, namun semua yang dilakukan masyarakat hanya bersifat tradisional, untuk itu kamu memberikan pengetahuan mengelola hasil bummi dengan cara moderen.
“Ketika tanah yang ada, ternak yang ada serta kekayaan alam yang ada dipergunakan secara baik, maka pendapatan ekonomi masyarakat lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya.

Sehingga dirinya mengatakan ini sebuah momen tepat bagi masyarakat Deiyai untuk dapat menerima sejumlah ilmu yang diberikan oleh para mahasiswa Univeristas Papua.

“ saya harap kepada orang – orang tua saya agar materi yang diberikan dapat menerima baik. Sebab apa yang kita berikan adalah berkaitan dengan sesuatu yang kita buat setiap hari di rumah, di kebun, di hutan untuk menghidupi keluarga, gereja dan bangsa ini,” ujar Yonatan.

Sementara Bupati Basilius Badii,BA yang diwakili Kepala Dinas Lingkungan Hidup D.Giai mengatakan dirinya dan Pemerintah Daerah beserta masyarakat Deiyai menyambut baik kedatangan sejumlah mahasiswa ini, sabab ini dapat membantu pemerintah bagaimana mensejahtrakan masyarakat itu sendiri.

“saya salut kedatangan mahasiswa untuk memberi ilmu, dan menjadi bekal masyarakat Deiyai. sehingga kami harap ilmu ini dapat di terima dengan baik untuk kembali memprktekan masing- masing” ujar Domi.  (andy badii/achi/l03)

02 January 2013

Dasar Target Penurunan GRK Kurang Jelas

 (www.kompas.com, 02-01-2013)
JAKARTA, KOMPAS.com -- Dasar perhitungan untuk penetapan target penurunan emisi per bidang untuk memenuhi janji suka rela Indonesia mengurangai emisi Gas Rumah Kaca (GRK) kurang jelas dasarnya.

Dede Ratih dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mempertanyakan penetapan emisi tanpa intervensi atau business as usual yang menjadi dasar perhitungan target tiap bidang yang dilakukan lembaga dan kementerian sektor. Menurut Dedea, upaya penurunan GRK menjadi tidak jelas bakal tercapai atau tidak karena  perhitungan emisi nasional jika tak ada intervensi (BAU) tidak jelas angkanya.

"Ada beberapa angka BAU dikeluarkan beberapa kali sejak tahun 2010. Menurut saya, perhitungan BAU itu pun mestinya dinamis berdasarkan aktivitas yang berkembang suatu waktu," kata Dede, Jumat (21/12/2012) di Jakarta.

Dia meragukan angka BAU yang ada. "Misalnya kehutanan dan lahan gambut sudah ada target. Artinya sudah harus diperhitungkan berapa luas hutan atau perubahan fungsi lahan yang bisa dilakukan. Berapa batasnya. Tampaknya kebijakan itu tak ada. Seharusnya pemerintah lebih transparan soal perhitungan BAU dan target-target penurunan GRK," katanya.

Dihitung dari target yang ditetapkan dalam RAN GRK, yaitu 0,767 Gigaton CO2 ekivalen (satuan emisi) didapatkan angka BAU sekitar 2,95 Gigaton CO2 ekivalen.

Tahun 2009 di Pittsburgh, AS, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan target penurunan 26 persen dari BAU jika dilakukan sendiri dan turun 41 persen dari BAU jika ada bantuan luar negeri.
Hari Kamis (20/12/2012) tujuh kementerian melaporkan kemajuan pelaksanaan inventarisasi dan penurunan emisi gas rumah kaca pada National Summit Perubahan Iklim ke-2. Secara umum, masalah koordinasi dengan lembaga dan kementerian lain serta dengan pemerintah daerah masih perlu ditingkatkan.

Hadir dalam acara tersebut tiga  menteri yaitu Menteri Lingkungan Hidup Berth Kambuaya dan Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto, Menteri Pertanian Suswono, serta  Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun. Sementara ketiga  menteri dari tiga kementerian lainnya diwakilkan kepada pejabat lainnya. Ketiga kementerian tersebut yaitu Kementerian Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Kementerian Perhubungan. Koordinasi dan sinkronisasi

Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Haryono, koordinasi pusat dan daerah memegang peran penting karena terkait dengan konversi lahan pertanian. Sementara dari sektor energi, menurut Sekjen Dewan Energi Nasional Lobo Balia, sinkronisasi kebijakan, peraturan, dan program untuk inventarisasi dan mitigasi GRK di bidang energi dan sumber daya mineral perlu terus ditingkatkan.

Kebijakan penggunaan energi baru dan terbarukan tak kunjung terwujud. Misalnya, bahan bakar gas itu terkendala infrastruktur stasiun pompa bahan bakar gas. "Pembangunan infrastruktur itu kewenangan pemerintah daerah, bukan Kementerian ESDM," ujarnya.

Pengembangan energi panas bumi, kendalanya antara lain regulasi daerah - harus ada izin usaha pertambangan (IUP) untuk melakukan eksplorasi. Di bidang pertanian, menurut Suswono, ke depan penyediaan lahan pertanian akan semakin sulit karena konversi lahan amat masif  dilakukan pemerintah daerah karena ada otonomi daerah.

Saat ini luas lahan sawah Indonesia sekitar 13,1 juta hektar-bandingkan dengan luas lahan sawah Thailand-jumlah penduduknya seperempat Indonesia-yang luasnya 9 juta hektar.
Staf Ahli Menteri  Bidang Lingkungan Kementerian Perhubungan Wendy Aritenang menambahkan, kebijakan mengembangkan transportasi massal kota juga amat bergantung pada kebijakan masing-masing kota.

Target total penurunan emisi yaitu 0,767 Gigaton CO2 ekivalen, dengan bidang kehutanan dan gambut paling besar yaitu 0,672 Gigaton CO2 ekivalen dan dilaporkan sudah tercapai 0,489 Gigaton CO2 ekivalen.
Target bidang pertanian 0,008 Gigaton CO2 ekivalen, energi dan transportasi 0,038 Gigaton CO2 ekivalen, pengelolaan limbah 0,048 Gigaton CO2 ekivalen, bidang industri 0,001 Gigaton CO2 ekivalen.

Selain penurunan oleh sektor, juga ada target penurunan GRK oleh provinsi yang ditetapkan dalam Rencana Aksi Daerah (RAD).  Target-target tersebut ditetapkan dari BAU yang besarnya sekitar 2,95 Gigaton CO2 ekivalen.

Dede mempertanyakan, apakah benar semua aktivitas sudah diperhitungkan. "Contoh gampang adalah kehutanan. Tidak semua izin pembukaan hutan yang ada di daerah itu diketahui oleh pemerintah pusat. Kalau berdasarkan satelit tetap harus ada klarifikasi di daerah," ujarnya.
Editor :Nasru Alam Aziz

01 January 2013

Makhluk Paling Aneh Tahun 2012

 (www.kompas.com, 01-01-2012)
KOMPAS.com — Di antara banyak temuan ilmuwan di dunia, beberapa di antaranya tergolong tak biasa dalam sudut pandang manusia. Tak jarang, temuan itu dianggap porno, tidak mungkin, ataupun mengada-ada.

Apa saja temuan paling aneh sepanjang tahun 2012? Dari beberapa informasi yang telah dirangkum oleh Kompas.com, ada puluhan temuan aneh. Namun, beberapa di antaranya tergolong yang paling aneh. Berikut uraiannya.

Amfibi berbentuk penis

Kalau ada satwa paling aneh, mungkin inilah dia. Ilmuwan menemukan makhluk yang berbentuk mirip ular yang masuk golongan reptilia, tetapi sejatinya merupakan amfibi. Morfologinya pun mirip dengan alat kelamin pria alias penis. Spesies ini diberi nama Atretochoana eiselti.
Kantung semar pemakan tikus
Spesies kantung semar terbaru ditemukan di Filipina. Nepenthes attenboroughii, demikian nama spesies tersebut, merupakan kerabat kantung semar di Kalimantan, Nepenthes rajah. Yang menakjubkan, kantung semar ini bisa memakan tikus, menghancurkan tubuh tikus dengan enzim pencernaannya.

Tikus tanpa geraham

Spesies ini ditemukan oleh peneliti Pusat penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anang Setiawan Achmadi, yang bekerja sama dengan beberapa peneliti lain. Tikus tanpa geraham ini mendiami wilayah Sulawesi. Adanya spesies tersebut menunjukkan bahwa proses evolusi tidak selalu maju, tetapi bisa berbalik.

Makhluk pemakan DNA

Ilmuwan menemukan bahwa sebagian DNA dari makhluk bernama bdelloidea ternyata berasal dari bakteri. Menurut hipotesis ilmuwan, makhluk itu memakan DNA untuk bertahan hidup tanpa reproduksi secara kawin.

Ikan dengan "penis" bercabang empat

Monster dengan alat kelamin serupa penis bercabang empat itu bernama Gambusia quadruncus. Ilmuwan mengatakan, penis bercabang berguna untuk membantu pejantan mengatasi halangan ketika mentransfer sperma pada betina yang kelaminnya memiliki struktur pelindung. 

Penguin menyetubuhi jasad








Seksualitas penguin mengejutkan ilmuwan. Satwa ini ternyata suka menyetubuhi jasad. Ilmuwan belum mengetahui apakah perilaku ini memang sengaja atau terjadi karena penguin tak mampu membedakan betina yang masih hidup dan sudah mati. Yang jelas, menurut pandangan ilmuwan, posisi betina mati mirip saat bereproduksi. Sebelumnya, penguin diketahui memiliki perilaku pemaksaan seksual dan homoseksual.

Lele pemakan merpati

Di bulan Desember 2012, ilmuwan menemukan perilaku aneh spesies Silurus glanis. Jenis lele yang berasal dari wilayah sungai Perancis itu mampu memakan merpati. Lele bergerak mendekati daratan, sekejap mengeluarkan sebagian tubuhnya dari air, menyambar merpati dan membawanya ke air untuk memakan. Perilaku ini kali pertama ditemukan pada lele dan membuat ilmuwan kaget.


Hewan punya 750 kaki
Spesies Illacme plenipes menjadi salah satu spesies paling aneh yang ditemukan tahun 2012. Panjang tubuh hanya 3 cm, hewan ini punya 750 kaki. Makhluk ini diduga hidup sejak 200 juta tahun lalu, saat Afrika masih bergabung dengan California dalam daratan Pangaea.

Editor :yunan