Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

28 July 2010

Manca Negara : Srilanka : Primata yang Dianggap Punah, Ditemukan

(www.kompas.com, 27-07-2010)
LONDON, KOMPAS.com – Setelah dianggap punah selama 60 tahun karena habitatnya dibabat menjadi perkebunan teh, sejenis primata unik ditemukan kembali dan berhasil difoto. Sebelumnya primata jenis Loris Horton Plains (Loris tardigradus nycticeboides) ini sempat dilaporkan terlihat pada tahun 2002, namun tidak ada bukti foto yang menyertainya.

Penelitian selama lebih dari 1000 malam dilakukan di 120 wilayah berhutan di Sri Lanka oleh para ahli biologi bekerjasama dengan Zoological Society of London (ZSL). Pencarian ini akhirnya menemukan loris di enam wilayah, dan para peneliti menangkap tiga spesimen hidup untuk diteliti

Alasan utama yang membuat hewan ini menghilang adalah lenyapnya habitat mereka. “Banyak lahan yang dibuka dan hutan-hutan yang tadinya menutupi barat daya Sri Lanka telah diubah jadi kebun teh,” kata Dr Craig Turner dari ZSL.

Diperkirakan saat ini jumlah loris tinggal 100 ekor sehingga menjadikannya salah satu dari lima hewan paling terancam populasinya. Namun karena sedikit saja yang diketahui mengenai loris, maka jumlahnya bisa jadi di bawah 60 ekor, yang artinya akan membuatnya sebagai jenis yang paling langka.

Loris pertama kali ditemukan secara ilmiah tahun 1937. Namun kemudian dianggap punah karena tidak ada lagi laporan mengenainya. Hewan yang bergerak lambat ini panjangnya sekitar 20 cm dan berat sekitar 310 gram. Dibandingkan dengan loris dataran rendah, loris Horton Plains memiliki kaki lebih pendek dan bulu lebih panjang.

21 July 2010

Sri Lanka : Primata "Cantik" Ditemukan

(www.antaranews.com, 20-07-2010)
London (ANTARA News) - Primata "cantik" yang sangat langka sehingga diduga sudah punah telah tertangkap kamera di hutan Sri Lanka untuk pertama kali, kata beberapa ilmuwan, Senin.


Loris Horton Plains yang ramping adalah hewan kecil malam hari yang dapat tumbuh sampai panjang tubuh 17 centimeter, dengan mata yang besar dan menonjol.

Primata tersebut, yang memiliki habitat di Sri Lanka, pertama kali ditemukan pada 1937 tapi hanya terlihat empat kali sejak saat itu.

Para ilmuwan terakhir kali melihat sepintas primata itu pada 2002, dan percaya hewan yang sukar dimengerti tersebut sejak itu telah punah.

Namun para peneliti lapangan, yang bekerja sama dengan Zoological Society of London, berhasil melacak hewan misterius itu di hutan di Sri Lanka tengah.

Untuk pertama kali di dunia, mereka dapat mengambil gambar satu loris ramping jantan dewasa yang sedang duduk di satu cabang pohon.

Tim lapangan tersebut dapat menangkap satu hewan dan melakukan pemeriksaan fisik, yang pertama dilakukan, sebelum melepaskan hewan itu kembali ke alam liar.

Namun, banyak ahli memperingatkan bahwa penggundulan hutan di Sri Lanka --yang kebanyakan diduga dilakukan dalam upaya membuat perkebunan teh di wilayah tersebut-- sekarang menjadi ancaman terbesar bagi loris itu.

Loris adalah nama umum bagi primata "strepsirrhine" dari sub-keluarga Lorine di dalam keluarga Lorisidae.

Craig Turner, ahli biologi konservasi di ZSL, mengatakan habitat hutan alamiah mereka telah dibagi buat pertanian dan pembalakan, sehingga memutus hewan "yang sangat cantik" itu dari pasangan mereka.

"Hutan tersebut sekarang telah dikotak-kotakkan jadi serangkaian pulau kecil," kata Turner kepada radio BBC.

"Mereka tak bisa pindah dari satu tempat ke tempat lain, mereka tak dapat berpasangan, berkembang-biak, sehingga itu memiliki dampak nyata pada kelangsungan hidup masa depan spesies tersebut," katanya.(C003/A011)

18 July 2010

Timika : Freeport Produksi Uranium

(www.papuapos.com, 17-07-2010)
JAYAPURA [PAPOS] - Freeport diduga menggali bahan baku uranium secara diam-diam sejak delapan bulan silam, kata Yan Permenas Mandenas S.Sos Ketua Fraksi Pikiran Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua di Jayapura, Selasa, di ruang kerjanya.


"Kegiatan ini dilakukan secara tersembunyi dan telah berlangsung cukup lama," ungkapnya yang juga anggota Komisi C DPRDP.

Ia menambahkan, Freeport telah mencuri hasil kekayaan masyarakat Papua dan membohongi pemerintah dengan hasil tambang yang disalurkan lewat jaringan pipa-pipa bawah tanah. "Selain emas, uranium juga diproduksi oleh Freeport," tambahnya.

Informasi ini menurutnya, didapatkan dari sejumlah masyarakat dan karyawan Freeport di Timika. "Selain karyawan dan masyarakat, saya juga mendapat laporan dari sumber yang dapat dipercaya," tandasnya.

Hal ini sangat disayangkan mengingat pajak yang didapatkan dari perusahaan emas terbesar didunia ini, hanya berjumlah Rp30 milyar pada tahun lalu.

Mandenas juga mengeluhkan, bahwa dewan belum bisa bergerak karena terkendala masalah klasik, yaitu belum ada alokasi dana untuk turun ke lapangan."Kami belum bisa ke lapangan karena terkendala dana," katanya.

DPRD Mimika Belum Tahu
Sementara itu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mimika belum mengetahui apakah betul PT. Freeport Indonesia juga menambang bahan baku Uranium dalam kegiatan eksplorasinya selain Emas dan Tembaga sesuai dengan Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia.

Wakil Ketua I DPRD Mimika Yan Piet Magal dalam Jumpa Pers di ruang VIP DPRD Mimika, Rabu (14/7)mengatakan, hingga kini DPRD Mimika belum menerima laporan baik dari manajemen Freeport maupun karyawan terkait dengan betul tidaknya PT. Freeport Indonesia juga melakukan penambangan bahan baku uranium. “ Kami dewan belum tau soal ini, saya juga baru dengar,” ujarnya.

Menurutnya, Dewan sendiri belum meyakini kebenaran informasi ini karena belum ada penelitian lebih dalam dari orang yang berkompeten dalam bidang ini.

Namun dia menegaskan apabila informasi ini betul, maka harus ada penangan yang baik sehingga tidak berdampak pada lingkungan dan mahluk hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia. “Kalau ini betul maka penduduk yang bermukim disekitar lokasi penambangan PT. Freeport Indonesia harus direlokasi karena sangat berbahaya dan ini merupakan tanggung jawab pemerintah," ungkapnya.

Dikatanya, jikalau ada penambangan bahan baku Uranium oleh PT. Freeport Indonesia pasti Pemerintah Indonesia mengetahuinya karena keluar masuknya barang perusahaan dalam pengawasan pihak keamanan dan pemerintah dalam hal ini Bea Cukai Timika.

“ Kami serahkan sepenuhnya kepada pemerintah pusat karena yang melakukan MoU adalah Pemerintah Pusat dan PT. Freeport Indonesia,” tuturnya.

Ditempat terpisah Dosen Teknik Mineral Universitas Negeri Cenderawasih (Uncen), Endang Hartiningsih,MT di Jayapura, Rabu menanggapi keberadaan sumber daya uranium di wilayah Papua dan pendapat seorang anggota DPR Papua (DPRP) bahwa PTFI menambang uranium secara diam-diam.

Menurut dia, secara geologi, Papua memiliki sumber daya uranium karena wilayah ini tersusun oleh batuan beku ultrabasa.

"Bahan-bahan radioaktif seperti uranium terkandung dalam batuan beku ultrabasa dan ini banyak dijumpai di wilayah Papua, namun berdasarkan data yang ada, PTFI tidak menambang uranium. Jika hal itu dilakukan maka dibutuhkan penanganan khusus dan Freeport sendiri harus mengantoingi izin pemerintah," ujar Endang.

Berkaitan dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi terhadap bahan tambang yang mengandung unsur radioaktif, dia mengatakan, perlu penanganan khusus yang berbeda dari kegiatan penambangan lainnya karena termasuk bahan galian vital bagi kepentingan negara dan masyarakat luas.

Selain itu, lanjut Endang, bahan radioaktif tentu memiliki dampak yang cukup membahayakan bagi lingkungan hidup, termasuk manusia jika tidak ditangani secara benar. Oleh sebab itu, penelitian, pengembangan dan pemanfaatannya diatur dalam undang-undang dan peraturan pemerintah.

"Sejauh ini belum ada kegiatan eksplorasi lebih lanjut mengenai sumber daya radioaktif di Papua. Jika sudah ada penelitian dan pengembangannya pasti dilakukan lembaga pemerintah, misalnya oleh BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional)," ujarnya.

Pengelolaan bahan galian radioaktif diatur dalam Undang-Undang nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaga Nukliran.

Dalam penjelasannya disebutkan, pemanfaatan tenaga nuklir harus mendapat pengawasan yang cermat agar selalu mengikuti segala ketentuan di bidang keselamatan tenaga nuklir sehingga pemanfaatan tenaga nuklir tersebut tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup.

Sementara itu, Budiman Moerdijat selaku Manager Corporate Communications PTFI melalui siaran pers menyatakan, sehubungan dengan pemberitaan di Antara pada Selasa (13/7)berjudul "Freeport Produksi Uranium Secara Diam-diam," pihaknya menyampaikan klarifikasi bahwa hal tersebut adalah tidak benar.

"PT Freeport Indonesia adalah perusahaan pertambangan umum dengan produk akhir berupa konsentrat yang mengandung logam tembaga, emas dan perak," katanya.

Sedangkan mengenai pembayaran pajak perusahaan kepada Pemerintah Indonesia tahun 2009, PTFI memberikan klarifikasi isi berita yang menyebutkan pajak yang didapatkan dari perusahaan emas terbesar didunia ini, hanya berjumlah Rp30 milyar pada tahun lalu.

PTFI dengan ini memberitahukan bahwa selama Januari sampai Desember 2009, Freeport Indonesia telah melakukan kewajiban pembayaran kepada Pemerintah Indonesia.

Kewajiban pembayaran pajak itu sebesar 1,4 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 13 triliun dengan kurs saat ini, yang terdiri dari Pajak Penghasilan Badan, Pajak Penghasilan Karyawan, Pajak Daerah serta pajak-pajak lainnya sebesar 1 miliar dolar AS. Selain itu royalti 128 juta dolar AS serta dividen sebesar 213 juta dolar AS.

Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan pembayaran untuk periode bulan Januari sampai Desember 2008 yang mencapai 1,2 miliar dolar AS. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi harga komoditas dan tingkat produksi.

Dengan demikian, total kewajiban keuangan sesuai dengan ketentuan yang mengacu pada Kontrak Karya tahun 1991 yang telah dibayarkan Freeport Indonesia kepada Pemerintah Indonesia sejak tahun 1992 sampai 2009 adalah sebesar 9,5 miliar dolar AS.

Jumlah tersebut terdiri dari pembayaran Pajak Penghasilan Badan, Pajak Penghasilan Karyawan, Pajak Daerah, serta pajak-pajak lainnya sebesar 7,6 miliar dolar AS, royalti 1 miliar AS dan dividen sebesar 900 juta dolar AS. [bela/sped/ant]

Biak : Kawasan Pertenakan Kampung Telah Mencapai 200 Ha

(www.cenderawasihpos.com, 17-07-2010)
BIAK-Pengembangan sektor kawasan peternakan di wilayah Kabupaten Biak Numfor terus dilakukan pemerintah. Setiap distrilk bahkan kampung diupayakan supaya memiliki kawasan peternakan sendiri, khususnya lagi untuk program Kawasan Pengembangan Ternak Kampung atau lazimnya disebut dipeternakan sebagai “Kawasan Pengembangan Anak Kampung”.


Kawasan pengembangan anak kampung ini telah dilakukan di sejumlah distrik, namun untuk sekarang masih lebih dominan dengan ternak sapi. Untuk saat ini kawasan yang telah dijadikan pertenakan kampung telah mencapai sekitar 200 Ha areal. Luasan areal sebanyak itu terus akan dikembangkan melalui program pemberdayaan ekonomi berbasis kerakyatan.

“Khusus untuk pengemnangan peternakan kampung ini kami telah memili areal tidak kurang dari 200 Ha. Luasan sebanyak itu terbagi-bagi di sejumlah distrik, khususnya yang pengembangan perternakan kampungnya telah berjalan baik,” ujar Kepala Dinas Perternakan dan Pertanian Kabupaten Biak Numfor Ansalom Rumkorem, S.Pt, MM kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Menurutnya bahwa untuk pengembangan peternakan telah berhasil di sejumlah kawasan, diantaranya di kampung Maneru dan Dernafi Distrik Biak Utara sebanyak 25 ekor, di Kampung Sandei di Distrik Biak Timur sebanyak 50 ekor, di Distrik Yendidori sebanyak 130 ekor dan sejumlah kampung lainnya.

Selain pengembangan ternak sapi, Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Biak Numfor juga terus mendorong pengembangan peternakan lainnya. Diantaranya pengembengan ternak babi, kambing, ayam dan berbagai lainnya. Dimana pengembangan peternakan tersebut juga merupakan bagian dari kegiatan pengembangan ekonomi kerakyatan yang didanai langsung oleh anggaran Otonomi Khusus (Otsus).
“Kegiatan pengemangan ternak di kampung-kampung terus kami lakukan, secara luas dilakukan dengan pengembangan kawasan namun secara sempit juga ada dikembangkan melalui keluarga di kampung-kampung. Nah, dalam pengembangannya kami terus berupaya untuk memberikan pendampingan dengan maksud semuanya dapat berhasil,” tandas Rumkorem.(ito) (scorpions)

Nasional : Hutan Bakau Dunia Merosot Dalam Jumlah Mengerikan

(www.antaranews.com, 17-07-2010)
Jakarta (ANTARA News) - Hadiah berharga dari Tuhan itu menjadi tempat hidup banyak hewan laut dan jadi pelindung buat manusia dari terjangan bencana yang berkaitan dengan laut serta iklim, tapi ulah manusia membuatnya mengalami kerusakan.


Hutan bakau di dunia mengalami kerusakan sampai empat kali lebih cepat dibandingkan dengan hutan lain, sehingga menimbulkan kerugian jutaan dolar akibat hilangnya areal seperti habitat ikan dan perlindungan dari badai serta tsunami, demikian laporan yang dikeluarkan Rabu (14/7).

Studi tersebut, yang diselenggarakan oleh Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB (UNEP) dan The Nature Conservancy menyatakan seperlima hutan bakau telah hilang sejak 1980 dan hutan yang berada di pinggir laut itu terus mengalami kerusakan sebanyak 0,7 persen per tahun akibat bermacam kegiatan seperti pengrusakan pantai dan peternakan udang.

Laporan dengan judul "World Mangrove Atlas" tersebut menyatakan hutan bakau memberi layanan ekonomi yang sangat besar. Hutan itu berfungsi sebagai tempat pembibitan ikan laut, penyimpanan karbon dan menyediakan pertahanan kokoh terhadap banjir serta topan pada saat permukaan air laut mengalami pasang naik.

Pohon dan semak, yang tumbuh di habitat pantai yang berair asin, juga menyediakan kayu yang sangat bagus dan tahan busuk.

"Mengingat nilainya, tak boleh lagi ada pembenaran bagi kerusakan lebih luas hutan bakau," begitu pernyataan Emmanuel Ze Meka, pemimpin International Tropical Timber Organisation, yang membantu mendanai studi tersebut, sebagaimana dilaporkan kantor berita Inggris, Reuters.

Laporan studi itu mengutip bukti bahwa hutan bakau mengurangi dampak tsunami Samudra Hindia 2004 di beberapa tempat.

Laporan tersebut mendesak semua negara, terutama yang memiliki hutan bakau terbesar seperti Brasil, Indonesia, dan Australia, agar berbuat lebih banyak guna menghentikan kemerosotan pada sebanyak 150.000 kilometer persegi hutan bakau di dunia.

"Pelaku terbesar hilangnya hutan bakau adalah konversi langsung ke akuakultur, pertanian dan pemanfaatan tanah buat warga kota. Zona pantai seringkali menjadi tempat hunian padat dan tekanan bagi pemanfaatan lahan. Di mana pun hutan bakau masih ada, semua hutan itu seringkali telah mengalami kemerosotan akibat pengolahan yang berlebihan," demikian temuan laporan tersebut.

Laporan itu menyebut Malaysia sebagai negara yang memanfaatkan kepemilikan negara atas hutan bakau agar negara dapat lebih baik mengelola areal tersebut dan mencegah kemerosotan lebih jauh.

Seorang pakar mangrove dari Institut Pertanian Bogor Prof Dr Cecep Kusmana, mengatakan sebagian besar hutan bakau di seluruh wilayah Indonesia mengalami kerusakan parah.

Dalam perbincangan dengan ANTARA News di Bogor, awal Juli, Cecep Kusmana mengatakan kerusakan tersebut nyaris terjadi secara merata di semua daerah yang memiliki hutan bakau.

Ia merasa prihatin, karena dari tahun ke tahun luas hutan bakau terus menyusut drastis. Pemerintah baik pusat maupun daerah serta masyarakat, katanya, perlu bahu membahu menyelamatkan hutan bakau di negeri ini.

Hutan bakau yang dimiliki Indonesia merupakan yang terluas di dunia. Total areal hutan bakau di Indonesia diperkirakan mencapai 4,5 juta hektare.
(Uu.S018/P003)

17 July 2010

Nasional : Tujuh Spesies Ikan Langka Belum Dinamai

(www.antaranews.com, 16-10-2010)
Denpasar (ANTARA News) - Para peneliti Asutralia dan Indonesia sampai sekarang belum menamai tujuh spesies ikan langka yang ditemukan di pantai Pulau Nusa Penida, Bali, pada 2008 lalu.


"Ada 12 spesis ikan yang kami temukan, dari jumlah itu lima diantaranya sudah bisa diberi nama, tujuh lainnya sampai saat ini belum diberi nama karena masih dalam kajian," ujar Direktur Program Marine Conservation International Indonesia, Ketut Sarjana Putra, di Denpasar, Jumat.

Dikatakan Sarjana, spesies ikan langka tersebut ditemukan para ahli ikan dunia saat melakukan penelitian di bawah dasar laut dalam kedalaman 35 meter di sekitar Pantai Toya Pakeh, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

Kelima spesies yang telah dinamai masing masing pseudocrhonis, prolepis, triammia SP, priolepis 1, priolepis 2 dan chromise. Penamaan ikan ikan tersebut dengan identifikasi sangat detil mulai bentuk dan besaran tubuh, jumlah sisik, duri hingga bentuk mulutnya.

"Sesuai konvensi internasional penamaan ikan itu merupakan hak penemunya," ujar Sarjana dalam program reporting trips konservasi ekosistem dan biodiversity Bali yang digelar LSM Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau Society of Indonesia Environment Journalist (SIEJ dan Aliansi Jurnalis Independen AJI Denpasar.

Ikan ikan langka tersebut ditemukan para peneliti dan akademisi dalam Program Marine Rapid Assessment. "Spesies ikan tersebut merupakan hybrid atau percampuran ikan pasifik dan samudra Hindia (Indonesia)," papar dia.

Dikataka dia, munculnya ikan tersebut juga merupakan percampuan telur ikan dari kedua kawasan itu yang akhirnya melahirkan spesies baru.

"Kelima spesies ikan ini sebagian besar merupakan jenis ikan karang yang berukuran kecil dengan pola warna yang unik," sambungnya.

Dari pengamatan Sarjana, potensi perairan Nusa Penida sangat memiliki kekayaan dan karagaman bahari, mengingat kawasan tersebut berada di antara dua samudra, India dan Pasifik.

Yang menarik, sambung Sarjana, kemunculan spesies ikan langka tersebut kenapa justru ditemukan di Bali padahal spesis ini dinamai di Australia."Jadi bagaimana bisa spesies ikan itu bisa sampai da di Bali sebagai tempat yang banyak dikunjungi wisatawan. Ini yang masih menjadi pertanyaan para ilmuwan," ujarnya.

Semula kedatangan para peneliti di Nusa Penida pada bulan November 2008 guna menginventarisasi potensi keanekaragaman karang, ikan karang, moluska, ekinodermata serta kondisi oseanografi di perairan Nusa Penida. Hanya saja dalam penelitian tersebut mereka justru dikejutkan dengan penemuan spesies-spesies ikan baru tersebut.(ANT/S026)

Mexico : Kerugian Terbesar Kebocoran Minyak Adalah Ekosistem

(www.antaranews.com, 16-07-2010)
Jakarta (ANTARA News) - Bencana minyak Teluk Mexico tampaknya menelan biaya jauh lebih besar daripada sekedar pembersihan dan ganti rugi bagi penghasilan yang hilang segera setelah kerusakan ekosistem dikumpulkan, kata seorang ahli terkemuka, Selasa.


Dalam satu wawancara yang dilakukan bersamaan dengan dikeluarkannya laporan yang ditaja PBB mengenai hubungan antara bisnis dan keragaman hayati, ahli ekonomi Pavan Sukhdev mengatakan bencana BP mempertegas perlunya bagi perubahan laut dalam cara "modal alam", yang menjadi tumpuan kesejahteraan manusia diukur dan dinilai.

"Tak terlihatnya masalah ekonomi pada layanan ekosistem dan keragaman hayati --air bersih, air segar, samudra yang sehat, tanah yang subur, iklim stabil-- harus ditangani dengan sungguh-sungguh," kata Sukhdev dalam pembicaraan telepon dari London.

"Kita harus bergerak memasuki masyarakat tempat kekayaan umum dan pribadi diakui sama pentingnya. Namun, hari ini berapa banyak orang yang mengerti `modal alam` sebagai perbadingan dari modal finansial?"

Sebagian masalah tersebut tak mengetahui bagaimana menghargai segala sesuatu yang telah lama dianggap ada dalam jumlah yang tak terbatas.

"Kita tak dapat mengelola apa yang tidak kita ukur, dan kita tak mengukur nilai dari manfaat alam atau harga kehilangan semua itu," kata Sukhdev, penulis utama Economics of Ecosystems and Biodiversity (TTEB) buat laporan Business.

Makin banyak CEO memahami bahwa mereka tidak lagi bisa menjamin layanan "bebas" itu, katanya.

Namun penduduk negara industri dan global yang menuju ke arah jumlah sembilan miliar orang paling lambat pada pertengahan abad ini telah menciptakan keregangan yang luar biasa.

Setiap tahun, 3.000 perusahaan terbesar di dunia menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dengan nilai 2,2 triliun dolar AS (1,75 triliun euro), kata Sukhdev. Ia mengutip laporan perusahaan yang segera disiarkan dan disiapkan oleh konsultan TruCost, yang berpusat di Inggris.

"Bukan perusahaan atau CEO secara perorangan yang harus disalahkan. Mereka mengikutip jalur yang diciptakan buat mereka, yaitu perusahaan dapat menyalurkan semua biaya mereka kepada masyarakat," katanya.

Kebocoran minyak BP, yang telah mengeluarkan sebanyak 60.000 barel minyak mentah ke Teluk Meksiko setiap hari, telah muncul sebagai studi kasus mengenai bagaimana melindungi aset alam yang sangat berharga.

Seandainya pemerintah mengharuskan dilakukannya "penilai ekonomi holistik" sebelum pengeboran diizinkan, potensi pertanggungjawaban mungkin telah mendorong BP untuk melakukan langkah keamanan yang lebih ketat, katanya.

Saat semuanya muncul, "Kita hanya memikirkan semua itu setelah terjadi masalah, lalu bergegas dan pontan-panting" kata Sukhdev. Ia merujuk kepada akibat dari Valdez Exxon, kapal supertanker yang mengotori wilayah Alaska yang dulu murni, Prince William Sound, dengan 11 juta galon minyak.

Sumur minyak BP telah menyemburkan jumlah yang sama setiap empat atau lima hari sejak 20 April, demikian perkiraan pemerintah AS.

Memasang harga pada nilai ekosistem yang terpengaruh juga mengubah perkiraan mengenai kerugian.

"Tetapi bagaimana dengan biaya ekonomi dari hilangnya pemanfaatan --hilangnya ekopariwisata, cadangan ikan, yang merupakan kerugian masa depan bagi industri, tak bisanya menangkap ikan di daerah tersebut," kata Sukhdev.

Minyak itu juga dapat membunuh ratusan kilometer persegi hutan bakau di sepanjang pantai, yang menjadi habitat bagi spesies laut komersial dan penahan terhadap badai yang menghancurkan.

Bahkan ribuan pemilik yacht bisa memiliki klaim yang sah.

"Banyak orang telah menanam modal di kapal pesiar, termasuk biaya berlabuh, orang untuk mengurusnya. Ketika waktunya tiba untuk menggunakannya atau menyewakannya, mereka tak dapat melakukan itu --itu lah kerugian pemanfaatan. Apakah ada orang yang memperhitungkan itu?"

Krisis mengenai ambruknya ekosistem tersebut hanya akan ditangani ketika nilai layanan alam sepenuhnya tercermin di dalam pembuatan keputusan bisnis dan politik, kata Sukhdev.

"Kita setengah jalan ke arah pengembangan peralatan itu. Buat orang yang memahami bahwa peralatan tersebut memang ada dan mesti digunakan, kita berada pada posisi tiga sampai lima dalam skala hitungan 10," katanya.

"Mengenai penerapan sesungguhnya --antara nol dan dua," kata Sukhdev sebagaimana dilaporkan wartawan kantor berita Prancis, AFP, Marlowe Hood.

Laporan TEEB itu, yang didukung oleh Program Lingkungan Hidup PBB, diluncurkan oleh Komisi Eropa pada 2007, setelah G8 dan negara eknonomi utama yang baru muncul menyerukan dilakukannya studi global mengenai ekonomi dan keragaman hayati.

Studi penuh mengenai itu akan diungkapkan pada penghujung tahun ini, dalam Konvensi mengenai Keragaman Hayati di Nagoya, Jepang.(C003/T010)

15 July 2010

Nasional : Hutan Bukan Sekadar Tegakan Pohon

(www.kompas.com, 14-07-2010)
JAKARTA, KOMPAS.com - Sangat disayangkan kalau masih ada orang yang berpikiran bahwa hutan hanyalah sekadar tegakan pohon. Pasalnya, di antara pohon-pohon yang ada di hutan terdapat sebuah ekosistem dengan keanekaragaman hayati yang unik baik di atas permukaan maupun di bawah tanah.

Menurut Profesor Endang Sukara, Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di dalam tanahnya saja tersimpan keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Misalnya, hasil penelitian LIPI terhadap tanah yang ada di kebun raya Bali dan Cibodas.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tanah di kebun raya tersebut mengandung sekitar 500 spesies bakteri Actinomycetes. Lebih mengejutkan, 30 persen di antaranya merupakan spesies baru yang belum dikenal di kalangan ilmuwan seluruh dunia.

"Betapa besarnya keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia," ujar Endang. Sayang sekali apabila kekayaan alam yang langka ini terabaikan manfaatnya. Bahkan, terancam hilang jika tidak segera diselamatkan dengan kebijakan yang menjaga keanekaragaman hayati tersebut.

Saat ini memang belum banyak penelitian di Indonesia yang memanfaatkan bakteri-bakteri tersebut. Namun, menurut Endang, Actinomycetes merupakan jenis bakteri yang selama ini banyak dipakai untuk membuat antioksidan. Bahkan, 98 persen antibiotik dibuat dari kelompok bakteri tersebut. "Jadi, kemungkinan untuk mengembangkan antibiotik jenis baru sangat besar," ujar Endang.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konversi hutan bukan semata-mata melihat dari sisi petimbangan karbon berdasarkan tegakan pohon saja seperti yang sering digembar-gemborkan saat ini seperti pembukaan kebun kelapa sawit. Ekosistem hutan terutama aspek mikrokosmos seringkali dilupakan dalam konversi lahan.

Hal tersebut menjadi salah satu perhatian para ahli biologi Indonesia yang akan berpartisipasi dalam konferensi internasional Association for Tropical Biology and Conservation (ATBC) 2010 di Bali, 19-23 Juli 2010. Para ilmuwan Indonesia berusaha agar pertimbangan-pertimbangan sains yang membela kepentingan nasional dapat diterima komunitas internasional.

11 July 2010

Nasional : Burung Langka Ditemukan di Ketapang

(www.kompas.com, 11-07-2010)
KETAPANG, KOMPAS.com — Komunitas Burung Ketapang, Kalimantan Barat, kembali menemukan burung langka di kabupaten itu yang dikenal sebagai gajahan timur atau dengan nama Latin Numenius madagascariensis atau Far Eastern curlew.

Menurut Abdurahman Al Qadri dari Komunitas Burung Ketapang, Minggu (11/7/2010), burung gajahan timur tersebut ditemukan di tepi pantai Dusun Segak, Desa Sei Jawi, Kecamatan Matan Hilir, arah selatan Ketapang.

"Saya bersama peneliti burung Indonesia dari Belanda berhasil mengabadikan burung air tersebut yang suka mencari makan di tepi pantai yang berlumpur," katanya.

Sementara itu, pengamat burung dari Belanda, Dr Bas van Balen, menjelaskan, belum ada catatan mengenai penemuan burung gajahan timur di Kalimantan Barat.

Penemuan itu, kata dia, menghapus teori tentang burung berkik di Kalimantan Barat. Ia menambahkan, temuan burung langka itu menjadi perhatian para pengamat burung se-Indonesia. "Menarik diteliti temuan Komunitas Burung Ketapang itu," katanya.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ketapang Yudo Sudarto mengatakan, temuan komunitas itu sangat mengejutkan para pengamat burung nasional dan internasional.

"Kami berharap kekayaan dan keanekaragaman flora dan fauna Kabupaten Ketapang menjadi magnet tersendiri bagi turis lokal dan mancanegara dalam mempromosikan pariwisata daerah Ketapang," katanya.

Yudo menambahkan, hobi mengamati burung di Ketapang memang baru dan diharapkan dapat menambah ilmu, wawasan, dan ilmu pengetahuan dalam pelestarian lingkungan hidup.

Merauke : Pabrik dan Perkebunan Tebu Segera Buka di Merauke, Agustus Mulai Lakukan Pembibitan di Kurik

(www.cenderawasihpos.com, 10-07-2010)
MERAUKE- PT Cenderawasih Papua Mandiri dan PT Karya Bumi Papua akan membuka pabrik tebu di Merauke. Kedua perusahaan tersebut akan membuka perkebunan dan pabrik tebu di Distrik Kurik dan Malind. Sedangkan pabrik gula akan dibangun di Kampung Domande, Distrik Malind.


‘’Luas lahan yang akan digunakan kedua perusahaan di kedua distrik tersebut 70.000 ha,’’ kata Kabid Promosi Badan Promosi, Investasi dan Perizikan Kabupaten Merauke Freddy Puturuhu, ketika ditemui Cenderawasih Pos, Kamis (8/7), kemarin.

Menurut Freddy, sosialisasi kepada masyarakat telah dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut sedangkan Amdalnya sedang dalam proses. ‘’Tinggal sidang Amdalnya yang diperkirakan segera selesai,’’ujarnya.
Diperkirakan sekitar Agustus mendatang perusahaan tersebut akan membuka pembibitan seluas 50 ha di Kurik. Pembangunan pabrik gula akan dilakukan setelah kedua perusahaan tersebut menyelesaikan hak-hak masyarakat. Termasuk akan membangun pelabuhan utama di Muara Kali Bian.

Investasi yang akan ditanamkan kedua perusahaan tersebut akan membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar. Sebab perusahaan ini diperkirakan akan merekrut sekitar 3.000 tenaga kerja, baik tenaga lapangan (kebun ,red), pabrik maupun tenaga administrasi. ‘’Diperkirakan tenaga kerja yang akan terserap oleh perusahaan ini sekitar 3.000 orang,’’jelas Freddy.

Dia menambahkan, investasi yang akan dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut di Merauke menjadikan kedua perusahaan tersebut menjadi satu-satunya perusahaan yang akan memproduksi gula di bagian Timur Indonesia. ‘’Karena pabrik gula milik PTPN di Gowa-Makassar tidak berproduksi lagi. Ini harus disambut dan disyukuri oleh seluruh masyarakat Merauke, karena investasi ini selain akan membuka lapangan kerja, juga akan memberikan dampak pembangunan bagi daerah,’’imbuhnya.(ulo/ary) (scorpions)

Merauke : PT. Papua Agri Lestari Akan Buka Kebun Karet di Merauke

(www.cenderawasihpos.com, 10-07-2010)
MERAUKE- PT Papua Agri Lestari rencana membuka perkebunan karet seluas 60.000 ha di Distrik Ulilin dan Elikobel dan saat ini sedang melakukan survey atas lokasi yang akan menjadi konsesi perkebunan karet tersebut.


‘’Pemberian izin rekomendasi diarahkan ke Distrik Ulilin dan Elikobel seluas 60.000 ha,’’ kata Kabid Promosi Badan Promosi, Investasi dan Perizikan Kabupaten Merauke Freddy Puturuhu, ketika ditemui Cenderawasih Pos, kemarin.

Diakui Freddy, di dua distrik tersebut sudah banyak investor yang diberikan izin dari bupati sejak tahun 2007 dan pemerintah akan melihat kembali perusahaan yang sudah lama diberikan izin, namun belum beroperasi sampai saat ini.

‘’Hambatannya dimana dan akan kami tanya. Kalau memang tidak bisa menyelesaikan hambatan itu, izin lokasi yang sudah diberikan dapat dialihkan ke perusahaan lain,’’ tandasnya.
Diakuinya, untuk Daerah Ulilin, Muting dan Elikobel cocok untuk tanaman-tanaman jangka panjang seperti perkebunan kelapa sawit termasuk perkebunan karet. Sebab, daerah tersebut termasuk daerah agak kering atau tinggi.

Selain di Ulilin dan Elikobel menurut Freddy Puturuhu, perusahaan ini juga telah mendapatkan izin arahan dari Bupati Merauke seluas 15.000 ha di Distrik Tanah Miring. Bahkan Amdalnya saat ini sedang dalam proses.
Disinggung apakah di daerah tersebut cocok untuk karet, menurut Freddy, bisa untuk karet asalkan drainase diatur. Sebab jika musim hujan, sebagian daerah tanah miring menjadi genangan air. ‘’Karena karet tidak boleh tergenang air,’’ terangnya.

Dijelaskan, dengan izin arahan yang diberikan tersebut, saat ini pihak perusahaan sedang proses izin ke Menteri Kehutanan, dari hutan produksi ke hutan konversi untuk dapat digunakan menjadi hutan perkebunan atau fungsi lain.(ulo/ary) (scorpions)

Merauke : Tanam Gadu, Komisi B Turun Lapangan

(www.cenderawasihpos.com, 10-07-2010)
MERAUKE- Menyongsong musim tanam gadu, Komisi B DPRD Merauke yang membidangi pertanian Turun Lapangan (Turlap) ke Distrik Semangga dan Tanah Miring, yang menjadi sentra pertanian selama ini.

Anggota Komisi B, Dra Dewi Nurhaini, ketika ditemui terkait hasil Turlap tersebut, Rabu kemarin mengungkapkan, dari Turlap yang dilakukan tersebut, pihaknya menemukan sejumlah permasalahan yang dialami petani saat ini.

Permasalahan pertama menyangkut ketersediaan air. ‘’Bibit sudah tersedia bagus dan sudah banyak yang tanam, tapi masalah ketersediaan air yang menjadi persoalan bagi petani. Ini karena tempat persediaan air yang selama ini diambil petani untuk dialirkan ke saluran-saluran yang ada telah ditutup pemilik hak ulayat,’’ kata Dewi.

Masalah berikutnya, hasil panen petani tahun 2010 yang kurang bagus akibat curah hujan saat panen cukup tinggi. Banyak gabah yang rusak yang pada akhirnya saat digiling banyak patahan dan lembab karena kurang kering.

‘’Kita harapkan, kedepan perlu dilakukan pengadaan alat pengering, sehingga saat panen di musim hujan petani tidak mengalami kerugian yang cukup besar akibat hasil panen mereka rusak. Dan masalah ini, selalu dihadapi petani saat panen bertepatan musim hujan,’’ terangnya.

Masalah lain yang dihadapi petani saat panen yakni sulit mengangkut hasil panen dari sawah yang jaraknya jauh dari jalan raya. Sebab, belum ada jalan yang dibuat untuk mengangkut gabah dari sawah tersebut. ‘’Ada yang jaraknya sampai 2-3 km ke jalan raya, sehingga menyulitkan petani yang sawahnya jauh dari jalan. Dan ini juga kedepan perlu dipikirkan oleh intansi tehnis,’’ujarnya.

Kendala lainnya yang dialami petani saat panen, petani kesulitan mencari orang yang mau memanen. ‘’Mereka bisa tanam 4-6 ha, tapi saat panen tidak ada orang yang mau panen,’’ujarnya.(ulo/ary) (scorpions)

10 July 2010

Malvinas : Kelamin Makhluk Ini Terpanjang di Dunia

(www.kompas.com, 09-07-2010)
KOMPAS.com — Para ilmuwan terkejut begitu mengetahui bahwa alat kelamin makhluk ini punya panjang yang sama dengan tubuhnya. Ini merupakan makhluk dengan alat kelamin terpanjang di dunia bila dibandingkan dengan porsi tubuhnya.


Adalah Dr Alexander Arkhipin, pakar perikanan laut dalam dari Departemen Perikanan Pemerintah Kepuluauan Falkland (Malvinas) yang berbasis di Stanley, yang menemukan seekor cumi-cuma raksasa sedang ereksi ini.

Panjang alat kelamin cumi-cumi jantan itu sepanjang tubuhnya sendiri, termasuk lapisan bagian luar tubuh, kepala, dan tentakelnya. Ini merupakan kali pertama bagi ilmuwan tersebut mengetahui adanya alat kelamin jantan yang jika sedang ereksi maka panjangnya bisa sama dengan tubuh binatang yang dimaksud.

Cumi-cumi jenis laut dalam itu menggunakan penisnya untuk membuahi dengan cara menyemprotkan sperma ke dalam tubuh cumi-cumi betina. Peneliti Malvinas melihat bagaimana cumi raksasa melaksanakan kawin di dalam laut.

"Cumi-cumi dewasa itu ditangkap pada sebuah penelitian di laut dalam di Pantagonia. Kami mengambil cumi-cumi itu dari alat penangkap dalam keadaan hampir mati, sementara tentakelnya masih bergerak, dan alat kelamin di kulitnya mengecil dan membesar," kata Dr Alexander dikutip BBC, Rabu (7/7/2010).

Ketika peneliti membuka cumi-cumi itu, tampak ada alat kelamin yang hanya sedikit mencuat dari bagian tubuhnya. Tiba-tiba, alat kelamin itu mengalami ereksi. Anehnya, dokter tersebut memaparkan bahwa alat kelamin itu cepat memanjang mencapai 67 cm atau sama dengan panjang tubuhnya secara keseluruhan.

Para pakar biologi lebih banyak mengetahui kebiasaan kawin kelompok cephalopods atau kelompok cumi-cumi laut dangkal dan gurita.

Cumi-cumi menggunakan lapisan badan bagian luarnya untuk bergerak dengan dorongan semprotan air dan untuk bernapas. Makhluk-makhluk ini juga harus menyembunyikan organ-organ seksualnya dalam struktur tubuhnya itu. Hal inilah yang bisa memicu cumi-cumi jantan menyemprotkan sperma ke tubuh betina.

Bagaimana ikan ini bisa menyalurkan spermanya keluar bagian luar tubuhnya itu, dan bagaimana pula sperma tersebut bisa tetap berada di sana sementara air dengan deras mengalir melalui rongga lapisan tubuh bagian luar sehingga cumi-cumi betina bisa pula bergerak dan bernapas?

Kelompok cumi-cumi air dangkal memiliki satu tentakel khusus untuk melakukan tugas itu. Cumi-cumi jenis air dangkal ini memiliki alat kelamin berukuran pendek yang menghasilkan sperma, kemudian salah satu dari delapan tentakelnya mengalihkan sperma ini ke bagian penerima cumi-cumi betina.

Bagian penyimpan sperma ini terletak di badan kulit dan bagian dalam. Sementara itu, cumi-cumi air dalam menggunakan metode yang lebih primitif, yang melibatkan penyemprotan sperma ke dalam tubuh cumi-cumi betina. (*)

01 July 2010

Boven Digoel : Tanaman Karet Akan Jadi Primadona Daerah

(www.cenderawasihpos.com, 30-06-2010)
Pemerintah Kabupaten Boven Digoel akan terus mendorong masyarakat untuk mengembangkan budidaya tanaman karet melalui pembibitan dan juga penyediaan alat-alat sadap. Sebab tanaman karet merupakan salah satu komoditi unggulan dari daerah, yang layak untuk terus dikembangkan.


‘’Daerah kami sangat cocok untuk perkebunan karet,’’ kata Bupati Boven Digoel Yusak Yaluwo, SH, M.Si, didampingi Kepala Dinas Pertanian Habel Waridjo, SP, ketika ditemui Cenderawasih Pos, di Tanah Merah.

Saat ini, pohon karet tersebut sudah dapat ditemui dengan mudah di sekitar Distrik Jair dan Mindiptana, yang sangat tumbuh dengan subur. Tahun 2008 lalu, pihaknya telah melakukan pembibitan untuk melakukan peremajaan dari pohon karet tersebut. ‘’Jika karetnya semakin tua, produktivitasnya akan semakin menurun sehingga perlu diremajakan secara bertahap dengan melakukan pembibitan untuk selanjutnya disalurkan kepada petani,’’ katanya.

Selain itu, pihaknya juga memberikan bantuan peralatan sadap yang telah dibagi-bagikan kepada masyarakat. Dikatakan, tanaman karet yang ada saat ini seluruhnya merupakan milik masyarakat dengan total luas 1.303 ha dengan jumlah pemilik 1.597 Kepala Keluarga yang tersebar di 2 distrik yakni Jair dan Mindiptana.

Untuk distrik Jair seluas 617 ha dengan pemilik 587 KK. Sementara di Mindiptana seluas 686 Ha dengan jumlah pemilik 1.010 KK. Berdasarkan data tahun 2005, jelas Habel, untuk Mindiptana dihasilkan getah beku dan kering atau basah sebanyak 181 ton, sedangkan Jair sebanyak 83 ton. ‘’Itu data tahun 2005 lalu dan untuk data terbaru kami belum punya, kami harapkan tahun-tahun berikutnya data produksi setiap tahunnya sudah ada,’’ jelasnya.

Menyangkut pasaran produk karet ini, diakui Habel, selama ini dijual ke Surabaya dengan pengusaha yang mengumpulkan karet tersebut. ‘’Ada yang lewat koperasi mereka dan ada pula yang dijual langsung ke pengusaha tanpa melalui perantara,’’ terang Habel yang mengaku soal harga masih berfluktuasi tergantung dari nilai tukar rupiah terhadap dolar. (ulo)