Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selamat Datang di Blog Info Konservasi Papua

Cari Informasi/Berita/Tulisan/Artikel di Blog IKP

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org

IKLAN PROMO : VIRTUOSO ENTERTAIN " NUMBAY BAND ", info selengkapnya di www.ykpmpapua.org
Info Foto : 1) Virtuoso Entertain bersama Numbay Band saat melakukan penampilan bersama Artis Nasional Titi DJ. 2) Saat penampilan bersama Artis Diva Indonesia, Ruth Sahanaya. 3) Mengiringi artis Papua, Edo Kondologit dan Frans Sisir pada acara "Selamat Tinggal 2012, Selamat Datang 2013" kerjasama dengan Pemda Provinsi Papua di halaman Kantor Gubernur Provinsi Papua, Dok 2 Jayapura. 4) Melakukan perform band dengan Pianis Jazz Indonesia. 5) Personil Numbay Band melakukan penampilan di Taman Imbi, Kota Jayapura. Vitrtuoso Entertain menawarkan produk penyewaan alat musik, audio sound system dan Band Profesional kepada seluruh personal, pengusaha, instansi pemerintah,perusahaan swasta, toko, mal, kalangan akademisi, sekolah, para penggemar musik dan siapa saja yang khususnya berada di Kota Jayapura dan sekitarnya, serta umumnya di Tanah Papua. Vitrtuoso Entertain juga menawarkan bentuk kerjasama seperti mengisi Acara Hari Ulang Tahun baik pribadi maupun instansi, Acara Wisuda, Acara tertentu dari pihak sponsor, Mengiringi Artis dari tingkat Nasional sampai Lokal, Acara Kampanye dan Pilkada, serta Acara-Acara lainnya yang membutuhkan penampilan live, berbeda, profesional, tidak membosankan dan tentunya.... pasti hasilnya memuaskan........ INFO SELENGKAPNYA DI www.ykpmpapua.org

30 August 2006

Jayapura : HPH Yang Tidak Bangun Industri Dilarang Tebang di Papua

( Papua Pos, Sabtu 29 Juli 2006 )
Gubernur Papua Barnabas Suebu menegaskan pemerintah tidak akan memberikan izin kepada perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang hanya menebang kayu tanpa membangun industri pengolahan kayu.

"Perusahaan HPH yang tidak bangun industri, perizinannya dicabut. Bahkan, kami tidak akan beri izin baru," tegasnya di Jayapura, Jumat. Menurut Gubernur, sudah cukup lama dan terlalu banyak kayu dari Papua yang dirampok dan dibawa keluar Papua termasuk ke berbagai negara di Asia seperti RRC, Jepang, Korea, Malaysia dan Filipina.

"Sudah cukup," tegasnya lagi. Dalam kaitan ini, Gubernur juga mengatakan, selain lima kewenangan yang diatur pemerintah pusat dalam UU Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) Bagi Provinsi Papua, sektor kehutanan di atur di daerah.

Perusahaan yang selama ini memegang izin HPH, katanya akan diaudit. Jika diketahui ada perusahaan yang tidak membangun industri, maka akan dicabut ijinnya. Lima kewenaagan pusat yaitu pertahanan dan keamanan (Hankam), Deplu, Moneter, Agama serta Departemen Hukum dan HAM. Demikian halnya peru­sahaan yang mengajukan pengusulan baru penebangan kayu pun harus membangun pabrik pengo­lahan kayu di Papua. "Saya dan Wagub Aleks Hesegem akan bekerja keras untuk menertibkan. Perusahaan maupun perorangan yang menebang kayu tanpa prosedur hukum akan diproses sesuai peraturan yang berlaku,"katanya.

Gubernur juga mengingatkan aparat pcnegak hukum seperti polisi dan jaksa untuk tidak boleh main-main dengan pemain kayu liar. "Kalau terjadi permainan antara penegak hukum dengan perusahaan liar, maka pejabat tersebut akan diajukan proses melalui jalur hukum,"ujarnya. Suebu bersama Hese­gem yang dilantik Mendagri Letjen (Purn) M.Ma'ruf di Jayapura, Selasa (25/7) menyatakan prihatin dengan lemahnya aparat penegak hukum sehingga jutaan kayu asal Papua diram­pok. **

Manca Negara : Amerika : Gelombang Panas di California Sudah Renggut 162 Jiwa

( Media Indonesia, Sabtu 29 Juli 2006 )
Tercatat sekitar 126 orang telah tewas akibat gelombang panas yang melanda California dalam dua pekan terakhir. Pejabat pemerintahan di negara bagian California, Jumat (28/7), mengkonfirmasikan 69 kematian akibat gelombang panas dan saat ini tengah dilakukan otopsi terhadap 57 jenazah lainnya yang diperkirakan meninggal akibat keganasan gelombang panas, kata Roni Java, juru bicara di Badan Darurat di kantor Gubernur Arnold Schwarzenegger.

Menurut Java dalam keterangan tertulisnya, tercatat hingga 88 laki-laki dan 38 wanita telah meninggal dunia. Korban termuda adalah berusia 25 tahun sedangkan yang tertua berusia 95 tahun. Badan darurat California mengatakan tiga warga Meksiko juga sekarat akibat gelombang panas setelah mereka diduga melintas batas secara ilegal. Patroli perbatasan dan konsulat Meksiko mengatakan kepada AFP bahwa empat migran asal Meksiko telah tewas akibat kepanasan.

Suhu udara yang tinggi itu juga telah mematikan sekitar 25.000 sapi dan 700.000 burung di California tengah.
Temperatur telah melewati angka 40 C (104 F) di sejumlah daerah di California, dan melonjak menjadi 48 C (118 F) di wilayah barat Los Angeles pada Sabtu. Tinginya suhu hingga lebih dari 40 C belum pernah terjadi selama 57 tahun terakhir di California. (Tr/AFP/OL-03)

29 August 2006

Jakarta : Kura-Kura Langka Dikembalikan ke Papua

( Suara Pembaruan, Senin, 28 Agustus 2006 )
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan bekerja sama dengan Jaringan Pusat Penyelamatan Satwa (JPPS) dan PT Freeport Indonesia memulangkan 2.930 ekor labi-labi moncong babi (Carettochelys insclupta) yang selama ini direhabilitasi di TPS Cikananga, Sukabumi dan Yogyakarta ke habitat aslinya di Papua, Senin (28/8).Menurut Humas TPS Cikananga, Budiharto, labi-labi moncong babi tersebut merupakan hasil razia di Bandara Soekarno-Hatta, dan Bandara Juanda, Surabaya pada 2005. "Dari kedua bandara tersebut labi-labi moncong babi itu akan diselundupkan ke Hong Kong untuk konsumsi di restoran," kata Budiharto.Sementara itu, Deputi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Rusdi Lubis mengatakan, satwa langka yang dilindungi tersebut akan dikembalikan ke Taman Nasional Lorentz, Papua. "PT Freeport Indonesia bersiap diri untuk melakukan pemeliharaan sebelum dikirim ke habitat aslinya. Saat ini telah disiapkan sembilan kolam di sekitar pelabuhan Amamapare, Timika," katanya seraya menambahkan, keterlibatan perusahaan tambang itu dengan menyediakan fasilitas transportasi dan pemeliharaan labi-labi moncong babi.Koordinator penanganan dan penyaluran satwa JPPS Resit Sezor mengatakan, labi-labi moncong babi adalah satwa asli Indonesia yang banyak hidup di sejumlah perairan Papua, di antaranya Danau Jamur hingga daerah Merauke. "Kura-kura ini menarik perhatian banyak orang terutama anak-anak, karena hidungnya menyerupai hidung babi," tuturnya.Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Departemen Kehutanan Adi Susmiyanto mengatakan, Pemerintah Indonesia berterima kasih kepada JPPS dan PT Freeport Indonesia yang telah terlibat dalam pemulangan satwa langka tersebut.

Manca Negara : Nepal : Lebih dari 550 Orang Hilang Akibat Longsor di Nepal

( Kompas, Senin 28 Agustus 2006 )
Lebih dari 550 orang dinyatakan hilang dan dikhawatirkan tewas akibat banjir dan tanah longsor di Khaptada, Nepal. Banjir akibat luapan air sungai Rapti disebabkan hujan lebat turun terus menerus selama dua hari di daerah tersebut.
Media massa setempat melaporkan banjir dan longsor menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan banyak orang menyelamatkan diri dengan memanjat pepohonan. Banjir juga telah menyebabkan terputusnya semua jaringan telekomunikasi dari pusat ke beberapa desa.

Pemerintah daerah setempat mengatakan belum dapat melakukan upaya pertolongan karena hujan lebat turun terus-menerus. Daerah terkena bencana yang terdiri dari beberapa desa yang hanya dapat dicapai dengan helikopter.

Seorang petugas kepolisian di distrik Banke mengatakan upaya penyelamatan masih dilakukan yang dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari unsur-unsur angkatan bersenjata, kepolisian dan Palang Merah Nepal. Mereka telah menyelamatkan sedikitnya 45 orang dari sebuah desa dan membawa mereka ke wilayah yang lebih tinggi dekat perbatasan dengan India.

Manca Negara : Amerika : Renang Perdamaian Paus Pembunuh

( Kompas, Senin 28 Agustus 2006 )
Pertengkaran dalam rumah tangga adalah hal yang lumrah, tidak hanya pada manusia tapi juga paus pembunuh. Namun, bukannya seikat bunga tanda perdamaian atau pelukan erat, paus pembunuh menunjukkan perdamaian setelah bertengkar dengan gaya berenang yang unik.

"Hampir seluruh hewan sosial sekali waktu bertengkar," kata Michael Noonan, seorang psikolog dan spesialis perilaku hewan dari Canisius College di Buffalo, New York. Selama lima tahun terakhir, ia telah mempelajari paus pembunuh yang tinggal di Marineland of Canada, sebuah tempat wisata di Jeram Niagara, Ontario, Kanada.

Untuk mempelajari kehidupan sosialnya, Noonan merekam sekelompok orca atau paus pembunuh di sana selama 2.800 jam. Ia mencatat 21 pertengkaran di antara mereka yang kebanyakan melibatkan beberapa ekor paus.

Yang menarik, terdapat delapan pertengkaran yang masing-masing melibatkan sepasang paus jantan dan betina. Mereka saling berkejaran dalam pertengkaran tersebut. Meski tubuhnya sangat besar, orca dapat berenang hingga kecepatan 50 kilometer perjam dalam waktu singkat.

Setelah paus betina mengejar paus jantan selama beberapa menit, masing-masing berbelok ke arah berlawanan untuk menenangkan diri selama sekitar 10 menit. Kemudian, pasangan tersebut meredakan pertengkarannya dengan berenang bersama atau disebut renang eselon.

"Dalam delapan dari delapan kejadian itu, hewan-hewan tersebut memperlihatkan sikap sosialnya, yakni perilaku bersahabat sesaat setelah saling tegang," lanjut Noonan. Perilaku sosial yang dimaksud adalah renang eselon.

Sebelumnya, para pakar perilaku hewan hanya melihat renang eselon ini sebagai bentuk ikatan sosial yang dilakukan secara rutin oleh paus pembunuh. Karena itulah, perilaku yang selalu terlihat beberapa saat setelah mereka bertengkar merupakan temuan baru.

"Ini menunjukkan persamaan lain antara mamalia air dengan primata. Persamaan lainnya antara lain otak yang besar, hidup panjang, dan hubungan sosial yang kompleks," ujar Noonan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa simpanse akan mencium dan memeluk pasangannya setelah bertengkar. Sementara primata lainnya, misalnya monyet bonobo memilih untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangannya untuk menyelesaikan konflik.

Namun, perilaku sosial untuk menyelesaikan konflik pada mamalia air baru terbukti pada paus pembunuh. Noonan masih mencoba untuk mempelajari rahasia perilaku hewan yang tubuhnya berwarna hitam dan putih tersebut. Misalnya, apa yang memicu pertengkaran di antara mereka.

24 August 2006

Timika : Limbah Tailing Freepot Untuk Campuran Beton

( Kompas, Rabu, 23 Agustus 2006 )
DPU Pemda Kabupaten Mimika, berencana menggunakan tailing atau limbah pasir PT Freeport Indonesia sebagai campuran beton jalan raya.Kepala Dinas PU Mimika Abdul Muis, menjelaskan, penggunaan tailing PT FI dalam campuran beton jalan akan menghemat biaya hingga 10 persen dibandingkan pembuatan jalan beton konvensional."Kami telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk menggunakan tailing itu sebagai campuran beton jalan. Kelaikan penggunaan tailing telah diuji coba laboratorium Institut Teknologi Bandung dan mendapat sertifikasi Balitbang Departemen Pekerjaan Umum," ujar Muis. Ia menjelaskan, tailing telah digunakan untuk campuran beton pelataran parkir Gedung Serba Guna Eme Neme Yauware di Mimika. PT FI juga sejak lama memanfaatkan tailing sebagai campuran beton jalan di beberapa jalan yang dibangunnya. Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah Mimika Omah Laduani Ladamay mengatakan, pihaknya telah merundingkan kemungkinan penggunaan tailing dengan PT FI. "Tailing itu bisa dimanfaatkan tanpa kita bayar," kata Ladamay.

20 August 2006

Merauke : 6 Warga Merauke Ditangkap, Diduga Angkut Kayu Log Tanpa Dokumen

( Cenderawasih Pos, Sabtu 19 Agustus 2006 )
Enam warga Me-rauke terpaksa diamankan Kepolisian Resort Merauke gara-gara mengangkut kayu log sebanyak 40 batang. Diduga kayu log yang diang­kut itu, karena tidak dilengkapi dengan dokumen yang sah sebagaimana mestinya.

Mereka ditangkap saat seluruh masyarakat Indonesia sedang bersuka ria menyambut Puncak Peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indone­sia, Kamis 17 Agustus 2006 sekitar pukul 10.00 WIT. Keenam warga yang diamankan masing-maisng berinisial DAK (32), YA (28), NA (23), YY, RA (18 dan IA (35). Sementara Barang bukti berupa 40 batang kayu log kini diamankan Polisi di Pelabuhan Kondap Kelapa Lima Merauke dengan memberi garis polisi (Police Line).

Kapolres Merauke AKBP Drs. Suparwoto didampingi KasatReskrim Iptu Devy Firmansyah ketika dikonfirmasi membenarkan penangkapan itu. Menurut Kapolres, penangkapan itu dilakukan karena kayu log yang diangkut dengan eara menghayutkan lewat Kali Maro tidak dilengkapi dengan dokumen sah. "Dari pemeriksaan yang kita lakukan terhadap kelengkapan dokumen, kayu-kayu itu diangkut tanpa dilengkapi dengan dokumen yang sah,"terang Kapolres.

Apalagi, kata Kapolres, kayu log sebanyak 40 batang itu diduga ditebang dari kawasan hutan lindung di sekitar kampung Sermayam, yang penebangannya dilarang. Karena diduga melakukan tindak pidana dibidang kehutanan, keenam warga yang diamankan itu akan dijerat dengan Pasal 50 ayat 3 huruf e dan h Yo Pasal 78 ayat (4) dan (7) Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Dari pantauan Cenderawasih Pos di Pela­buhan Kondap Kelapa Lima, kemarin, selain membawa kayu golondongan juga membawa sejumlah bambu batang. Semua barang bukti tersebut diberi Police Line, (ulo)

17 August 2006

Manca Negara : Amerika : Sosialisasi ”Pluto Bukan Planet” Dilakukan Bertahap

( Kompas, Rabu 16 Agustus 2006 )
Menyusul hasil Sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional ke-26 di Praha yang mencabut status Pluto sebagai planet, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat beserta sejumlah ahli astronomi dari ITB mempersiapkan upaya sosialisasi secara bertahap. Penarikan atau revisi buku-buku teks pelajaran, kamus dan ensiklopedia belum dianggap mendesak.

Seperti diberitakan, hasil Sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional ke-25 di Praha 25 Agustus lalu menghasilkan putusan yang sangat mengejutkan, yaitu pencabutan status Pluto sebagai planet kesembilan. Dalam sidang itu, Pluto dinyatakan tidak cukup memenuhi syarat sebagai planet, yaitu antara lain dari segi ukuran dan jalur orbit yang menyimpang.

Padahal, pemahaman umum saat ini telanjur kuat menganggap Pluto dalam definisi planet. Terbayang sejumlah kerepotan untuk secepatnya melakukan revisi atau penarikan buku-buku teks, ensiklopedia, dan kamus yang sebelumnya mencantumkan Pluto sebagai planet kesembilan tata suryaa. Namun, wacana revisi ini justru tidak dianjurkan oleh sejumlah pakar.

”Perubahan ini sesuatu yang wajar sebagai dalam ilmu pengetahuan. Karena implikasinya lebih pada ke pengertian atau definisi, maka alasan lah yang semestinya lebih mendesak untuk disampaikan ke khalayak. Inilah yang harus disosialisasikan secara bertahap,” ujar Direktur Observatorium Bosscha Taufiq Hidayat, Minggu (27/8).

Taufiq menyarankan, masyarakat atau pemerintah jangan terburu-buru menarik buku pelajaran. Hal yang kini mendesak dilakukan adalah memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada guru-guru mata pelajaran. Untuk selanjutnya, guru-guru inilah yang akan meneruskan informasi itu ke murid secara efektif.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Sub Dinas Pendidikan Menengah Dasar Dinas Pendidikan Jawa Barat Bambang Sutrisno menegaskan akan segera mengundang MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) terkait sebagai langkah sosialisasi mendesak.

”Kita tidak usah macam-macam merubah buku dan menarik untuk sementara ini. Yang penting saat ini, MGMP dari pelajaran terkaitakan diundang dan akan diberi penjelasan. Soalnya, bagaimanapun, MGMP ini adalah ujung tombak terkait pelaksanaan pendidikan,” ucapnya.

Chatief Kunjaya, staf pengajar ilmu astronomi dari ITB, mengatakan, rencana sosialisasi oleh pakar astronomi di Indonesia masih menunggu kepulangan tim ahli dari Praha. Rencananya, persoalan perubahan status Planet Pluto ini akan dibawa ke dalam Olimpiade Sains Nasional di Semarang, 4-9 September mendatang.

”Dalam olimpiade sains ini, tentunya akan berkumpul guru-guru mata pelajaran sains. Nah, di dalam forum inilah kemudian akan disampaikan penjelasan apa alasan status Pluto dirubah. Termasuk, bagaimana mekanisme scientist bekerja,” paparnya.

16 August 2006

Keerom : Eksplorasi Tambang Emas di Distrik Senggi, Didukung

( Cenderawasih Pos, Selasa 15 Agustus 2006 )
Pemerintah Kabupatan (Pemkab) Keerom sangat mendukung upaya eksplorasi tambang emas yang sedang dilakukan PT. Iriana Mutiara Idenburg di sekitar wilayah Pemerintahan Distrik Senggi. Dengan adanya penemuan dan kegiatan ini, Pemkab Keerom berharap, kiranya bisa membawa manfaat yang besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di masa mendatang.

Demikian dikatakan Sekretaris Daerah Kabupaten Keerom, Drs I Wayan Sura MM, ketika menanggapi tentang adanya kegiatan eksplorasi dari perusahaan tam­bang emas PT. Iriana Mutiara Idenburg di Distrik Senggi, yang baru-baru iri, sudah di presentasikan dihadapan para pejabat di lingkungan Pemkab Keerom.

"Ya, memang ada ditemukan tambang emas di Distrik Senggi dan kini sedang dilakukan ekplorasi, dimana batas akhir eksplorasi tahap pertama ini hingga Tahun 2007 nanti. Kegiatan eksplorasi ini, sebenarnya ingin memastikan potensi tambang yang sebenarnya, jadi membutuhkan waktu yang sangat panjang. Namun, demikian, kami berharap agar kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar, agar apa yang diinginkan, bisa segera terwujud,"tandas Sekda Kabupaten Keerom ini.

Lanjut Sekda Keerom, bahwa yang diusahakan Perusahaan tersebut bukan emas permukaan, tapi emas di dalam batuan, jadi hal itu yang sekarang sedang diupayakan, dengan melakukan kegiatan-kegiatan pemboran hingga kedalaman-kedalam tertentu.

Sementara itu, Wakil Bupati Kabupaten Keerom, Drs Wahfir Kosasih SH, mengatakan agar Perusahaan Tambang Emas ini dalam melakukan kegiatannya, hendaknya dilakukan secara profesional, sehingga nantinya tidak menjadi masalah di kemudian hari, terutama jangan sampai rakyat yang menjadi korban.tetapi, kiranya dengan penemuan dan pengusahaan tambang emas ini, diharapkan rakyat Keerom, akan mendapatkan kesejahteraan di kemudian hari. (yom )

Manokwari : HPH Tidak Menjamin Kelestarian Hutan

( Cenderawasih Pos, Selasa 15 Agustus 2006 )
TIM peneliti Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua (Unipa) yang baru saja melakukan penelitian kelayakan pengelolaan hutan berbasis masyarakat adat di Kabupaten Teluk Wondama, Sorong Selatan dan Kaimana menegaskan dari hasil analisis kelayakan model pengelolaan hutan masyarakat adat di 3 kampung, masing-masing kampung Mangroholo, Werianggi dan Maimai dari sisi kelayakan usaha layak.

Tim yang melakukan penelitian selama kurang lebih 5 minggu tersebut juga mengatakan fakta telah menunjukkan sistem pengusahaan hasil hutan melalui HPH tidak memberikan jaminan atas kelestarian hutan. Bahkan cenderung mengeliminir masyarakat adat pemilik hak ulayat

Dari sumber daya alam yang dimilikinya secara turun temurun. Masyarakat adat hanya menjadi penonton ditengah-tengah kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya. Sebagai wujud kepedulian, pemerintah daerah te­lah menfasilitasi pemberian ijin IPKMA guna meningkatkan ekonomi keluarga. Namun, dari hasil evaluasi atas pemberian IPKMA dan pengelolaan hutan oleh Kopermas menunjukkan bahwa pemungutan kayu dan pengelolaan hutan oleh masyarakat adat belum menjamin kelestarian hutan.

Keadaan tersebut terjadi karena tidak didukung aspek teknis yang memadai dari pihak yang terkait. Akibatnya, masyarakat adat yang seharusnya memiliki hak mengelola dan memanfaatkan hutan adatnya tetap terposisikan sebagai obyek pelayanan bukan sebagai subyek pelayanan.

Menurut mereka pada saat memaparkan hasil pene­litian tersebut pengelolaan hutan berbasis masyarakat adat perlu dikembalikan ke makna yang sesungguhnya. Yakni, menjadikan masyarakat adat sebagai pemilik hutan sebagai subyek pelayanan, sehingga hak mengelola dan memanfaatkan hutan adat benar-benar dirasakan oleh masyarakat adat itu sendiri. (sr)

13 August 2006

Jayapura : 'I'indak Pidana Perikanan Harus Dicegah

( Cenderawasih Pos, Sabtu 12 Agustus 2006 )
Plt Kasubdin Pengawasan dan Perlindungan Laut Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua, Nixon Laempasa, SH, MMT mengatakan, tujuan pengawasan dan perlindungan laut adalah melihat sejauh mana penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan aturan dan mengurangi (mencegah) tindak pidana
perikanan sebagai upaya menjaga sumber daya perikanan dan kelautan.

"Ruang lingkup pengawasan mencakup penangkapan ikan dengan baik di laut maupun di perairan umum (danau, sungai dan lainnya), penga­wasan budidaya, pengawasan benih ikan dan pengawasan mutu,"katanya saat ditemui Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Jumat, (11/8), kemarin.

Diungkapkan, di Papua, pelanggaran penangkapan ikan banyak terjadi di perairan Merauke, perairan Timika atau daerah yang berhadapan langsung dengan laut Arafura, baik dilakukan kapal yang menggunakan bendera asing maupun berbendera Indonesia. "Selain mencuri ikan, terkadang mereka juga mencemarkan laut dengan membuang ikan-ikan yang tidak dibutuhkan di tengah laut,"jelasnya.

Lanjut dia, pelanggaran yang dila­kukan kapal berbendera asing sudah jelas apabila yang bersangkutan tidak memiliki izin resmi penangkapan ikan, sedangkan khususnya kapal berbendera Indonesia selain harus memiliki izin juga harus diperhatikan adalah jalur penangkapan ikan yang sesuai dalam izinnya.

Diungkapkannya, untuk menjaga kelestarian perikanan dan sumber daya yang ada di laut, pemerintah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua melakukan sosialisasi perundang-undangan perikanan, baik kepada aparat pemerintah maupun pengusaha perikanan termasuk masyarakat yang berdomisili di wilayah pesisir pantai maupun pulau.

Hal lainnya juga melakukan patroli laut secara terpadu bekerjasama dengan TNI AL serta polisi perairan. Tapi upaya patroli ini masih terbatas karena intensitasnya belum bisa maksimal, disebabkan operasinal patroli memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Ditambahkannya, perikanan mempunyai penyidik pegawai negeri sipil, (PPNS) yang berperan melakukan . penyidikan dalam kasus perikanan sesuai UU No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan. Selain itu, PPNS dapat menjadi saksi ahli dalam suatu kasus perikanan. Diharapkannya, masyarakat sebagai pelaku perikanan juga ikut menjaga kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan yang ada. (api)

Jayapura : Pemprov Diminta Seriusi Kasus Flu Burung

( Cenderawasih Pos, Sabtu 12 Agustus 2006 )
Untuk mencegah merebaknya kasus flu burung di Timika, Pemerintah Provinsi Papua diminta segera mengambil langkah- langkah konkret. "Kami mendukung upaya-upaya penanganan penyebaran virus flu burung yang telah dilakukan pemerintah daerah seperti pemusnahan unggas yang terindikasi terkena virus ini,"ungkap wakil Ketua Komisi E DPRP Drs Danang Jaya kepada Cenderawsih Pos, kemarin.

Agar kasus ini tidak semakin meluas, maka upaya pencegahan tidak hanya saja sampai pada pemusnahan unggas saja, tetapi hendaknya pemeriksaan kesehatan secara intensif terhadap unggas."Virus ini kan bisa menyerang manusia, untuk itu pemeriksaan secata intensif terhadap para peternak maupun masyarakat yang tinggal berdekatan dengan lokasi peternakan unggas harus dilakukan dan dipantau, selain itu juga alat pendeteksi virus ini harus segara disiapkan,”paparnya.

Diharapkan, agar upaya pencegahan penyebaran virus ini tidak meluas maka pemerintah daerah jangan hanya menunggu alokasi bantuan anggaran dari pemerintah pusat saja."Pemerintah daerah tidak hanya mengharapkan bantuan alokasi anggaran maupun fasilitas berupa obat-obat maupun alat deteksi lainnya dari pusat, pemerintah daerah harus segera mengupayakan alokasi anggaran dari APBD untuk penanganan penyebaran virus ini,"pungkasnya. (and)

Jayapura : DKP Angkut Sampah di Pasar Youtefa

( Cenderawasih Pos, Sabtu 12 Agustus 2006 )
Keluhan para pedagang dan pengunjung terkait tumpukan sampah di Pasar Youtefa Kotaraja, langsung disikapi pihak Dinas Kebersihan dan Pemakaman (DKP) Kota Jayapura. Buktinya, sekitar 60 petugas DKP, 8 armada (truk) terjun untuk mengangkut dan membersihkan sampah di pasar tersebut.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Jayapura. Luhulima S mengatakan, ada beberapa titik tumpukan di pasar tersebut, ini terjadi karena ketidakdisiplinan warga pasar untuk membuang sampah. .

"Warga pasar tidak membuang sampah ke dalam bak kontainer, melainkan membuang begitu saja di luar bak kontainer yang ada,"katanya kepada Cenderawasih Pos, kemarin. Dijelaskannya, kegiatan kebersihan yang dilakukan pihaknya itu, guna mengantisipasi terjadi penumpukan sampah yang lebih banyak.

Dijelaskan, untuk menyikapi hal tersebut, pihaknya segera memasang papan pengumuman di setiap TPS yang ada, serta segera menempatkan 6 buah bak kontainer pada pada enam titik utama di pasar itu. Khusus dengan adanya papan pengumuman tersebut, kata dia, bila masih ada warga belum mematuhinya, maka pihaknya akan menempatkan para petugas di tempat setiap TPS dan bak kontainer untiik menegur warga tersebut.

Ditambahkan, ke depan, pihaknya akan melakukan kegiatan Jumat bersih di pasar itu. Kepala Bagian Tata Usaha DKP Kota Jayapura, P Mayor menambahkan, penanganan sampah di pasar itu hendaknya melibatkan dinas serumpun sehingga penanganannya lebih baik. (nls)

12 August 2006

Biak : Penangkapan Ikan Di Perairan Biak Gunakan Handak

( Papua Pos, Jumat 11 Agustus 2006 )
Sejumlah warga Kabupaten Biak Numfor hingga kini masih menggunakan bahan peledak (handak) dalam menangkap ikan di wilayah perairan laut setempat. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Biak Numfor Daniel Bonsapia, di Biak, Rabu, mengatakan, untuk mengurangi kasus penangkapan ikan dengan handak, pihaknya meningkatkan pengawasan dengan melibatkan aparat tingkat kampong.

"Mencari ikan dengan memakai handak sangat berbahaya bagi pelakunya, di samping itu dapat merusak lingkungan kawasan laut Biak. Saya mengimbau warga Kabupaten Biak Numfor agar menghentikan penggunaan handak itu,"katanya.

Ia mengatakan, untuk menghentikan kasus pencurian ikan dengan handak di Kabupaten Biak Numfor diperlukan kepedulian masyarakat bersama aparat pemerintahan kampung untuk melarang penggunaannya.
Sebagai contoh, menurut Bonsapia, beberapa waktu lalu di sekitar perairan laut Kampung Samau, Distrik Biak Kota, sejumlah warga setempat tertangkap melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan handak.
"Akibat pemakaian handak itu, kawasan taman laut perairan laut Biak terancam rusak. Ini yang harus diperhatikan masyarakat,"katanya.

Beberapa warga setempat yang sempat diperiksa aparat Pangkalan TNIAL (Lanal) Biak karena menggunakan handak dalam menangkap ikan di perairan itu akhirnya diberikan hukuman pembinaan. Bonsapia mengatakan, dalam mengatasi masalah pengeboman ikan dengan handak, pihak Dinas Perikanan setempat akan bertindak tegas artinya setiap pelaku yang tertangkap tangan menggunakan handak akan diproses sesuai hukum di Pengadilan Negeri Biak.

"Untuk sanksi hukuman memang harus tegas, jika ada warga terbukti melakukan pengrusakan perairan laut dengan handak harus dikenakan sanksi sesuai peraturan,"katanya.Program lain yang sedang dilakukan Dinas Perikanan, lanjut Bonsapia, dalam waktu dekat pihaknya memberikan bantuan alat tangkap ikan kepada masyarakat di sejumlah kampung. "Untuk bantuan alat tangkap ikan bagi warga Biak, sudah diprogramkan, ya dalam waktu dekat realisasi," ungkapnya. **

11 August 2006

Tips & Trik : Tips Mencari Khasiat Obat

( www.pryadi'splace.com, Kamis 10 Agustus 2006 )
Sebelum meminum obat, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui khasiat obat tersebut lebih daripada hanya melihat indikasi dan kontra indikasi yang terpampang pada kemasan obat. Caranya tidaklah sulit dan hanya akan memakan waktu beberapa menit dengan menggunakan koneksi Internet.

Mencari Daftar Substansi Obat
Untuk obat yang dapat dibeli di pasaran tidaklah sulit untuk mencari daftar substansinya. Peraturan mengharuskan mereka untuk melabeli produknya dengan daftar substansi, baik obat generik maupun obat bermerk. Untuk kasus ini lanjutkan ke langkah berikutnya.

Sedangkan untuk obat dengan resep, seringkali tidak mudah untuk mengetahui kandungan isinya. Kecuali mungkin jika anda membeli obat tersebut lengkap dengan kotak kemasannya. Ada dua macam obat: obat generik dan obat bermerek. Ciri obat generik adalah sebagai berikut:
- Biasanya harganya lebih murah
- Seringkali hanya terdiri dari satu substansi
- Memiliki kemasan yang lebih sederhana
- Dibuat oleh perusahaan yang berbeda-beda

Sedangkan ciri obat bermerek:
- Biasanya harganya lebih mahal
- Seringkali terdiri dari lebih dari satu substansi
- Kemasannya lebih mewah
- Dibuat oleh satu perusahaan atau atas lisensi dari perusahaan tertentu

Terkadang memiliki fitur-fitur kosmetik, misalnya: dilapisi lapisan sehingga tidak terasa pahit.
Untuk obat generik yang terdiri dari satu substansi (misalnya Parasetamol) silakan lanjutkan ke langkah berikutnya. Untuk obat bermerek atau obat generik dengan lebih dari satu substansi, kita masih harus mencari substansi yang dikandungnya.

Untuk mencari daftar substansi dari sebuah obat, carilah nama obat tersebut dengan menggunakan
Google. Untuk obat dari Indonesia, kemungkinan besar anda akan mendapatkan informasi dari situs-situs: Apotik2000. Dulunya situs ini menyediakan daftar substansi sebuah obat secara lengkap. Tetapi saat ini harus login dahulu sebelum dapat melihat informasi obat, dan sepertinya tidak ada lagi informasi substansi obat.

Tidak hanya itu, saya juga menemukan beberapa kesalahan informasi obat dan hasil pencarian di Google tidak terasosiasikan dengan sesi login. Akibatnya, saya harus mencari di situs ini dan tidak dapat menggunakan Google.

Balichemist. Sebuah situs apotik yang sederhana. Saat ini tidak menyediakan informasi substansi obat.
Medicastore. Saat ini mungkin satu-satunya situs yang menyediakan informasi substansi obat. Saya telah cek dan ternyata informasinya akurat untuk beberapa obat yang sempat saya cek. Gunakanlah informasi dari situs ini.

Situs-situs perusahaan farmasi yang memroduksi obat tersebut. Anda juga dapat gunakan informasi dari situs ini jika tersedia.

Tips & Trik : Mahkota Dewa Musuh Baru Aneka Penyakit

( www.geocities.com, Kamis 10 Agustus 2006 )
Dunia tanaman obat kini kedatangan "pendatang baru" yang lumayan hebat. Mahkota dewa namanya. Ia bisa membuat penderita penyakit ringan macam gatal-gatal, pegal-pegal, atau flu, hingga penyakit berat seperti kanker dan diabetes, merasakan kesembuhan.

Mengetahui khasiat tumbuhan satu ini, mungkin Anda segera berminat menanamnya. Betapa tidak. Tanaman ini ternyata punya khasiat luar biasa. Ia bisa menyembuhkan gangguan kesehatan dari yang ecek-ecek hingga yang nyaris tak ada harapan sembuh. Kalau cuma pegal-pegal, sehari dua hari bakal hilang.

Flu?
Wah, itu tugas yang juga bisa dibereskan dalam sehari dua hari. Diabetes pun bakal takluk dalam beberapa bulan.

Bagaimana dengan kanker?
Meski butuh waktu bulanan, tanaman ini pun sanggup melawannya sampai titik darah penghabisan. Paling tidak itu berdasarkan pengalaman empiris banyak orang, termasuk yang merasa sembuh dari penyakit pada organ hati atau jantung, hipertensi, rematik, serta asam urat.

Untuk mengolahnya jadi obat pun sangat gampang. Cuma dengan menyeduh "teh racik" terbuat dari kulit dan daging buah, cangkang buah, atau daunnya, bahan obat alami ini pun siap dipakai. Kalau enggak menghendaki rasa pahitnya, kita bisa sedikit bersusah payah mengolahnya menjadi ramuan instan. Rasanya ditanggung lebih sedap tanpa mengurangi khasiat.

Itulah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Tanaman yang kabarnya berasal dari daratan Papua ini di Jawa Tengah dan Yogyakarta dijuluki makuto dewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat, karena khasiatnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara, orang-orang dari etnik Cina menamainya pau yang artinya obat pusaka.

Dari alergi hingga kanker
Sebagian orang mungkin pernah sekadar melihatnya, sebagian lagi mendengar namanya pun tidak pernah.
Wajar bila selama ini sangat sedikit orang tahu mahkota dewa. Apalagi khasiatnya. Bahkan, di banyak lembaga penelitian yang menangani tumbuhan berkhasiat obat belum ditemukan hasil penelitiannya.

Sampai saat ini, setidaknya baru dr. Regina Sumastuti dari Jurusan Farmakologi, Universitas Gadjah Mada yang telah menelitinya. Itu pun masih terbatas pada pengujian terhadap efek antihistamin atau antialergi.
Padahal, kalangan keraton Solo dan Yogyakarta telah lama mengenalnya dan memanfaatkannya sebagai tanaman obat. Beruntung, lama-lama manfaat luar biasa ini bocor ke kalangan awam.

Sekarang, tanaman ini seakan turun dari langit sebagai "dewa penyelamat" orang sakit. Berbagai kesaksian dikemukakan mereka yang telah merasakan khasiatnya. Dalam buku Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa karya Ning Harmanto, ketua Kerukunan Wanita Tani Bunga Lily, yang menekuni pengobatan dengan mahkota dewa, ada 26 orang yang mengakui keampuhannya atau ditulis berhasil sembuh dari sakitnya berkat mahkota dewa.
Di antara mereka adalah Tuti Ariestyani Winata, yang setelah menjalani operasi pengangkatan kista di rahim, mengalami kemunduran kondisi tubuh. Badannya kurus, perutnya membuncit seperti sedang hamil tua, jari-jari kakinya menggemuk, tekanan darahnya naik-turun, dan Hb-nya sangat rendah.

Beberapa dokter yang dikunjunginya memberikan diagnosis berbeda. Ada yang mendiagnosisnya menderita kanker hati, sirosis hati, dan ada pula yang menyatakan dia menderita hepatitis kronis. Tak kunjung memperoleh kepastian penyakit yang dideritanya, atas saran Ning, Tuti akhirnya mengonsumsi air rebusan daging buah mahkota dewa. Setelah enam bulan, Tuti merasa sembuh dan kondisi tubuhnya membaik kembali.
Selain Tuti, Diana yang berdomisili di Bekasi menyatakan berhasil sembuh dari penyakit kanker di payudara kanannya setelah menjalani operasi dua kali lagi untuk membersihkan kanker di payudara kirinya.
Anna Winata di Bogor dan Retno di Bekasi juga merasakan sehat kembali dari sakit kanker rahim berkat mahkota dewa. Ny. Parlan di Balikpapan pun berhasil menormalkan kadar gula darahnya berkat tumbuhan obat ini.

Masih banyak lagi contoh keberhasilan yang lain. Sayangnya, yang tidak berhasil tidak pernah terungkap, sehingga tidak bisa diketahui penyakit apa yang tidak mampu dilawan tanaman berbuah merah menyala ini.
Selama ini daun dan buah mahkota dewa dimanfaatkan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, sebagai obat penyakit kulit, gatal-gatal, dan eksim. Penyakit tersebut ditandai dengan gejala gatal-gatal, pertanda adanya alergi terhadap agen tertentu yang mendorong sel-sel tubuh mengeluarkan histamin.

Soal kemampuan melawan penyakit kulit ini Sumastuti sudah membuktikannya. Dari penelitian secara in vitro menggunakan usus halus marmot, diketahui, memang benar daun dan buah mahkota dewa mempunyai efek antihistamin. Artinya, tanaman tersebut secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya sebagai obat gatal-gatal akibat gigitan serangga atau ulat bulu, eksim, dan penyakit lain akibat alergi.

Penelitian lain masih kita tunggu untuk membuktikan khasiat luar biasa seperti yang dirasakan beberapa orang di atas. Namun, cerita dari mulut ke mulut rupanya sudah membuat orang, terutama yang sakit berat dan umumnya hampir putus harapan, percaya. Maka, orang pun mulai beramai-ramai mencari bagian berkhasiat mahkota dewa.

Tak sedikit yang mencoba menanamnya di pekarangan rumah. Bahkan, ada yang melihat "wabah" ini sebagai peluang usaha untuk membudidayakan dan mengolahnya menjadi produk ramuan obat tradisional atau jamu dengan berbagai bentuk.

Dijadikan "teh"
Menanam mahkota dewa memang bukan perkara sulit. Tumbuhan, yang bisa hidup baik pada ketinggian 10 - 1.000 m dpl., ini bisa ditanam dari biji atau hasil cangkokan. Meski penanamannya bisa di dalam pot atau langsung di tanah, pertumbuhannya akan lebih baik bila ditanam di tanah. Tanaman dari biji biasanya sudah berbuah pada umur 10 - 12 bulan. Yang berasal dari cangkokan, mestinya berbuah lebih cepat.

Buah inilah bagian yang paling banyak digunakan sebagai obat alami, di samping daun dan batang. Dari ketiga bagiannya, yakni kulit dan daging buah, cangkang (batok biji), serta biji, yang dimanfaatkan umumnya kulit dan daging buah serta cangkangnya. Buah muda berwarna hijau dan yang tua berwarna merah cerah.

"Khasiat buah muda dan tua sama saja," jelas Ning. Sayang, senyawa apa yang terkandung dalam bagian-bagian buah, masih belum terungkap secara detil. Cuma, Hutapea dkk. (1999), seperti dikutip Sumastuti, menyatakan, dalam daun dan kulit buah makuto dewo terkandung senyawa saponin dan flavonoid, yang masing-masing memiliki efek antialergi dan antihistamin.

Ning menulis, dalam keadaan segar, kulit dan daging buah muda mahkota dewa terasa sepet-sepet pahit. Sedangkan yang sudah tua sepet-sepet agak manis. Jika dimakan segar akan menimbulkan bengkak di mulut, sariawan, mabuk, bahkan keracunan. Apa penyebabnya, belum diketahui dengan pasti. Karenanya, tidak dianjurkan untuk mengonsumsinya dalam keadaan segar.

Cangkangnya memiliki rasa sepet-sepet pahit, lebih pahit dari kulit dan daging buah. Bagian ini juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi langsung karena dapat mengakibatkan mabuk, pusing, bahkan pingsan. Namun, setelah diolah, bagian ini lebih mujarab ketimbang kulit dan daging buah. Ia dapat mengobati penyakit berat macam kanker payudara, kanker rahim, sakit paru-paru, dan sirosis hati.

Ada alasan mengapa biji mahkota dewa tidak dikonsumsi. "Bijinya sangat beracun. Kalau mengunyahnya, kita bisa muntah-muntah dan lidah mati rasa," tambah Ning. Karenanya, bagian ini cuma digunakan sebagai obat luar untuk penyakit kulit.

Sudah tentu untuk menjadikan daging buah atau cangkangnya sebagai obat, perlu pengolahan terlebih dulu. Bisa dijadikan buah kering, teh racik, atau ramuan instan. Namun, yang sering dilakukan adalah dengan menjadikannya teh racik dan ramuan instan.

Bagian lain yang bisa dijadikan obat adalah batang dan daun. Menurut Ning dalam bukunya, batang mahkota dewa secara empiris bisa mengobati kanker tulang. Sedangkan daunnya bisa menyembuhkan lemah syahwat, disentri, alergi, dan tumor. Cara memanfaatkan daun adalah dengan merebus dan meminum airnya.

Jangan kaget. Begitu minum ramuan mahkota dewa, kita segera merasakan serangan kantuk. Efek ini normal. Efek lainnya adalah mabuk. Untuk menghilangkan efek ini dianjurkan untuk minum air lebih banyak. Untuk konsumsi selanjutnya, takaran mahkota dewa perlu dikurangi. Jika masih tetap mabuk, sebaiknya untuk sementara hentikan dulu. Di samping efek buruk tadi ternyata masih ada efek "baik"-nya. "Psst ... kadang-kadang kaum pria ada yang libidonya meningkat," bisik Ning.

Menurut Ning, dalam proses menyembuhkan penyakit dalam atau penyakit serius macam kanker rahim, setelah pasien mengonsumsi seduhan mahkota dewa badannya bisa merasakan panas-dingin, bahkan kadang kala mengeluarkan gumpalan darah berbau busuk. "Ini merupakan proses pembersihan penyakit," tulis Ning.
Penggunaannya bisa dalam bentuk ramuan tunggal bisa pula ramuan campuran. "Pencampuran dengan tumbuhan obat lain dimaksudkan untuk memperkuat khasiatnya dan menetralisir racun. Juga untuk mengurangi rasa tidak enaknya," tutur Ning, yang mengaku sering melayani "resep" yang ditulis beberapa dokter.

Upaya penyembuhan menggunakan ramuan mahkota dewa, menurut Ning, tidak bisa cepat membuahkan hasil. Pengobatannya perlu dilakukan beberapa kali. Bahkan untuk penyakit berat yang kronis perlu waktu lama. Yang perlu diperhatikan adalah takaran penggunaannya mesti tidak melebihi yang dianjurkan. Kalau takarannya berlebih, pengaruh yang tidak diinginkan bisa muncul.

Mesti diingat, wanita hamil muda dilarang mengonsumsi mahkota dewa. Seperti dikutip Ning, Sumastuti juga telah membuktikan mahkota dewa mampu berperan seperti oxytosin atau sintosinon yang dapat memacu kerja otot rahim sehingga memperlancar proses persalinan. Ini bisa membahayakan kehamilan yang masih muda.
Yang tak kalah penting, pesan Ning, dalam menggunakan ramuan mahkota dewa kita dianjurkan menyugesti atau menyakinkan diri bahwa ramuan ini manjur, berdoa untuk kesembuhan kita, dan tetap mengunjungi dokter untuk mengetahui perkembangan kesehatan kita.

Resep untuk Menjinakkan Kanker
Pada orang dewasa, untuk mengobati kanker (payudara atau rahim) yang tidak terlalu parah atau sekadar upaya pencegahan, cukup gunakan satu sendok makan ramuan instan yang diseduh dengan segelas air minum. Minum sehari dua kali, pagi dan sore hari.

Bila penyakitnya serius, perlu ramuan campuran teh racik mahkota dewa dan kunyit putih instan. Caranya, kita rebus satu sendok teh teh racik mahkota dewa dalam tiga gelas air hingga airnya tinggal setengahnya. Lalu, tambahkan satu sendok teh kunyit putih instan. Ramuan ini diminum tiga kali sehari.

Untuk penyakit yang sangat serius dosis ini dibuat dua kali lipat atau sampai satu sendok makan teh racik mahkota dewa. Pengobatan ini memerlukan waktu 3 - 6 bulan. Setelah pasien merasa sembuh ramuan tetap dikonsumsi dengan takaran dikurangi.

Mengendalikan diabetes
Untuk mencegah atau mengobati penyakit diabetes yang tidak terlalu serius diperlukan 3 - 5 potong teh racik mahkota dewa yang direbus dalam tiga gelas air bersama tiga lembar daun salam. Perebusan dilakukan hingga air tinggal setengahnya. Ramuan ini diminum tiga hari sampai seminggu sekali. Sedangkan untuk mengobati diabetes parah kita merebus dengan cara yang sama: sesendok teh racik mahkota dewa dan tiga lembar daun salam. Ramuan diminum tiga kali sehari.*

Biak : Penggunaan Bom Ikan di Biak Mulai Marak

( Cenderawasih Pos, Kamis 10 Agustus 2006 )
Penggunaan bahan peledak untuk mencari ikan di sekitar perairan Kabupaten Biak Numfor akhir-akhir ini kembali marak. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Biak Numfor Daniel Bonsapia kepada wartawan Rabu (9/8) kemarin mengatakan, dari informasi yang diterimanya dari masyarakat dalam kurun waktu satu bulan terakhir, sepanjang pantai mulai darai Paray sampai ke Yendidori dilaporkan hampir setiap minggu terdengar bunyi ledakan bom.

Penggunaan bom ikan yang diduga dilakukan oleh oknum nelayan yang tidak bertanggungjawab menurut Daniel Bonsapia sangat sulit untuk dideteksi oleh aparat Dinas Perikanan dan Kelautan. "Sangat sulit untuk kami deteksi sebab kami tentunya tidak bisa melakukan pengawasan selama 24 jam. Terkadang hal tersebut baru kami ketahui setelah ada korban dan dilaporkan oleh masyarakat. Kami juga dapat laporan bahwa 2 minggu yang lalu kami dapat laporan ada ok­num nelayan yang menggunakan bahan peledak tanganya putus,"terangnya.

Ketika disinggung tentang jenis bahan peledak yang digunakan, menurut Daniel Bonsapia, dari laporan yang diterimanya sebagian besar bom ikan tersebut menggunakan bubuk mesiu yang biasanya diambil masyarakat dari bom-bom peninggalan Perang Dunia II yang masih aktif.

"Dari laporan yang kami terima disinyalir ada oknum masyarakat yang menjual bahan peledak tersebut. Namun sampai saat ini kami belum mengetahui pasti siapa dan dimana lokasinya. Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian mengenai hal tersebut,"tambahnya.

Tentang upaya yang akan dilakukan untuk mencegah penggunaan bahan peledak, Daniel Bonsapia mengatakan, langkah pertama yang akan dilakukan yaitu Dinas Perikanan akan berkoordinasi dengan aparat pemerintah di tingkat kampung khususnya di daerah pesisir pantai untuk lebih intensif melakukan pengawasan. Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan menurut dia yaitu memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat nelayan tentang bahaya penggunaan bahan peledak. (nat)

10 August 2006

Biak : Kecepatan Angin di Pantai Utara Papua Mulai Normal

( Cenderawasih Pos, Rabu 09 Agustus 2006 )
Angin kencang yang melanda beberapa daerah di wilayah utara Papua khususnya di Teluk Cenderawasih beberapa waktu lalu sudah mulai berkurang. Menurut informasi yang diterima Cenderawasih Pos dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Klas 1 Biak, diperkirakan satu atau dua hari kedepan kondisi tersebut kembali normal.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi dan Geofisika Klas 1 Biak, Bambang Hermanto yang ditemui Selasa (8/8) kemarin mengatakan, mulai meredanya kecepatan angina di wilayah utara Papua terjadi karena pusat tekanan rendah yang terjadi di pantai utara Papua saat ini telah bergeser ke arah barat laut menuju Filipina Utara.

Dengan bergesernya pusat tekanan rendah tersebut, maka angin barat yang terjadi 5 hari belakang ini berubah menjadi angin tenggara. Akibat pergeseran tersebut maka kecepatan angin yang tadinya mencapai 55 km perjam sudah mulai turun menjadi 10 sampai 35 km perjam.

Selain itu tinggi gelombang di sekitar daerah Teluk Cenderawasih juga mulai normal. "Yang tadinya bisa mencapai 2,5 meter, sekarang sekitar 0,5 sampai 1,7 meter dan sudah cukup aman untuk pelayaran. Diperkirakan besok sudah mulai normal dengan gelombang laut kurang dari setengah meter,"terangnya.
Meskipun kondisi cuaca di wilayah pantai utara Papua khususnya di Daerah Teluk Cenderawasih sudah mulai normal, untuk wilayah Pantai Selatan, khususnya daerah Kaimana, menurut Bambang kecepatan angin dan tinggi gelombang belum mengalami perubahan. Bahkan akibat pergeseran pusat tekanan udara ke arah barat daya yang menimbulkan angin tenggara, maka kecepatan angin di wilayah selatan menurut Bambang bisa mencapai 55 km perjam dan tinggi gelombang dapat mencapai 2,5 meter.

Dengan kecepatan angin yang dapat mencapai 55 km perjam dengan tinggi gelombang yang dapat mencapai 2,5 meter, wilayah perairan Kaimana sampai ke pantai barat Papua menurut Bambang Hermanto sangat berbahaya bagi pelayaran."Kondisi ini diperkirakan dapat terjadi sampai tiga atau empat hari kedepan,"tambahnya. (nat)

Manca Negara : Amerika : Semut Lebih Agresif Saat Bergerombol

( Kompas, Rabu 09 Agustus 2006 )
Tidak hanya para gengster yang beraninya keroyokan, semut pun terlihat lebih agresif saat bergerombol daripada saat melenggang sendirian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semut akan merasa lebih berani menghadapi lawannya jika berada dalam kelompok besar.

Dalam percobaan pertama, seorang mahasiswa Universitas Utah Colby Tanner meletakkan semut dari jenis Formica xerophila dalam kelompok besar kemudian kelompok lebih kecil pada percobaan kedua. Ia menunjukkan betapa semut-semut dalam kelompok besar tersebut terlihat sangat agresif berjuang untuk mendapatkan daging tuna yang dilumuri jus nanas.

Dalam percobaan lain, semut dihadapkan pada semut jenis lain yang menjadi musuh alaminya. Kelompok yang besar dan kecil juga memperlihatkan respon berbeda. Meskipun sama-sama melawan, semut yang hanya berhadapan satu-satu terlihat lebih ragu-ragu dalam melawan dibandingkan lima semut melawan lima semut.

Bahkan apabila saling berhadapan dalam jumlah besar semut-semut tersebut terlihat sangat agresif. Karena F. xerophila cenderung menang ketika melawan lawan dengan keroyokan, Tanner menduga semut punya kecenderungan untuk bergerombol. Temuan ini dilaporkan dalam Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences edisi 19 Juli.

Perilaku agresif juga menjadi isyarat bagi lawannya. Tidak hanya untuk menunjukkan kekuatannya, tapi juga sebagai bentuk komunikasi lainnya. Ketika semut jenis ini menunjukkan sikap agresif tanda perlawanan, semut-semut yang menjadi lawannya cenderung menghindar meskipun jumlahnya sepadan.

Meskipun demikian, sikap agresif saat melawan lawan secara keroyokan tidak mengurangi risikonya mati selama konflik. Tingkat kematian semut dalam kelompok yang banyak maupun sedikit relatif sama. Tapi, semut-semut yang lebih agresif memiliki kesempatan membunuh lawannya lebih cepat sehingga jumlah lawannya berkurang dan akhirnya menghindari kelompoknya.

09 August 2006

Jayapura : Warga Yoboi Panen Ikan Perdana Karamba Tancap

( Cenderawasih Pos, Selasa 08 Agustus 2006 )
Upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat pinggiran Danau Sentani, melalui program budidaya ikan dengan sistem karamba jaring tancap, nampaknya mulai ada hasilnya. Bantuan paket usaha perikanan yang diberikan oleh pemerintah, dalan hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi maupun Kabupaten Jayapura, mulai menunjukkan hasil. Hal ini terbukti dengan, pelaksanaan panen perdana ikan karamba jaring tancap di Kampung Yoboi, Jumat (4/8) kemarin.

Bupati Jayapura yang dalam hal ini diwakili oleh Assisten II Drs Purnomo mengungkapkan bahwa dari data dinas perikanan, sampai saat ini kebutuhan ikan air tawar khususnya jenis ikan nila, ikan mas dan lainnya, masih banyak di datangkan dari luar Papua, seperti dari daerah Manado dan daerah lainnya.

Menyangkut segi pemasaran ikan hasil produksi masyarakat, dari Ketua Dekopinwil Papua Drs H Soleman Hamzah, menegaskan bahwa untuk pemasaran masyarakat petani ikan di danau Sentani ini tidak perlu khawatir. Sebab dari Dekopinwil Papua siap untuk membeli dan memasarkan hasil ikan masyarakat berapa pun jumlahnya. "Masyarakat tinggal memberitahu, kita akan datang, menimbang berat ikan dan membayar di tempat,"tegas Soleman Hamzah.
Terkait dengan hal tersebut, dalam dialog bersama masyarakat kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua Ir Astiler Maharadja, menjelaskan bahwa selain dibutuhkan bibit unggul, untuk mendapatkan pertumbuhan berat ikan yang optimal perlu managemen pemberian pakan yang baik. Diharapkan setelah panen perdana ini, masyarakat secara mandiri bisa mengembangkan lagi, sementara pemerintah daerah melalui bank yang ada siap menyalurkan pinjaman modal dengan bunga rendah. "Kita siap untuk membantu masyarakat dengan bunga hanya 6 % per tahun, agar masyarakat bisa mengembangkan usahanya,"jelasnya. (tri)

Manca Negara : Jepang : Tiga Topan Melewati Jepang Hari Ini

( Metrotvnews.com, Selasa 08 Agustus 2006 )
Tiga angin topan berkekuatan sedang sepanjang, Selasa (8/8) ini akan melewati wilayah Jepang. Kontan saja, Pemerintah Jepang menangguhkan hampir seluruh jadwal penerbangan komersial dan tranportasi laut. Ketiga jenis angin topan, rata-rata mengembuskan angin dengan kecepatan seratus kilometer per jam. Salah satunya adalah topan Maria yang bergerak dengan kecepatan seratus delapan kilometer per jam. Topan ini diperkirakan akan menerjang Kota Tanabe, Prefekture Wakayama pada pukul 18.00 waktu setempat.

Dua topan lain adalah Saomai dengan skala kekuatan delapan dan topan Bopha dengan skala kekuatan sembilan. Siang ini, Saomai akan melintasi wilayah Taiwan dan memasuki wilayah barat daya Jepang. Sedangkan Bopha, setelah melewati Okinawa, Jepang, malam nanti akan melanda Provinsi Fujian, Cina. Badan Cuaca mengimbau untuk menangguhkan seluruh penerbangan komersial di Jepang, Taiwan dan Provinsi Fujian. (BEY)

Manca Negara : Swis : Respon Stres Tumbuhan Diturunkan

( Kompas, Selasa 08 Agustus 2006 )
Seperti manusia atau hewan, tumbuhan juga bisa stres. Tumbuhan yang stres tidak hanya mengaktifkan pertahanan untuk dirinya sendiri, tapi juga mengatur strategi untuk melindungi keturunannya. Demikian kesimpulan penelitian yang dimuat dalam jurnal Nature edisi terbaru.

Stres yang ditimbulkan oleh infeksi patogen atau radiasi sinar ultraviolet, misalnya, dapat membangkitkan mutasi genetik pada sel-sel tanaman bahkan sebagian DNA-nya. Beberapa ilmuwan mengeluarkan hipotesis bahwa tumbuhan dapat meningkatkan kemampuan untuk mengubah sifat genetiknya untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang keras.

Sepertinya, tumbuhan punya sifat fleksibilitas yang tinggi untuk membentuk sifat genetik keturunannya sesuai kondisi lingkungan yang dihadapi. Hal tersebut terlihat dalam penelitian para peneliti laboratorium Barbara Hohn di Insitut Riset Biomedika Miescher, Basel, Swiss.

Dalam penelitian tersebut, mereka mempelajari pergantian bagian DNA berikut deret genetiknya kepada bagian lain yang memiliki rangkaian serupa. Proses yang disebut rekombinasi homolog ini terlihat lebih sering terjadi pada tumbuhan yang mengalami stress. Tumbuhan yang hidup di sekitar lokasi kecelakaan reaktor nuklir Chernobyl, misalnya, memiliki tingkat rekombinasi homolog yang tinggi sebanding dengan radiasi yang diterimanya.

Epigenetik
Seorang mahasiswa di laboratorium Hohn menemukan bahwa rekombinasi homolog relatif sangat tinggi pada tumbuhan Arabidosis, sejenis selada. Ketika dilacak balik asal tanaman ini, ia menemukan bahwa induknya merupakan tanaman yang terkena radiasi.

"Tidak seorang pun yang melakukannya. Ini murni kebetulan," katanya. Setelah kondisi di luar dugaan tersebut ditemukan, para peneliti mempelajari proses yang terjadi. Sesuai perkiraan, serangkaian radiasi ultraviolet atau tiruan serangan patogen yang diberikan kepada tanaman induknya meningkatkan rekombinasi homolog pada sel-selnya. Perubahan sel-sel yang membentuk keturunan terjadi sehingga keturunannya membawa rangkaian genetik yang telah berubah.

Namun, apabila sel-sel yang diturunkan tidak berubah, keturunan tumbuhan yang stres tetap meningkatkan rekombinasi homolog pada sel-selnya. Sepertinya tanaman induk menurunkan semangat untuk bermutasi kepada keturunannya.
Respon ini diturunkan setidaknya kepada empat generasi. Meskipun demikian, masih belum dapat dijelaskan bagaimana informasi ini diturunkan dari induk kepada keturunannya. Para peneliti Hohn yakin terdapat mekanisme yang disebut epigenetik atau menurunkan sifat tanpa perubahan rangkaian DNA

Manca Negara : Afrika : Bagaimana Terbentuknya Belang Zebra dan Macan?

( Kompas, Selasa 08 Agustus 2006 )
Pola belang di permukaan tubuh macan, zebra, dan beberapa jenis hewan lainnya menyisakan misteri hingga kini. Meskipun demikian, persamaan yang dikembangkan Alan Turing pada 1952 dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya garis melingkar di permukaan kulit zebra maupun macan tutul.

Turing berhasil menunjukkan bahwa pola di kulit zebra dan macan dihasilkan oleh dua jenis zat kimia tubuh yang disebut morfogen. Keduanya saling berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk pola tiga dimensi di permukaan kulit hewan.

Salah satu morfogen menentukan warna hitam dan lainnya warna yang cerah. Komposisi campuran kedua zat yang menembus kulit akan menentukan pola pewarnaan di kulitnya.

Proses pembentukan warna seperti itu dinyatakan Turing sebagai persamaan reaksi difusi. Dengan melakukan sintesis meniru variabel-variabel yang menentukan, para peneliti dapat mereplikasi pola pewarnaan kulit.Pola yang sama di beberapa bagian dapat terbentuk jika salah satu morfogen yang menyebabkan warna hitam, misalnya, juga mengaktifkan pembentuk warna cerah namun aktif lebih dulu. Morfogen-morfogen penyebab warna hitam akan aktif lebih dulu dan disusul pembentuk warna cerah sehingga menghasilkan lingkaran warna hitam.

Pola warna bayi
Macan tutul yang telah dewasa memiliki pola warna yang sangat kompleks. namun, pada hewan yang masih muda, pola warnanya lebih sederhana. Pola pewarnaan kulit pada macan loreng merupakan salah satu bentuk yang paling kompleks. Pada macan loreng dewasa, pola kulitnya terlihat seperti lingkaran yang tidak sempurna dengan beberapa sudut dan titik hitam di tengahnya.

Sy-Sang Liaw dari Universitas Nasional Chung-Hsing di Taichung, Taiwan dan koleganya mencoba meniru pola kulit macan loreng menggunakan persamaan Turing. Namun, mereka tidak dapat melakukannya hanya dengan meniru dan mengambil variabel-variabel yang dibutuhkan.

Bahkan, para peneliti harus membuat asumsi bahwa pertumbuhan loreng melalui dua tahap berbeda. Mereka harus menentukan pola pewarnaan loreng pada saat hewan masih muda dan perkembangannya hingga pola permanen saat dewasa.

Para peneliti membutuhkan waktu sekitar setahun untuk menemukan formula yang tepat. "Pola kulit macan loreng merupakan bagian yang paling sulit," kata Liaw yang melaporkan temuannya dalam Physical Review E. Menurut Liaw, peneliti lain yang mencoba meniru pola pewarnaan macan loreng dengan satu langkah saja tidak akan berhasil. Satu-satunya cara adalah membaginya menjadi dua tahap.

"Sangat menarik mengetahui mengapa mustahil mendapatkannya dalam satu tahap," kata Anotida Madzvamuse, seorang pakar matematika dari Universitas Auburn di Alabama yang juga sedang meneliti pola pewarnaan kulit hewan. Sampai sekarang, belum ada yang dapat menunjukkan bentuk fisik dari morfogen sehingga masih belum pasti apakah pembentukan pola kulit hewan secara alami benar-benar terjadi demikian.

Jika pembentukannya juga berlaku pada kucing, maka pola pewarnaan rambut di kulitnya mungkin berubah seiring bertambahnya usia. "Mungkin nilai parameternya juga dipengaruhi ukuran tubuhnya," ujar Madzvamuse.

Manca Negara : Inggris : Kembalinya Kupu-kupu Biru di Inggris

( Kompas, Selasa 08 Agustus 2006 )
Salah satu kupu-kupu paling langka di Inggris kembali menampakkan diri setelah hampir 40 tahun tidak pernah terlihat lagi. Kupu-kupu Adonis Biru (Polyommatus bellargus) yang hanya hidup pada beberapa tempat di wilayah selatan Inggris telah dimasukkan ke dalam spesies yang mendapat prioritas perhatian terbesar.
Jumlahnya di alam semakin berkurang selama 50 tahun terakhir karena banyak habitatnya yang berupa padang rumput di tanah berkapur yang rusak. Namun, populasinya terlihat kembali bertambah sejak kampanye National Trust untuk mengembalikan habitatnya di Costwolds, Gloucestershire berhasil dilakukan.

Adonis Biru biasanya hidup di rerumputan yang pendek dan jarang sekali menjelajah hingga wilayah yang luas. Ketika penyakit Myxomatosis mewabah pada tahun 1950-an, banyak kelinci yang mati sehingga rerumputan terlalu tinggi dan habitat kupu-kupu tidak stabil.

Untuk mengembalikan karakter habitat Adonis Biru, para pecinta lingkungan melepaskan ternak di sekitar padang rumput. Sejauh ini, sejumlah besar spesies kupu-kupu jenis ini berbondong-bondongi ke habitatnya kembali di antara wilayah Rodborough dan Minchinhampton.

"Kupu-kupu tersebut tidak perlu dirisaukan lagi. Kami memperkirakan Adonis Biru diuntungkan dengan musim dingin yang tidak terlalu dingin dan musim panas yang lebih panas dan ia akan bertelur antara Agustus hingga September ini," kata Matthew Oakes, ahli kupu-kupu dan penasihat National Trust. "Ini adalah salah satu kupu-kupu yang kami sukai dan kami sangat senang melihatnya dapat kembali ke Costwolds," ujarnya.

Manca Negara : Amerika : Tikus Rekayasa Hasil Evolusi Mundur

( Kompas, Selasa 08 Agustus 2006 )
Ini bukan di Taman Jurassic, tapi seekor tikus yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu kembali hadir melalui rekayasa genetika. Para peneliti AS telah mengembangkannya dengan proses evolusi mundur untuk menyatukan kembali sebuah gen purba yang dulunya membelah menjadi dua gen yang dibawa tikus modern.

Dengan cara merekayasa cetak biru genetikanya, mereka dapat meniru gen yang dimiliki nenek moyang tikus. Gen tersebut merupakan cikal bakal sepasang gen hasil mutasi dan pembelahan yang memainkan peranan penting dalam perkembangan otak mamalia modern sekarang.

"Kami berhasil merekonstruksi gen purba untuk pertama kalinya. Kami telah membuktikan bahwa dari dua gen modern ini, kami dapat merekonstruksi kembali gen purba yang dulunya membelah," kata Petr Tvrdik dari Universitas Utah, AS.

Proses tersebut menggambarkan mekanisme dan proses yang berlangsung selama evolusi dan bagaimana rekayasa kehidupan berjalan secara alami. Para ilmuwan mengatakan, percobaan yang dijelaskan dalam jurnal Developmental Cell ini dapat menjelaskan bagaimana evolusi bekerja dan bisa menjadi dasar teknik terapi gen untuk mengembalikan gen-gen yang rusak.

Rekonstruksi gen
Sejak 500 juta tahun yang lalu, hewan-hewan yang hidup saat itu memiliki 13 gen yang disebut Hox. Gen Hox berperan penting dalam mengatur fungsi gen lain selama perkembangan embrio hewan. Seiring berkembangnya makhluk hidup, setiap gen membelah menjadi empat sehingga terbentuk 52 jenis gen. Proses evolusi dan perubahan lingkungan membuat sebagain gen mengalami mutasi sehingga melemah bahkan hilang. Akhirnya jumlah gen Hox yang dimiliki tikus saat ini tinggal 39 buah.

Dua dari gen-gen inilah yang dipelajari tim peneliti Utah. masing-masing gen Hoxa1 dan Hoxb1. Hoxa1 mengatur perkembangan fungsi pernapasan sejak lahir sehingga anak tikus yang lahir tanpa gen ini akan segera mati begitu lahir. Sedangkan Hoxb1 berperan dalam perkembangan sel-sel syaraf yang mengatur ekspresi muka sehingga tikus yang lahir tanpa gen ini akan mengalami paralisis dan tidak dapat mengerdipkan mata, menggoyang-goyang kumisnya, atau menarik telinganya.

Para peneliti mengombinasikan bagian-bagain utama kedua gen untuk membentuk gen tunggal yang mirip dengan asal-usulnya yang muncul pada 530 juta tahun lalu. Gen hibrida ini tidak benar-benar sama dengan gen purba saat itu tapi setidaknya menggambarkan fungsi yang sama.

Tikus hasil rekayasa yang lahir dengan Hox1 dapat bernapas dan tetap dapat mengatur otot mukanya karena memiliki bagian-bagian gen tersebut. Perubahan sepasang gen identik tidak terlalu mempengaruhi sifat fisiknya.

"Yang kami lakukan pada dasarnya adalah mengembalikan Hox1 sebelum membelah menjadi Hoxa1 dan Hoxb1 seperti seat ini," kata Mario Capecchi, profesor genetika manusia dari Sekolah Kedokteran Universitas Utah. Menurutnya, hal tersebut merupakan contoh nyata bagaimana proses evolusi bekerja karena kami

08 August 2006

Sorong : Tim Gabungan Lacak Dugaan Ribuan Kayu Ilegal di Sorsel

( Cenderawasih Pos, Senin 07 Agustus 2006 )
Bupati Sorong Selatan (Sorsel) Drs. Otto Ihalauw telah menurunkan tim gabungan dari instansi terkait untuk mencaritahu kebenarannya di lapangan, menyusul adanya informasi ribuan kayu log yang bakal kabur dari Kamundang, Sorong Selatan.

Ribuan kayu-kayu ini diduga illegal karena tanpa memiliki dokumen SKSHH.Dan bila sampai terbukti ada, Bupati Ihalauw meminta kepada tim gabungan untuk segera lakukan proses hukum, karena ia tidak mau kata kompromi dengan namanya illegal logging.

Kepada Koran ini Otto Ihalauw mengatakan, sampai sekarang ini belum adanya suatu aturan yang jelas terhadap keluar masuknya kayu log atau pengelolaan hutan ini."Staf saya baru saja mengikuti rapat kehutanan. Sementara ini masih dicari format yang tepat, khususus perijinan. Kita hanya melayani HPH, kegiatan lain belum. Tapi hanya 1 HPH saja," katanya saat ditemui Sabtu (5/8) dikediamannya, Teminabuan.Akibat ketatnya dari sisi perijinan, ia mengakui kegiatan-kegiatan usaha kayu dugaan illegal masih muncul sekarang ini di Sorsel.

Apalagi jangkauan dan kondisi medan di Sorsel sangat luas dan tidak muda dijangkau. Belum lagi terbatasanya sarana dan prasaranan yang ada, sehingga kata bupati Otto sangat sulit dimonitor.Apalagi, lanjutnya, diwilayah kali dan pesisir pantai sekarang ini dihadapi dengan angina dan ombak cukup keras lantaran musin selatan. Sehingga sangat sulit ditempuh oleh tim."Informasi yang saya dapat, maka sekarang ini ada tim gabungan turun cek, baik di Kais dan di Kamundang," tukas orang nomor satu di sorsel ini.

Bila nanti benar tim menemukan ada dugaan illegal logging di Kais dan Kamudang, seperti hasil laporan. Bupati Otto Ihalauw perintahkan kepada tim untuk segera proses. " jelas, tetap kita proses," tegasnya.Dalam mengeluarkan dokumen SKSHH kepada pengusaha kayu log ini semua itu melalui mekanisme dan lanjut ia tidak sembarangan dikeluarkan. Perlu diseleksi ketat.

Dan terpenting kata ia kepada siapa SKSHH itu dikeluarkan. Karena tidak semua SKSHH itu dikeluarkan kepada pengusaha kayu. "Kalau pengusaha lain minta maaf yah sementara belum melayani mereka," kata Bupati Otto Ihalauw. (muf)

Sorong : Warga Sorong Protes Penggunaan Handak untuk Penambangan Galian C

( Suara Karya, Senin 07 Agustus 2006 )
Kepala Seksi Konservasi Wilayah IV Sorong, Departemen Kehutanan Republik Indonesia (RI), Ir Yunus Rumbarar sangat menyayangkan izin penggunaan bahan peledak (handak) yang diberikan kepada PT Pro Intertech Indonesia Saoka Quarry di (perusahaan penambangan galian C) di Kota Sorong. Aksi mereka mengakibatkan terganggunya ketenangan habitat flora dan fauna.

Kawasan penambangan galian C di Saoka itu memang tidak masuk dalam kawasan cagar alam, tetapi daerah itu merupakan area hutan lindung. "Memang daerah galian C milik PT Intertech Indonesia Saoka Quarry itu bukan kawasan cagar alam, tetapi deretan pegunungan itu merupakan hutan lindung. Daerah pegunungan di ujung Saoka, lokasi galian C milik PT Pro Intertech Indonesia tersebut merupakan pegunungan dan hutan lindung untuk menopang hutan sumber air Warsamsun dan juga hutan sekitar Remu,"kata Rumbarak.

Perusakan kawasan ujung Saoka tersebut, dengan menggunakan bahan peledak, mengakibatkan habitat flora dan fauna terganggu. Tumbuhan di atas lokasi galian C itu otomatis tergusur. Sementara binatang-binatang seperti burung dari berbagai jenis, termasuk cenderawasih, rusa, musang, dan binatang melata terpaksa berpindah tempat.

Menurut Rumbarak, penggunaan bahan peledak untuk menambang galian C harus segera dihentikan. Di samping mengakibatkan kerusakan hutan lindung di daerah itu, juga perlu menjadi pertimbangan, apakah galian C di ujung daerah Saoka lebih banyak menguntungkan atau merugikan daerah ini pada masa depan.

Ketua Himpunan Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Sorong, Irjabar, Nataniel, memprotes Kapolri Jenderal Sutanto, karena memberi izin kepada PT Pro Intertech Indonesia Saoka Quarry menggunakan bahan peledak untuk memecahkan bebatuan, penambangan galian C.

Lokasi penambangan itu berada pada pegunungan di daerah pantai Saoka, sekitar 4 km arah barat dari pantai Wisata Tanjung Kasuari, atau 15 km dari pusat Kota Sorong, Irjabar. "Sepanjang pengalaman kami, baik itu karena membaca di koran atau melalui media informasi lainnya, belum pernah ada izin menggunakan bahan peledak (handak) diberikan kepada penambang galian C, seperti yang terdapat di Kelurahan Saoka, Distrik (Kecamatan) Sorong Barat, Kota Sorong, Provinsi Irian Jaya Barat," kata Nataniel.

Seandainya kawasan pegunungan pesisir pantai Saoka itu adalah hutan produksi, bukan cagar alam atau hutan lindung, tetapi kalau gunungnya digusur terus dengan menggunakan alat berat dan juga diledakkan menggunakan bahan peledak, itu sudah termasuk merusak lingkungan sekitarnya.

05 August 2006

Jayapura : HPH yang Tak Punya Industri di Papua Akan Dicabut Izinnya

( Cenderawasih Pos, Jumat 04 Agustus 2006 )
Sepuluh hari menjabat sebagai Kepala Daerah Provinsi Papua, Gubernur Barnabas Suebu SH, akan membuat gebrakan baru dalam dunia kehutanan, yakni akan mencabut izin HPH-HPH yang tak memiliki industri di daerah ini. Pengalaman praktek illegal logging yang sempat merajalela di daratan Papua pada tahun-tahun silam, betul-betul dijadikan pengalaman berharga oleh Gubernur Provinsi Papua, yang mantan duta besar ini.

Ya, jika selama ini, para HPH (Hak Pengelolaan Hutan) di Papua bisa seenak pusarnya sendiri mengangkut kayu log keluar dari Bumi Cenderawasih ini, maka kedepan tak akan lagi seperti itu.

Gubernur akan mencabur izin semua HPH, jika HPH-HPH tersebut tak membuat pabrik (Industri) kayu di Papua. "Pemegang HPH yang tidak membangun industri di Papua akan kami cabut izinnya," kata Gubernur Barnabas Suebu kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Barnabas Suebu curiga bahwa terjadinya illegal logging di Papua selama ini, karena kurang ketatnya kebijakan di kehutanan. Sehingga kayu-kayu log dengan leluasa keluar dari Papua. Ironisnya, kesempatan itu dimanfaatkan oleh oknum-oknum (Cukong-Cukong) untuk mengeruk hutan di Papua dan dijual ke luar negeri, pada hal pemerintah tak pernah membuat kebijakan ekspor kayu log. ''Dari pengalaman seperti itu, maka bagi kami, illegal logging adalah suatu proses pembodohan dan pemiskinan di Papua ini,''ujarnya.

Tentang rencana pencabutan terhadap HPH yang tidak punya industri di Papua, menurut Gubernur Suebu, merupakan kebijakan baru di bidang kehutanan yang intinya untuk perbaikan manajemen kehutanan secara berkelanjutan, dimana pemegang HPH tidak hanya mengambil kayu dari Papua, tetapi juga harus membangun industri kayu di Papua.

"Jadi jangan hanya menjual kayu gelondongan seperti selama ini. Kita akan tarik industrinya ke Papua karena bahan baku berupa kayu memang melimpah di Papua. dengan begitu, maka akan ada income bagi daerah dan akan membuka lapangan pekerjaan di daerah ini poula," katanya.

Rencananya, pencabutan izin HPH yang tidak memiliki industri tersebut akan dilakukan secepatnya, bahkan diharapkan dalam tahun 2006 ini juga. Berkaitan dengan itu, maka pemerintah akan menyusun landasan hukumnya serta aturan tindakannya.

''Sebenarnya kita sudah harus lakukan sekarang, tapi perlu dibuatkan aturan dulu agar ada dasar hukumnya. Tapi kita harapkan tahun ini sudah dilakukan sebelum terlambat," tukasnya. Sejauh ini, lanjut Gubernur Suebu, instansi teknis terkait (Dinas Kehutanan) sudah melakukan pertemuan yang membahas hal tersebut beberapa kali. Selain itu juga sudah dilakukan seminar dengan Menteri Kehutanan dan Menteri Lingkungan Hidup, bahkan juga sudah dibicarakan dengan Provinsi Irian Jaya Barat.

Yang lebih penting lagi adalah perlunya ada pemahaman bersama. "Jadi perlu ada pemahaman bersama dengan pusat (Menteri Kehutanan), lalu kita lihat Undang Undang dulu atau apa yang disebut forestry agreement," katanya.

Untuk izin HPH, katanya, harus ada forsetry agreement, karena pemegang HPH sebelumnya sudah berjanji untuk membuat bikin industri. Namun kenyataannya industri itu tidak dibuat, dan sebaliknya yang dikeluarkan dari Papua berupa kayu gelondongan (log), bahkan ada yang dicuri diam-diam (illegal logging). "Ilegal logging adalah proses pembodohan dan pemiskinan pada rakyat ," tukasnya lagi.

Hal ini juga dikemukakan Gubernur Suebu dalam arahannya kepada stafnya bahwasanya ia akan mengawasi semua illegal logging. Ia menjelaskan bahwa dari 1 juta kubik kayu Merbau yang dikirim ke China, pengusaha di China mendapatkan sebanyak US $ 1 miliar, sementara rakyat hanya mendapatkan US$10 juta.

"Jadi 1 juta kali 10 dolar, terus US$ 1 miliar dengan Rp 10 juta kan jauh sekali. Yang penyelundup dan cs-nya dapat 300 juta, sementara rakyat hanya dapat kecil-kecil. Maka itu, izin HPH yang tidak punya industri harus dicabut, karena memang membodohi rakyat,''ujarnya.

Nanti juga akan dibikinkan semacam perjanjian, minta awasi illegal logging ini. Tidak ada satu kayu-pun yang keluar dari Papua. Semua HPH yang tidak ada industrinya di Papua, izinnya akan dicabut. ''Tidak ada ampun, kita cabut dulu urusan belakangan. Saya siap tanggung jawab kemamanapun, kalau perlu gantung dia. Karena ini terbukti proses pembodohan dan pemiskinan. Saya sudah bicara dengan Presiden bahwa lebih baik kita bikin perjanjian supaya kayunya diproses dulu di Papua, baru dijual keluar," paparnya.

Kata Gubernur Suebu, hutan harus dijaga dan dilestarikan serta dijadikan konservasi untuk sumber daya hayati. Dengan kebijakan baru nanti, izin HPH akan diberikan pada yang betul-betul mau membangun industri kayu di Papua. (ta)

Keerom : PT. IMI Temukan Tambang Emas di Keerom?, *Berdasarkan Hasil Penyelidikan dan Kegiatan Eksplorasi Perusahaan ini

( Cenderawasih Pos, Jumat 04 Agustus 2006 )
Berdasarkan hasil penyilidikan umum yang dilakukan PT Iriana Mutiara Idenburg (IMI) yang berkedudukan di Jakarta, bahwa di Distrik Senggi Kabupaten Keerom, ada ditemukan area yang mengadung emas, dengan berpatokan pada penyilidikan yang dilakukan dari tahun 1997-1998, yang kemudian berdasarkan hasil penyilidikan tersebut telah dikembangkan dengan melakukan kegiatan eksplorasi.

Namun, kegiatan eksplorasi yang dilakukan PT IMI ini sempat mengalami kevakuman selama 2 Tahun ( 1998-2000 ), akibat krisis moneter yang terjadi di Indonesia, lalu dilanjutkan pada Tahun 2000-2005, dimana hasil eksplorasi tersebut, baru mencapai kurang lebih 25 % dari total area seluas 108.600 Ha. Demikian diungkapkan President Direktur PT. IMI Michael R. Thirnbeck, saat mempresentasikan kegiatan perusahaannya kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Keerom, kemarin.

Dalam presentasinya, dikatakan dari hasil eksplorasi sementara hingga tahun 2005, yang telah teridentifikasi di proyek Idenburg, terdapat 7 Area prospek, dimana baru 2 area yang telah dilakukan kegiatan pemboran pendahuluan, yakni pada tahun 2000 di Prospek Mafi dan pada Tahun 2005 di Prospek Sua, yang mana hasilnya baru mencapai 50% dari target perusahaan.

"Rencana kami, 2006 dan 2007 nanti, akan dilakukan pemboran berikutnya, kalau hasilnya positif, maka akan dilanjutkan hingga tahap Study Kelayakan Tambang ( Feasibility Study ). Karena itu, pada kesempatan ini, selain mempresentasikan eksplorasi sementara ini, juga mengajak agar bupati atau dari pihak Pemerintah Kabupaten Keerom, bisa meninjau lokasi pemboran, di Kampung Usku, Distrik Senggi," ujar Presdir PT. IMI ini.

Michael juga mengungkapkan, bahwa dalam melakukan kegiatannya, mereka diperhadapkan pada berbagai kendala, baik iklim investasi yang kurang kondusif, akses transportasi yang kurang baik, serta permasalahan hutan lindung dan persoalan masyarakat lainnya. (yom)

Timika : 401 Ekor Ayam Sudah Dimusnakan Petugas, Belum Termasuk yang Dimusnahkan Sendiri oleh Warga

( Cenderawasih Pos, Jumat 04 Agustus 2006 )
Pemusnahan terhadap unggas, terutama Ayam yang terjangkit virus flu burung di Timika terus dilakukan. Data terakhir yang diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Mimika, sudah 401 ayam kampung yang dimusnahkan oleh petugas, sementara yang dimusnahkan warga belum direkapitulasi. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Mimika Ir. Jhon Wicklif Tegai kepada Radar Timika (group Cenderawasih Pos) di ruang kerjanya Kamis (3/8) kemarin.

Sementara untuk penanggulangan flu burung ini, lanjut Jhon, pemkab Mimika telah mengeluarkan dana sebesar Rp 160 juta yang dikeluarkan dari dana APBD Kabupaten Mimika Tahun Anggaran 2006. Dana tersebut dipergunakan untuk mendukung operasional pemberantasan flu burung di Kabupaten Mimika.
Kata Jhon, dana tersebut pada awalnya berdasarkan usulan dari Dinas Peternakan ke pemkab adalah dana untuk dana antisipasi kasus flu burung, sebab pada saat diajukan belum ada flu burung yang masuk ke Timika. Namun saat ini karena flu burung sudah masuk ke Timika sehingga dana tersebut digunakan untuk dana penanggulangan flu burung.

Pihaknya akan berkoordinasi kembali dengan pihak keuangan dari pemkab Mimika untuk perubahan penggunaan dana tersebut, sehingga dalam laporan penggunaan dana nantinya tidak terjadi masalah.Sementara itu dana dari APBN hingga saat ini belum ada turun meski sudah diusulkan dari Timika dan pihaknya sudah memfaks hasil data dari Timika tentang berapa besarnya ayam yang sudah dimusnahkan selama ini oleh petugas di Timika dan dilakukan secara sukarela.

Data terakhir adalah sebanyak 401 sekor ayam kampung yang dimusnahkan sendiri oleh petugas." Pendataan jumlah ternak unggas di lapangan masih mencapai 50 persen dan hasilnya juga belum dikumpulkan, mungkin dalam waktu dekat ini," terangnya.

Dana tersebut, lanjutnya, sudah dipergunakan selama ini, dimulai dengan masuknya flu burung sekitar tiga minggu lalu. Dana tersebut antara lain untuk pemusnahan ayam yang terindikasi flu burung di beberapa lokasi seperti di Sempan, Kampung Timika Jaya SP II, Kampung Wonosari Jaya dan di Pasar Swadaya Timika.

Selama masa penanggulangan ini, pihak Disnak sudah menyemprotkan desinfektan ke kandang di berbagai lokasi."Hingga saat ini sudah ada 1800 liter desinfektan yang disemprotkan kepada 180 kandang di beberapa lokasi di berbagai tempat," ujarnya.

Lanjut Jhon sebahagian dana tersebut juga akan digunakan untuk membeli perlengkapan penyemprotan seperti alat sprayer, perlengkapan sarung tangan, masker dan dana operasional lainnya serta pembelian alat rapid test. Langkah-langkah yang masih terus dilakukan saat ini oleh Disnak untuk pencegahan flu burung adalah melakukan depopulasi selektif dimana ayam-ayam yang sudah sakit dipisahkan dari yang sehat dan dimusnahkan. "Pemusnahan secara sukarela oleh pemilik ternak unggas juga masih terus dianjurkan," ungkapnya. (sas)

Timika : Diduga Kena Flu Burung, Satu Pasien Dirawat RSMM

( Cenderawasih Pos, Jumat 04 Agustus 2006 )
Seorang warga Utikini Baru (SP XII), Distrik Kuala Kencana, DD (36), kini dirawat di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika. DD diduga terkena virus H5N1 (flu burung) yang bisa mutasi ke tubuh manusia.

Hasil pemeriksaan klinis RSMM membenarkan yang bersangkutan suspek flu burung. Karenanya, sejak dilarikan ke RSMM, Sabtu (29/7) lalu hingga Kamis (3/8) keamrin, DD diisolasi di ruang Isolasi RSMM.

Kemarin, petugas WHO (World Health Organization) dan utusan Departemen Kesehatan (Depkes) RI yang didampingi petugas Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Mimika, mengunjungi RSMM Timika untuk melihat kondisi DD.

Usai mengamati hasil rontgen bagian dalam pasien di ruang X-Ray, utusan WHO dan Depkes RI memberi waktu satu minggu kepada pihak RSMM untuk mengamati perkembangan gejala klinis pasien tersebut. Direktur RSMM, Dokter Paulus S. Sugiarto SpB yang ditemui Radar Timika (Grup Cenderawasih Pos) di RSMM, Kamis (3/8) kemarin, menjelaskan DD terhitung sebagai pasien pertama yang menderita gejala klinis flu burung.

Hasil pemeriksaan medis Sabtu lalu, yang bersangkutan menderita pneumonia (radang paru-paru parah) disertai demam tinggi, batuk dan pilek. "Menurut Depkes, gejala itu merupakan spesifikasi gejala penderita flu burung. Jadi untuk sementara dia kami isolasi agar lebih aman dan tertangani dengan baik. Kami juga masih mengikuti perubahan gejala klinis bersangkutan," jelas Dokter Paulus.

Meski DD diduga terserang virus H5N1, kata dr Paulus, pihak RSMM belum bisa mengumumkan secara pasti bahwa yang bersangkutan terserang flu burung. Mengingat hasil pemeriksaan Minggu (30/7) hingga kemarin, gejala klinis sudah negatif.

"Dalam seminggu ini kami lihat perkembangan kesehatannya. Setelahnya baru dilaporkan ke WHO untuk disimpulkan yang bersangkutan terjangkit flu burung atau bukan," ujarnya. Dugaan medis DD terserang flu burung berdasar keterangan keluarga pasien bahwa yang bersangkutan berprofesi sebagai peternak. Sejak empat minggu lalu atau awal Juli 2006, sejumlah ternak ayam miliknya mati secara tiba-tiba.

"Ini masih keterangan keluarga korban. Yang meragukan kami, flu burung sudah serang empat minggu lalu, tapi yang bersangkutan baru menderita. Padahal penyebaran virus itu cepat dan bisa berakibat fatal jika tidak segera tertangani," jelas Dokter Paulus.

Sementara itu, meski pihak RSMM menyatakan telah merawat seorang pasien yang diduga terjangkit virus flu burung, namun hasil pemeriksaan Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Mimika, menyatakan negatif.

Kepala Dinkes dan KB Mimika, dr Maurits Okoseray membenarkan pihak RSMM merawat satu orang pasien yang diduga terjangkit virus flu burung. Pasien tersebut beridentitas laki-laki, umur 36 tahun, dari Kampung Utekini Baru (SP XII), Distrik Kuala Kencana, Mimika, Papua.

Setelah mendapat informasi tersebut, kata dr Maurits, pihak Dinkes kemudian mengambil sampel darah, suap tenggorokan dan hidung dari pasien tersebut lalu dikirim ke Rumah Sakit Numbru di Jakarta pada hari Senin (31 Juli 2006). Sehari kemudian, Selasa (1 Agustus) hasil pemeriksaan di laboratorium RS Numbru diterima melalui Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2M dan PL) Dinkes & KB Mimika. Hasil pemeriksaan menunjukkan negatif atau tidak terjangkit.

"Sampel darah itu dikirim Dinkes Senin (31/7) lalu ke Rumah Sakit Numbru Jakarta untuk diperiksa. Hasilnya telah diperoleh Selasa (1/8) lalu dan dinyatakan negatif bagi pasien yang diduga terinfeksi flu burung yang dirawat di RSMM," kata dr Maurits Okoseray yang ditemui Radar Timika di ruang kerjanya, Kamis (3/8). Menyikapi kabar merebaknya isu flu burung di Timika, dokter Maurits, mengimbau masyarakat waspada dan jangan takut mengkonsumsi daging dan telur ayam.

"Yang penting dimasak atau direbus sampai matang baru dimakan. Khusus untuk telur setelah dibeli dari pasar dicuci menggunakan sarung tangan dulu baru disimpan dalam kulkas. Karena untuk antisipasi masih terdapat sisa-sisa kotoran pada kulit telur ayam yang kemungkinan terkena virus," terangnya.

Warga juga diimbau waspada terhadap burung liar atau burung piaraan yang masuk ke kandang ayam. Karena kotoran burung yang hinggap di kandang ayam juga bisa membawa virus. Khusus burung piaraan diimbau sisa makanan agar dibersihkan. "Jangan biarkan sisa makanan dan kotoran burung dalam kandang." (fan/ino)

03 August 2006

Biak : Aktifitas Illegal Fishing di Sekitar Pulau Mapia Berkurang

( Cenderawasih Pos, 02 Agustus 2006 )
Kegiatan penangkapan ikan secara illegal khususnya yang Dilakukan oleh kapal asing di sekitar Pulau mapia yang nerupakan salah satu pulau terluar yang berada di wilayah kabupaten Supiori mulai berkurang.
Komandan Korem 173/PVB Kolonel Inf Herman Tedez yang ditemui wartawan usai peringatan HUT Kodam XVII Trikora dilapangan Makorem mengatakan sejak pembangunan pos pengamanan di Pulau Mapia mulai difungsikan, kegiatan kapal asing di sekitar pulau Mapia sudah menurun drastis.

Dikatakan, untuk melakukan pengamanan terhadap Pulau Mapia yang merupakan salah satu pulau terluar menurut Danrem TN1 AD sudah menempatkan 1 pleton personil yang melakukan pemantauan di sekitar pulau Mapia.Selain anggota TNI AD di Pulau tersebut kata Danrem, juga terdapat personil TNI AL dan masyarakat yang bahu-membahu mengamankan wilayah NKRI dari gangguan pihak luar.

Jadi sejak pos di Pulau Mapia tersebut difungsikan banyak manfaat yang bisa kita dapat. Selain kita dapat melakukan pemantaun terhadap kegiatan penangkapan ikan secara illegal yang dilakukan oleh kapal asing. Dengan adanya pengamanan yang kita lakukan bersama masyarakat. maka kegiatan kapal.asing yang melakukan penangkapan ikan menurun drastis,"ujarnya.

Disinggung mengenai tanggapan masyarakat tentang keberadaan personil TNI yang melakukan pengamanan, Danrem mengatakan masyarakat sangat menyambut baik kehadiran anggota TNI untuk melakukan pengamanan dan meminta agar dapat dilakukan penambahan personil. Untuk penambahan personil menurut Danrem sulit dilakukan mengingat luas Pulau Mapia yang tidak terlalu besar. Secara geografi Pulau Mapia terdapat beberapa gugusan pulau namun tidak dapat dihuni. Sebab saat air pasang, hanya pulau Brasi yang tidak tertutup air laut,"tandasnya. (nat)

Jayapura : Jaring Sampah di Kali Acai Belum Maksimal

( Cenderawasih Pos, 02 Agustus 2006 )
Upaya Pemerintah Kota Jayapura untuk memasang jaring sampah di Kali Acai, nampaknya belum berfungsi secara maksimal. Pasalnya masih banyak sampah yang hanyut terbawa air ke bermuara ke Teluk Youtefa.
"Kalau hujan, banyak sampah ter­bawa air ke muara Teluk Youtefa, jaring yang dipasang untuk menahan sampah belum maksimal, di mana masih ada yang terbuka, mungkin sengaja dibuka, tapi itu tetap dilewati sampah,"kata Burhanuddin, warga yang mengaku tinggal di kawasan tersebut.

Hal yang sama dikatakan, Suprianto, warga yang juga kos di pinggir Kali Acai tersebut. Ia mengatakan,
setiap kali hujan, masih banyak sam­pah terbawa air."Mestinya ada orang yang ditugaskan secara rutin untuk memasang jaring dan membuka jaring. Ini penting untuk mengontrol kegunaan jaring itu, sebab kalau itu dibiarkan, tentu saja tidak maksimal berfungsi,"ujarnya.

Dari pantauan Cenderawasih Pos di lapangan kemarin siang, sepanjang Kali Acai ini sudah dipenuhi rumput panjang. Di rumput itu, terdapat sejumlah sampah yang tersangkut, sampah-sampah itu tidak terbawa oleh air. Sementara jaring yang dipasang itu kelihatan tidak berfungsi, karena sebagiannya dibiarkan terbuka sehingga air berjalan kencang. (ito)

Jayapura : KPSDM Akan Tanam 5.000 Pohon

( Cenderawasih Pos, Rabu 02 Agustus 2006 )
Sebagai bentuk kepedulian terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup, Kelompok Peduli SDM (KP SDM) Papua dalam waktu dekat ini akan melakukan penghijauan berupa gerakan penanaman 5000 pohon. "Gerakan penghijauan yang kita sebut dengan gerakan penanaman 5.000 pohon itu difokuskan di salah satu lahan kritis tepatnya di kampung Nendeli Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, ini merupakan bagian dari kepedulian kita terhadap lingkungan hidup yang terus menerus mengalami kerusakan,"ungkap Ketua KPSDM Papua dr Jhon Manangsang kepada CenderawsihPos, kemarin.

Lanjutnya, selain gerakan penanaman 5.000 pohon sebagai bentuk kepedulian KPSDM Papua terhadap upaya-upaya peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup, gerakan ini juga sebagai salah kegiatan dalam rangka menyambut peringatan HUT RI ke- 61 yang jatuh 17 Agustus nanti. Di jelaskan, lokasi penghijauan ke depan akan dijadikan lokasi pembangunan pusat pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) Papua yang menganut konsep next generation.

"Lokasi lahan kritis yang dijadikan tempat penghijaun itu ke depannya akan dijadikan lokasi pembangunan pusat pengembangan kualitas SDM Papua yang menganut konsep next generation yang dimotori kelompok pedulis SDM Papua yang terdiri dari pemerintah daerah, DPRP, MRP, DAP, DAS dan pihak-pihak terkait lainnya yang benar-benar peduli terhadap perkembangan dan kemajuan SDM di Papua,"terangnya.

Di singung soal waktu pelaksanaan dan bagaimana kemasan acara dari gerakan penanaman 5000 pohon ini, kata dia, rencananya dibuka langsung gubernur dan juga kegiatan ini dibarengi dengan kemah pemuda yang melibatkan seluruh mahasiswa/wi dari 20 perguruan tinggi se-kota/kabupaten Jayapura. (and)

02 August 2006

Jayapura : Kini, Setahun Bisa Panen Beberapa Kali, Kadistrik Pasema Puas, Diajari Banyak Hal

( Cenderawasih Pos, Selasa 01 Agustus 2006 )
Hadirnya tim interdep yang mengajarkan banyak hal kepada masyarakat di sejumlah distrik di Kabupaten Yahukimo, termasuk Distrik Pasema, rupanya membuat warga di distrik tersebut merasa senang, bahkan puas.
Kepala Distrik Pasema Gerard Wetapo kepada Cnderawasih Pos belum lama ini mengaku sangat senang. "Kami diajari banyak hal, mulai dari bertani sampai menggosok gigi," akunya.

Kata Gerard, sekarang warganya sudah pandai bercocok tanam, khususnya menanam ubi jalar yang hasilnya lumayan besar. Kalau dulu warga menanam ubi hanya sekali dalam setahun, maka kini dengan mengamati cuaca, serta pemberian perlakuan pada tanaman, warga juga bisa menanam ubi beberapa kali dalam setahun. "Memang belum ada satu tahun, tapi selama 6 bulan terakhir ini, kami sudah menanam dan panen dua kali," ujarnya.

Kata Gerard, selama ini kalau menanam ubi usai ditanam, dibiarkan begitu saja. Tidak diberi perlakuan, sehingga tumbuhnya tidak optimal. Dengan teknologi bercocok tanam yang diajarkan oleh tim yang ada di Pasema, kini mereka bisa mengerti bagiamana agar hasil panen ubi bisa optimal.

Selain itu, warga juga senang karena mereka sudah mengerti bagaimana mandi dan membersihkan badan yang baik termasuk menggosok gigi. "Beberapa bulan lalu, masih banyak yang gatal-gatal karena airnya kurang bersih. Tapi sejak warga mandi air bersih, warga yang gatal-gatal sudah berkurang," katanya.

Tidak hanya itu, menurut Gerard, yang lebih membuat senang warganya adalah kini di Pasema telah dibangun sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga akan air bersih. "Dengan adanya air bersih, sekarang warga mengambil air dari tabung yang di atas," ujarnya seraya menunjuk dua tabung penampung air bersih yang terletak di atas bukit yang tidak jauh dari Bandara. Dengan air bersih itu, kini warga mandi serta memasak dan tidak lagi menggunakan air dari sungai yang cenderung kurang bersih.

Menurut Gerard, penampungan air bersih tersebut dibuat dengan teknologi sederhana yang mana sumber airnya diambil dari mata air di gunung dan ditampung di bak besar yang ada, yang tentunya diberi obat agar kuman dan bibit penyakit lainnya tidak ada lagi, sehingga air benar-benar layak disebut air bersih dan layak dikonsumsi.(ta)

Kaimana : Penerimaan Hasil Kayu Capai Rp 46,5 M

( Cenderawasih Pos, Selasa 01 Agustus 2006 )
Hutan di Kabupaten Kaimana yang kaya menghasilkan dana yang besar bagi pemkab setempat, terhitung sejak tahun 2004 lalu hingga tahun 2005 kemarin, pemasukan devisa dari hasil hutan, terutama kayu sudah mencapai Rp 46,5 miliar lebih dengan total kayu yang sudah diproduksi oleh sebanyak 8 HPH di Kabupaten tersebut yakni sebanyak 340.631,53 meter kubik atau sekitar 65.963 picis (batang).

Namun besarnya penerimaan yang masuk menjadi devisa Negara tersebut dalam penerimaan PSDH dan DR, hingga saat ini pemerintah daerah Kabupaten Kaimana, belum satu pun mendapatkan bagi hasil kehutanan tersebut.

Demikian yang dijelaskan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kaimana, melalui Kepala Bidang Kehutanan dan Perkebunan pada dinas tersebut, Ir. F. I. Lawalata, kepada Radar Sorong (group Cenderawasih Pos) kemarin.

Dijelaskan, dari data yang ada pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kaimana, tercatat pada tahun 2004 lalu, hasil kayu yang dikeluarkan adalah sebanyak 86.527,67 meter kubik atau sebanyak 18.283 picis (batang) atau dibayarkan oleh pihak perusahaan untuk dana PSDH dan DR adalah sebesar Rp. 7.813.697.318. Sedangkan pada tahun 2005 lalu, hasil kayu yang diproduksi oleh sebanyak 8 HPH tersebut adalah sebanyak 254.103,97 meter kubik atau sekitar 47.680 batang dengan biaya PSDH dan DRnya sebesar Rp. 38.690.972.889, sehingga total secara keseluruhannya adalah sebesar Rp 46.504.670.270.

Sementara data yang diperoleh Radar Sorong dari 8 HPH yang saat ini sedang melakukan kegiatan eksploitasi hutan di Kabupaten Fakfak adalah, PT. Budhi Nyata, PT. Centrico Unit I yang juga bekerja di Distrik Teluk Etna dengan luas lahan, PT. Hanurata Unit II di Buruway dan sebagian lahannya masuk dalam wilayah Kabupaten Fakfak, PT. Hanurata Unit III di Distrik Kaimana, PT. Kaltim Hutama di Teluk Etna, PT. Iramsulindo di Distrik Arguni dan Kaimana, PT. Prabu Alaska di Distrik Kaimana dan PT.Wana Kayu Hasilindo di Distrik Teluk Arguni.(ani)

01 August 2006

Jayapura : Disinyalir Banyak Bangunan Abaikan Amdal

( Cenderawasih Pos, Senin 31 Juli 2006 )
Kepala Bidang Am­dal dan Penyelesaian Sengketa Bapedalda Provinsi Papua Ir. Martha Mandosir mengatakan, cukup banyak bangunan di sejumlah titik di Kota Jayapura tidak memiliki dan mengabaikan anilisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).

Selain itu, lanjutdia, banyak juga masyarakat yang mengurus Amdal hanya sebagai persyaratan untuk mendirikan bangunan atau membuka usaha. Sementara proses pengawasan terhadap izin Amdal yang diurus tersebut tidak berjalan baik. Akibatnya, banyak perusahaan atau ba­ngunan yang menimbulkan dampak-dampak terhadap kerusakan lingkungan.

"Jangankan bangunan yang dibuat masyarakat, bangunan kantor dan fasilitas pemerintah saja banyak mengabaikan Amdal. Biasanya Amdal diurus hanya sebagai persya­ratan, sementara dalam pengawasannya setelah bangunan itu selesai tidak berjalan dengan baik sehingga dampak lingkungannya tidak terpantau," katanya kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini.

Terkait dengan hal tersebut, ia berpendapat perlu ada aturan yang tegas yang dikeluarkan pemerintah daerah secara tegas dalam pengelolaan lingkungan dan pemberian Amdal. Jika tidak ada Perda, lanjutnya, maka dikhawatirkan akan ba­nyak kegiatan-kegiatan yang me­nimbulkan dampak kerusakan ling­kungan lebih besar lagi. (ito)

Jayapura : Tumpukan Sampah di RSUD Abe Dikeluhksn

( Cenderawasih Pos, Senin 31 Juli 2006 )
Permasalahan sampah di Kota Jayapura nampaknya tidak pernah habis. Seperti yang ada di RSUD Abepura. Tumpukan sampah yang berada di samping kamar mayat itu, dikeluhkan, karena tumpukan sampah itu mulai mengeluarkan bau tak sedap, bahkan dikhawatirkan bisa mengganggu pasien yang sedang menjalani perawatan.

Direktur RSUD Abepura, dr AK Malisa, S.PR saat dikonfirmasi membenarkan adanya tumpukan sampah itu. Dikatakan, pihaknya sudah berupaya menghubungi pihak Dinas Kebersihan dan Pemakaman (DKP) Kota Jayapura agar sampah itu diangkut ke TPA Nafri, namun hingga Sabtu, belum juga diangkut petugas DKP.
"Kami sudah hubungi Kepala DKP Kota dan katanya akan segera memerintahkan petugas kebersihan untuk mengangkutnya, namun hingga saat ini sampah itu belum diangkut,"ungkapnya kepada Cenderawasih Pos di kediamannya, Sabtu (29/7).

Karena petugas DKP tidak datang mengangkut sampah itu, maka pihaknya terpaksa mengeluarkan biaya operasional untuk membiayai pengangkutan sampah itu ke TPA Nafri. "Kami akhirnya menghubungi Brimob Papua untuk bantu kami mengangkut sampah itu ke TPA Nafri,"imbuhnya. Agar tumpukan sampah itu tidak terjadi lagi, pihaknya mengharapkan kepada instansi teknis yang merupakan penanggungjawab kebersihan di kota ini, untuk menyikapi setiap masalah persampahan yang ada, sehingga di kemudian hari, tidak terjadi lagi penumpukan sampah di mana-mana. "Kami dulunya telah merencanakan pengadaan truk sampah, namun setelah kami kaji, ternyata menimbulkan masalah, dalam hal ini menyangkut biaya operasionalnya, serta dampak lainnya. Jadi kami percayakan pemerintah untuk menangani kebersihan di RSUD ini,"tandasnya. (nls)

Manca Negara : Inggris : Burung Botak dari Timur Tengah Dilacak

( Kompas, Senin 31 Juli 2006 )
Tiga ekor burung dari spesies yang diperkirakan telah punah di Timur Tengah sejak empat tahun lalu dipasangi pemancar gelombang radio. Langkah tersebut dilakukan agar migrasi burung dapat dilacak menggunakan satelit setelah mereka meninggalkan tempat berkembang biaknya di dekat Palmyra, bagian tenggara Suriah.

Burung ibis berkepala botak merupakan jenis burung yang dipuja Firaun di zaman Mesir Kuno. Burung tersebut pernah mendiami sebagian besar Timur Tengah, Afrika bagian utara, dan Pegunungan Alpen di Eropa. Burung ibis berkepala botak diklasifikasikan sebagai hewan yang sangat terancam punah dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) atau World Conservation Union (WCU). Keberadaannya di alam berkurang drastis karena berkurangnya habitat, perburuan liar, dan penyebaran racun pestisida.

Saat ini, populasinya di alam tinggal tersisa 13 ekor di Suriah dan terdapat 100 pasang di tempat penangkarannya di Maroko. Tiga dari tujuh ekor tujuh ekor burung yang telah dewasa di Suriah ditangkap dan diberi pemancar gelombang radio.

Para ilmuwan dari Royal Society for the Protection Birds (RSPB) dan BirdLife Timur tengah berharap dapat memetakan ke mana burung berpindah tempat selama musim dingin dan memahami mengapa hanya sedikit jumlah burung yang kembali ke habitatnya. Burung tersebut diperkirakan terbang hingga daerah selatan melalui Saudi Arabia dan Yaman bahkan mungkin Eritreia.

"Kami tidak akan mempelajari apapun jika burung ini musnah dan ini kesempatan terakhir kami untuk menjaga kelangsungan hidupnya di Suriah," kata Paul Buckley, kepala program di RSPB. "Jika kami dapat mengikuti jalur migrasinya dan memetakan tempat tinggalnya selama musim dingin maka kami dapat menemukan mengapa jumlahnya terus menurun dan bagaimana cara melindunginya," lanjut Paul. Begitulah langkah awal untuk meningkatkan populasinya kembali.

Kepala Birdlife Timur Tengah, Ibrahim Khader, mengatakan bahwa penemuan ibis botak seperti menemukan burung phoenix di Arab. Baginya, survei dan pemasangan pemancar radio di tubuhnya merupakan proyek yang paling menantang saat ini.

"Kami tahu mengenai keberadaannya di Palmyra dari laporan pengembara Badui dan pemburu lokal. Tanpa proyek pelacakan, burung tersebut hanya akan dikenal dari sejarah dan ukiran hieroglyph," tandasnya.

Manca Negara : Afrika : Gajah Benci Kawasan Berbukit

( Kompas, Senin 31 Juli 2006 )
Bahkan bukit kecil pun dihindari gajah. Bagi gajah, mendaki cukup menghabiskan energi sehingga mereka menghindari daerah cekungan. Demikian kesimpulan para peneliti Universitas Oxford setelah mempelajari perilaku gajah-gajah Afrika.
Para peneliti menggunakan peralatan berbasis global positioning systems (GPS) untuk melacak perpindahan gajah-gajah di Kenya bagian utara. Di lokasi yang dihuni sekitar 5400 hewan berkulit tebal ini, para peneliti menemukan bahwa populasi gajah sangat jarang di tempat-tempat yang berbukit.

Mungkin mereka menghindarinya karena sulit menemukan air di sana atau takut tergelincir. Namun, hasil penghitungan para peneliti menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan untuk mendaki merupakan faktor yang sangat berpengaruh. Untuk mendaki sebuah bukit hingga setinggi 100 meter dibutuhkan energi yang setara dengan setengah jam mencari makan.

"Jelas bahwa mendaki adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan bagi gajah, tapi justru harus dipertimbangkan masak-masak," kata para peneliti dalam makalah penelitian yang dimuat jurnal Current Biology edisi 25 Juli. Penelitian ini dilakukan Fritz Vollrath dan Jake Wall dari Universitas Oxford serta Ian Douglas-Hamilton dari Save the Elephants. Mereka menyimpulkan, hewan-hewan berbadan besar seperti gajah mungkin melihat sekelilingnya dengan cara berbeda dibandingkan hewan-hewan yang lebih kecil.